II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Karakteristik mutu daging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA. karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi tinggi. (Sudarisman, 1996). Pramono (2002)

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

Kata Kunci : Nugget, Uji Organoleptik.

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Harryara Sitanggang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

TINJAUAN PUSTAKA. Bakso merupakan produk olahan daging, dimana daging tersebut telah. dihaluskan dan dicampurkan dengan bumbu-bumbu, tepung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga daging kelinci dapat dikelompokkan ke dalam. sekali untuk menjaga kesehatan jaringan tubuh, membentuk sel-sel dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

II. TINJAUAN PUSTAKA. digiling halus ditambah bahan pengisi pati atau tepung topioka dan bumbubumbu.

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

TINJAUAN PUSTAKA Belut ( Monoptherus albus Zuieuw)

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

Sosis ikan SNI 7755:2013

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat Fisik dan Biokimia Daging sebagai Bahan Pembuat Bakso. Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BAKSO BERBAHAN DASAR KOMPOSISI DAGING SAPI DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Daging merupakan salah satu jenis hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai bahan pangan salah satunya daging itik afkir. Itik afkir adalah itik yang tidak produktif lagi bertelur. Itik afkir kurang disukai oleh masyarakat karena daging itik afkir memiliki bau amis dari pada daging unggas lainnya. Menurut Chang et al, (2005) daging itik afkir mempunyai kualitas rendah karena bau amis bertekstur kasar dan alot. Hustiany (2001) melaporkan daging itik memiliki karateristik berwarna merah, berbau amis dan alot. Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih tinggi juga mempunyai kalori lebih rendah dibanding daging unggas yang lainnya. Perbedaan kandungan gizi dari berbagai jenis daging ternak dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kandungan Gizi Berbagai Daging Ternak Jenis ternak Komposisi Kimia (%) Nilai Energi 100 g Air Protein Lemak Abu Kkal Itik 68,8 21,4 8,2 1,2 154 Ayam 73,4 20,6 4,8 1,1 126 Angsa 68,3 22,3 7,1 1,2 153 Sapi 63,0 18,7 17,0 0,9 228 Domba 59,8 16,7 22,4 0,9 286 Babi 52,0 14,8 32,0 0,8 347 Sumber : Srigandono (1997) Daging itik afkir merupakan salah satu jenis daging gelap atau memiliki warna yang lebih merah. Menurut Srigandono (1997), daging itik memiliki karakteristik yang berbeda dengan daging ayam broiler, yaitu memiliki warna yang lebih merah, bau lebih amis, tekstur daging yang alot, dan kandungan lemak yang lebih tinggi, yang mempengaruhi warna daging yaitu pakan, spesies, bangsa, umur dan jenis kelamin (Lawrie, 2003). 4

2.2. Bakso Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan, dicampur dengan bahan lain, dibentuk bulatan, dan selanjutnya direbus (Tazwir 1992). Bahan baku bakso terdiri dari bahan utama seperti daging dan bahan tambahan seperti bahan pengisi (tepung-tepungan), garam, es atau air es dan bumbu. Daging yang digunakan dalam membuat bakso adalah daging segar yaitu daging yang berasal dari ternak yang baru dipotong tanpa mengalami proses pelayuan dan rigor mortis terlebih dahulu (Sunarlim, 1992). Sebenarnya hampir semua jenis daging dari bahan karkas dapat digunakan untuk membuat bakso, namun karena perbedaan kandungan lemak dan jaringan ikat tiap bagian daging, maka penggunaannya disesuaikan dengan mutu bakso yang dihasilkan (Elviera, 1988). Daging yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan bakso tidak kurang dari 50% total bahan, seperti lada, bawang serta bahan penyedap (Sunarl im, 1992). Bakso merupakan produk makanan yang populer berbentuk bulat atau lainnya yang diperoleh dari campuran daging tidak kurang dari 50% dan pati atau serealia dengan tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (Dewan Standardisasi Indonesia, 1995). Daging yang digunakan untuk membuat bakso adalah daging yang masih segar tanpa mengalami proses penyimpanan sehingga dapat menghasilkan mutu bakso yang baik (Sunarlim, 1992). Penggunaan bahan pengisi dalam pembuatan bakso berdasarkan SNI 01-3818-1995 maksimum 50% dari berat daging. Jumlah tepung yang diberikan paling banyak 15%, garam 2,5% sedangkan bumbu 2% dari berat daging. Peningkatan penggunaan bahan pengisi menyebabkan peningkatan kekerasan bakso (Purnomo, 1990 ). Menurut Dewan Standardisasi Nasional (1995) sifat fungsional adalah interaksi sifat fisik, kimia dan sensorik produk makanan untuk menghasilkan kualitas yang diinginkan. Menurut Wibowo (2000) u nsur mutu adalah segala sesuatu yang ada pada komoditas yang langsung mempengaruhi nilai pemuas atau nilai manfaat pada komoditas. Mutu bakso yang diinginkan dapat dihasilkan menggunakan bahan penyusun yang tepat dan daging yang digunakan harus baik dan segar (Wibowo, 2000). Kriteria mutu bakso dapat dilihat pada Tabel 2.2.1 5

Tabel 2.2.1. Kriteria Mutu Bakso Variabel Bakso daging Kenampakan Rasa Aroma Warna Tekstur Bentuk bulat halus, berukuran seragam, bersih, dan cemerlang, tidak kusam, sedikitpun tidak berjamur, dan berlendir. Rasa sangat lezat, enak, rasa daging dan rasa bumbu menonjol, tetapi tidak berlebihan, tidak terdapat rasa asing yang mengganggu. Sangat harum khas bakso, tidak berbau amis. Coklat muda cerah atau kemerahan, agak coklat muda hingga coklat muda. Tekstur kompak, elastis, kenyal atau membal, tidak ada serat daging, tidak lembek, tidak basah berair, dan tidak rapuh Sumber : Wibowo (2000) 2.3. PenilaianOrganoleptik Penilaian organoleptik adalah penilaian mutu suatu produk dengan menggunakan indera manusia melalui syaraf sensorik. Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk menilai hasil pertanian dan makanan. Penilaian dengan cara ini lebih disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Analisis organoleptik dapat membantu pendugaan parameter untuk formula baru, sedangkan pengukuran menggunakan alat (instrument) dibutuhkan untuk menyakinkan konsistensi kualitas suatu produk (Kerry et al., 2001).Penilaian organoleptik merupakan pengujian terhadap produk pangan dengan menggunakan pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan, dan pendengaran. Uji organoleptik bisa dilakukan juga dengan uji pembedaan. Uji pembedaan adalah uji yang digunakan untuk menilai adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk atau lebih yang komoditasnya sama. Uji ini digunakan juga untuk menilai pengaruh dari berbagai perlakuan proses atau berbagai penggunaan bahan baku dalam industri pangan (makanan dan minuman). Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun dalam pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama, tetapi untuk melaksanakan pembedaan 6

selalu ada dua contoh yang dapat dipertentangkan. Uji pembedaan salah satunya uji pembanding jamak (Soekarto, 1985). Uji pembandingan jamak juga disebut multiple standars, dalam uji pembanding jamak digunakan tiga atau lebih contoh pembanding. Contoh contoh pembanding itu biasanya mempunyai kesamaan sifat atau hanya berbeda kecil dalam tingkat. Sehingga contoh tersebut tidak homogen, misalnya contoh-contoh itu berbeda dalam tingkat bau dan ketajaman warna. Contoh-contoh pada berdekatan sifat baunya sehingga semua contoh baku dapat dikelompokkan sebagai atau satu famili. Contoh-contoh pembanding tersebut tidak perlu dikenal sebelumnya karena tidak disuguhkan terlebih dahulu, contoh pembanding dan contoh yang diuji disuguhkan secara bersamaan secara acak (Soekarto 1985). Susiwi (2009) menyatakan agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis. 2.3.1.Warna Warna makanan memiliki peranan utama dalam penampilan makanan, meskipun makanan tersebut lezat, tetapi bila penampilan tidak menarik saat disajikan akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang (Soeparno, 2009 ). Warna merupakan refleksi cahaya pada permukaan bahan yang ditangkap oleh indra penglihatan dan ditransmisi dalam sistem syaraf. Perubahan warna dapat ditentukan oleh pembuatan bahan kimia dan perombakan enzim menjadi pigmen. Penerimaan bahan yang pertama kali dilihat adalah warna. Warna yang menarik akan meningkatkan penerimaan produk. Pada saat pemasakan warna bahan atau produk pangan dapat berubah. Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya sebagian pigmen akibat pelepasan cairan sel pada saat pemasakan atau pengolahan, intensitas warna semakin menurun (Elviera, 1998). Warna produk bakso dipengaruhi oleh kualitas warna bahan baku (daging). Menurut Fellows (1992), perubahan warna dapat ditentukan oleh penambahan bahan kimia dan perombakan enzim menjadi pigmen. Secara fisik kriteria warna bakso daging 7

coklat muda cerah atau sedikit agak kemerahan atau coklat muda hingga coklat muda agak keputihan atau abu-abu tersebut merata tanpa warna lain yang menganggu. 2.3.2. Rasa Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup kecapan yang terletak pada papila yaitu noda merah jingga pada lidah. Faktor yang mempengaruhi yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi pangan dengan komponen rasa yang lain. Atribut rasa banyak ditentukan oleh formulasi yang digunakan dan kebanyakan tidak dipengaruhi oleh pengolahan suatu produk pangan (Winarno, 200 2). Menurut Sujana (2001), ada tiga macam rasa yang sangat menentukan penerimaan konsumen terhadap bakso, yaitu tingkat keasinan, rasa daging, tingkat kegurihan yang ditentukan oleh kadar garam dan kadar daging. Konsumen lebih menyukai rasa daging pada bakso dan tidak menyukai rasa pati (Sunarlim, 1992). 2.3.3. Aroma Aroma suatu produk ditentukan saat zat-zat volatil masuk ke dalam saluran hidung dan ditanggapi oleh sistem penciuman (Meilgaard et al., 1999). Pembauan disebut pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya dari jarak jauh (Soekarto, 1985). Aroma pada produk pangan sebagian besar berasal dari bumbu-bumbu yang ditambahkan pada adonan. Semakin banyak bumbu-bumbu yang ditambahkan maka aroma yang dihasilkan semakin kuat. Penggunaan tepung karbohidrat yang terlalu banyak akan mengurangi aroma daging pada bakso. Bakso seperti ini kurang disukai oleh konsumen (Purnomo, 1990). 2.3.4. Tekstur Tekstur adalah penginderaan yang dihubungkan dengan rabaan atau sentuhan. Namun, sifat ini berperan penting dalam pembentukan kualitas daging. Perbedaan tekstur dipengaruhi oleh faktor ante mortem seperti genetik, spesies, umur, jenis kelamin, dan stres serta faktor post mortem yang meliputi metode chilling, refrigerasi, pelayuan dan pembekuan. Hal ini disebabkan daging menjadi lebih kaku dan kenyal (Soeparno, 2009). Ditambahkan bahwa tekstur bisa lebih 8

kenyal dengan penambahan tepung ke dalam adonan bakso. Tekstur daging masak mempengaruhi penampakan dan memberikan kesan sensori yang dihubungkan dengan kelekatannya, kesan pada saat dimakan atau pemotongannya (Forrest et al., 1975). Konsumen lebih menyukai bakso yang kompak dengan tekstur yang halus (Andayani, 1999). Daging yang baik memiliki tekstur yang elastis, sedikit kaku, tidak lembek, terasa basah dan tidak lengket. Daging yang teksturnya kasar kurang empuk dibanding dengan daging yang teksturnya halus (Komariah dan Purnomo, 2005). Tekstur makanan berhubungan dengan sifat aliran dan deformasi produk serta cara berbagai struktur unsur dan struktur komponen ditata dan digabung menjadi mikro dan makro struktur (Deman, 1989). Menurut Wirakartakusuma dkk (1992), alasan pokok untuk memanaskan jaringan otot adalah agar terjadi perubahan tekstur. 2.4. Asap Cair Asap cair merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan yang banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain. Bahan baku yang banyak digunakan adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu dan lain-lain (Amritama, 2007). Asap cair juga merupakan larutan dari dispersi asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap dari hasil pembakaran kayu. Asap cair (liquid smoke) merupakan larutan hasil penguapan asap kayu yang dibakar dengan udara terbatas pada suhu tinggi (Yulistiani, 1997). Asap cair merupakan merupakan larutan hasil pengembunan uap asap kayu yang dibakar dengan udara terbatas pada suhu tinggi Komposisi asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa 40-60 %, hemiselulosa 20-30% dan lignin 20-30%. Pencampuran asap cair pada air perebusan bisa digunakan dalam pengolahan fillet ikan asap maupun bakso ikan (Yulistiani, 1997). Menurut Darmadji (1996) pirolisis tempurung kelapa yang telah menjadi asap cair akan memiliki senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%. Senyawa-senyawa tersebut mampu mengawetkan makanan sehingga 9

mampu bertahan lama karena memiliki fungsi utama yaitu sebagai penghambat perkembangan bakteri. Peranan penting dalam pembentukan citarasa asap dan disebut konstituen minor senyawa tersebut memberikan citarasa manis-pedas dan rasa asap (Varlet et al., 2006). Asap cair merupakan salah satu ekstrak bahan alami yang mempunyai sifat sebagai antibakteri dan antijamur yang dapat menghambat kerusakan mutu produk (Dwiyitno dan Riyanto, 2006). Asap cair mempunyai banyak keuntungan yaitu lebih mudah diaplikasikan, proses lebih cepat, memberikan karateristik yang khas pada produk akhir berupa aroma, warna dan rasa, serta penggunaannya tidak mencemari lingkungan (Pszcola, 1995). Berdasarkan informasi tentang manfaat dan penggunaan asap cair tersebut,asap cair tempurung kelapa berpotensi menjadi bahan pengawet alternatif, dapat memberikan aroma, tekstur, dan citarasa yang khas pada produk pangan.asap cair dapat diaplikasikan pada produk pangan dengan berbagai metode, yaitu pencampuran, pencelupan atau perendaman, penyuntikan, pencampuran asap cair pada air perebusan, dan penyemprotan. Metode pencampuran biasa digunakan pada produk daging olahan, metode ini dapat digunakan untuk ikan, emulsi daging, bumbu daging pangan,sosis, keju oles, dan lain- lain (Kostyr a and Pikielna, 2007). Pencelupan atau perendaman dapat menghasilkan mutu organoleptik yang tinggi terutama pada hasil produk olahan daging pada bagian bahu dan perut, sosis dan keju itali (Martinez el al., 2007). Selain itu keuntungan penggunaan asap cair menurut Maga (1987), lebih intensif dalam pemberian citarasa, lebih hemat dalam pemakaian kayu sebagai bahan asap, polusi lingkungan dapat diperkecil dan dapat diaplikasikan dalam bahan pangan. Saat ini asap cair telah banyak digunakan oleh industri pangan sebagai bahan pemberi aroma, tekstur, dan citarasa yang khas pada produk pangan, seperti daging, ikan, dan keju ( Soldera et al., 2008). Metode pencampuran asap cair pada air perebusan bisa digunakan dalam pengolahan fillet ikan asap, bandeng presto maupun bakso ikan. Asap cair dicampurkan dalam air yang digunakan untuk merebus maupun mengukus produk perikanan. Kelebihan metode ini, komponen-komponen asap lebih banyak yang terdistribusi ke dalam produk dan juga melapisi bagian luar produk (Siskos et al., 2007). 10

Asap cair telah digunakan sebagai bahan pengikat ( binder) pada produk bakso (Abustam dkk,2011) atau subsitusi fosfat dengan asap cair pada pembuatan nugget ayam, asap cair juga memberikan kualitas bakso yang tinggi (kompak, kenyal dan disukai). Penambahan asap cair pada pembuatan bakso pada penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa kekenyalan bakso meningkat dengan bertambahnya level asap cair (Abustam et al., 2009). 11