1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu media massa elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di zaman sekarang ini televisi bukanlah barang yang langka dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua orang memiliki televisi. Bahkan saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di negara berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu saja, saat ini telah dapat dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan tanpa batas usia. 1 Dwikurnia (2008) menyatakan bahwa televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision yang mempunyai arti masing-masing. Tele berarti jauh dan vision berarti tampak. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi itu sendiri dapat disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini dapat merubah peradaban dunia. Televisi selalu indentik dengan kata siaran televisi, dimana menurut Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia Nomor: 54/B KEP/MENPEN/1971 tentang Penyelenggaraan Siaran Televisi di Indonesia, siaran televisi berarti siaran-siaran dalam bentuk gambar dan suara yang dapat ditangkap (dilihat dan didengarkan) oleh umum baik dengan sistem pemancaran dalam gelombang-gelombang elektromagnetik maupun lewat kabel-kabel. Selain sebagai sarana hiburan, televisi juga merupakan sarana informasi dan ilmu pengetahuan. Televisi dapat mengerutkan dunia dan melaksanakan penyebaran berita dan gagasan dengan cepat. Adanya media televisi dunia, kelihatan semakin kecil. Masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di dunia. Berita-berita aktual dapat langsung 1 Dwikurnia. Teknologi Televisi. http://dwikurniakj05.wordpress.com/2008/05/03/tugas-ptktelevisi/. [10 Maret 2009], 2008. h 3.
disebarkan ke berbagai pelosok dunia secara langsung. Gempa bumi, penyakit menular, kriminalitas, peristiwa olahraga terkini yang terjadi di belahan dunia dapat disaksikan bersama-sama oleh berjuta-juta orang. Selain itu televisi juga selalu menayangkan informasi-informasi yang akurat tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Thamrin (2008) menyatakan bahwa siaran-siaran televisi akan memanjakan orang-orang pada saat-saat luang seperti saat liburan, sehabis bekerja bahkan dalam suasana sedang bekerjapun orang-orang masih menyempatkan diri untuk menonton televisi. Suguhan acara yang variatif dan menarik membuat orang tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi. Bahkan suguhan program-program acara yang variatif dan menarik telah menjadikan televisi sebagai salah satu sahabat terdekat bagi keluarga terutama anak. Sebagian besar anak-anak merasa lebih nyaman duduk di depan televisi ketimbang bermain di luar rumah. Seorang anak dapat menghabiskan tiga sampai empat jam perharinya untuk duduk menonton televisi, tapi tak sedikit anak yang menonton televisi lima sampai enam jam perhari bahkan lebih pada hari-hari tertentu, seperti Sabtu dan Minggu. 2 Hal ini diperkuat dengan survei termutakhir UNICEF pada 2007(Thamrin, 2008). Hasil survei ini bak dering jam weker yang pantas membuat orangtua awas. Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa, para bocah di Indonesia terpekur rata-rata lima jam sehari di depan layar kaca atau total jenderal 1.560 hingga 1.820 jam setahun. Angka ini, menurut UNICEF, jauh lebih gemuk ketimbang jumlah belajar mereka yang 1.000 jam setahun di sekolah. Maka jadilah kotak televisi sekolah tandingan bagi anak-anak ini. Padahal Thamrin (2008) menyatakan bahwa seharusnya anak usia lima tahun hanya menonton televisi selama 1,5 jam per hari atau paling lama dua jam per hari. Itu juga tidak terus-menerus, dibagi-bagi, misalnya satu jam setelah pulang 2 Sabda Hidup, Pengaruh Televisi dan Film, http:// www.tftwindo. org / livingwords SH132005 / 132005-9. htm. [10 Maret 2009,2008, h 5.
sekolah, dan satu jam lagi setelah mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) di malam hari. Hidup (2008) menyebutkan bahwa lebih dari setengah anak-anak di Amerika Serikat mempunyai televisi di kamar mereka. Usia remaja paling banyak menonton televisi di kamar dan hampir sepertiga anak-anak pra sekolah memiliki televisi di kamar mereka dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton televisi. Disebutkan juga adanya beberapa orang siswa sebuah sekolah yang bergantian bolos dari sekolah demi menonton sebuah tayangan opera sabun di televisi. Di Indonesia mungkin tidak sampai menjangkau persentase sebesar ini namun pengaruh televisi juga telah banyak membentuk pola pikir dari anak-anak Indonesia. 3 Lebih lanjut dijelaskan bahwa: Dari pada rewel, daripada main di luar, menjadi beberapa alasan para orang tua membiarkan anak-anaknya berjam-jam duduk menonton televisi. Tapi tanpa kita sadari bahwa hal tersebut akan menyebabkan kecanduan pada anak. Meski televisi adalah hiburan, namun menonton televisi secara berlebihan menyimpan bahaya yang besar... 4 Dapat dikatakan bahwa televisi sedikitnya telah banyak mempengaruhi pola perilaku anak-anak, salah satunya adalah mempengaruhi perilaku belajar anak, salah satunya dalam hal kognitif. Perilaku anak menonton televisi kadang sangat menyita waktu mereka, membuat mereka lupa beraktivitas, dan pada akhirnya menghancurkan gairah belajar mereka. Anak-anak memiliki perilaku untuk menunda tugas-tugas sekolah mereka demi menonton sebuah film yang mereka tunggu. Namun selain itu, televisi juga membawa dampak lain terhadap perilaku belajar kognitif. Salah satunya kelebihan televisi adalah memadukan unsur audio dan visual. Dewasa ini pun stasiun-stasiun televisi pun berlomba untuk mengemas acara tersebut semenarik mungkin, ilustratif, ringan dan tanpa membutuhkan pemikiran yang sulit, sehingga anak-anak mudah untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan. Kelebihan televisi tersebut membuat program yang menyangkut hal-hal mengenai 3 ibid 4 ibid, 5
pendidikan akan lebih mudah diterima oleh anak-anak sehingga pada akhirnya akan menambah pengetahuan anak tersebut. Program televisi pendidikan anak yang menayangkan pengetahuan-pengetahuan atau pelajaran-pelajaran sekolah dapat menimbulkan rasa ingin tahu para anak yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar anak. Faktor karakteristik individu dan lingkungan sosial ternyata mempengaruhi terpaan media televisi pada anak-anak. Karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur dan kepribadian mempengaruhi terpaan media pada anak-anak Sekolah Dasar. Begitu pula dengan lingkungan sosial peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, orang tualah yang paling mengerti benar akan karakter/sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Sedangkan faktor lingkungan sosial lain seperti teman juga mempengaruhi terpaan media televisi terhadap anak. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian adalah apakah terpaan media televisi mempengaruhi perilaku belajar kognitif anak sekolah. Permasalahan ini cukup penting untuk diteliti, melihat terpaan media televisi yang cukup besar pada anak-anak sekolah dewasa ini. Selain itu faktor karakteristik individu dan lingkungan sosial mempengaruhi terpaan media televisi tersebut. Oleh karena itu, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sejauhmana hubungan karakteristik individu, lingkungan sosial dengan terpaan media televisi? 2. Sejauh mana hubungan lingkungan sosial, faktor psikologi, dan terpaan media televisi dengan belajar kognitif? 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk menganalisis hubungan terpaan media televisi dan perilaku
belajar kognitif anak sekolah. Terpaan media dan perilaku belajar kognitif anak tersebut tidak dapat dipisahkan dari karakteristik anak itu sendiri, faktor psikologi dan lingkungan sosial anak. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan karakteristik individu, lingkungan sosial dengan terpaan media televisi. 2. Menganalisis hubungan lingkungan sosial, faktor psikologi, dan terpaan media dengan belajar kognitif. 1.4. Kegunaan Masalah terpaan media televisi terutama bagi anak-anak usia sekolah, dewasa ini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi banyak pihak baik oleh keluarga, akademisi dan pemerintah. Oleh karena itu, penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi: 1. Akademik Penelitian berjudul Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Belajar Kognitif pada Anak ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami hubungan terpaan media televisi dan perilaku belajar kognitif khususnya pada anak SD serta hubungan karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan terpaan media televisi dan hubungan faktor lingkungan sosial, faktor psikologi dan terpaan media televisi dengan perilaku belajar kognitif pada anak. 2. Pemerintah Dewasa ini sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan menonton televisi. Hal ini diikuti pula dengan peluang televisi untuk menjadi media pembelajaran. Melihat hal tersebut, maka penelitian dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai pertelevisian agar program-program yang ditayangkan stasiun-stasiun televisi dapat lebih baik dan mendukung belajar kognitif anak.
3. Masyarakat Bagi masyarakat, penelitian dapat juga dijadikan masukan dalam mengontrol perilaku menonton televisi anak Sekolah Dasar secara berlebihan yang dilakukan anak-anak serta semakin selektif terhadap program yang ditonton oleh anak-anak.