STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENDALIAN KOROSI. STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Tinjauan Pustaka

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN :

KOROSI. B. Jenis-jenis Korosi 1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

2.1 PENGERTIAN KOROSI

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

PROTEKSI KATODIK BAJA AISI 1020 MENGGUNAKAN ANODA ALUMUNIUM

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

BUKU PRAKTIS KOROSI DAN LOGAM UNTUK MAHASISWA

BAB II DASAR TEORI. II.1. Dapur Pemanas Pada Kilang Minyak

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang paling berbahaya., karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Biasanya

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

STRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL

BAB II DASAR TEORI. H 2 + 2OH - evolusi hidrogen dalam basa M e - M deposisi logam M 3+ + e - M 2+ reduksi ion logam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT. Intisari

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

2.1 DEFINISI DAN MEKANISME KOROSI

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Data & Perhitungan

Sedangkan rumus kimia dari asam asetat sendiri adalah:

BAB IV KOROSI PADA TURBIN UAP

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

1 BAB IV DATA PENELITIAN

KERUSAKAN REFRAKTORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

TINJAUAN PUSTAKA. logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali

Korosi H 2 S dan CO 2 pada Peralatan Statik di Industri Minyak dan Gas

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Pembahasan Materi #11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hal ini akan memberikan kestabilan terhadap sistem koloid.

Transkripsi:

STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

Korosi Merata (General Corrosion) Ciri-cirinya : 1. Kerusakan yang ditimbulkan relatif merata. 2. Korosi dimulai dari dinding yang terekspos terhadap cairan korosif, dan secara perlahan dan merata mengikis dinding luar. 3. Kecepatan korosi dipengaruhi oleh faktor kecepatan cairan yang di pompa, korosifitas cairan yang di pompa, temperatur, dan tekanan

Korosi Merata (General Corrosion) Mekanisme Jenis A : 1. Reaksi korosi menghasilkan lapisan pelindung pasif dan menahan proses korosi selanjutnya. 2. Lapisan ini tidak stabil, sehingga terkorosi dengan kecepatan lambat, tetapi selalu diperbaiki dengan timbulnya passive film yang baru (contohnya austenitic stainless steel, misal SS 316). 3. Lapisan pelindung tersebut sangat peka terhadap partikel padat yang dikandung cairan yang di pompa; karena mampu menggores lapisan pasif, menimbulkan ketidakhalusan permukaan, sebagai awal dimulainya erosi-korosi yang mengarah ke korosi homogen.

Korosi Merata (General Corrosion) Mekanisme Jenis B : 1. Produk korosi larut kedalam cairan yang di pompa, pada suatu kecepatan yang ditentukan oleh potensial elektroda logam yang bersangkutan (misalnya untuk baja kecepatan maksimum cairan ft/sec, untuk brass ft/sec, untuk bronze ft/sec). 2. Timbulnya passive film yang baru, tidak cukup mampu menahan laju cairan yang di pompa. 3. Permukaan logam cenderung terkorosi merata, sebagai fungsi kelarutan produk korosi

Korosi Merata (General Corrosion) Mekanisme Jenis C : 1. Merupakan kasus khusus yang secara artifisial dikendalikan oleh proses uniform dissolution yang dicoba diterapkan dengan mengontrol ph atau current density pada larutan tertentu. Prinsip ini dipergunakan di dalam proses chemical machining dan electropolishing stainless steels untuk meningkatkan ketahanan korosi atau kekuatan friksinya. 2. Apabila proses diatas tidak tepat, menimbulkan alur-alur berputar dan atau kantong-kantong (pockets) menyebabkan variasi kecepatan alir fluida yang di pompa, muncul erosi-korosi, akhirnya korosi merata.

Korosi Merata (General Corrosion) Lingkungan 30% Asam HCl, 66 C, mengikis internal casing selama 2 tahun.

Mekanisme A Erosi Mekanis - Kimiawi atau Erosi-Korosi : 1. Cairan yang mengalir tidak mengandung partikel abrasif (free of abrasive particles). 2. Akan tetapi aliran dan kecepatan menyimpang dan turbulensi karena adanya ketidakrataan permukaan (surface discontinuities), seperti tonjolan las (weld bead), goresan, small pit, cacat metallurgis pada volute casing, dll. 3. Akibat butir 2, lapisan film terkelupas, menghasilkan ketidakrataan permukaan bertambah parah, dan menimbulkan fenomena korosi dan erosi (karena turbulensi meningkat) secara lokal

Mekanisme B Mekanis atau Erosi Partikel Erosi 1. Cairan yang mengalir mengandung partikel abrasif (containing abrasive particles). 2. Tumbukan partikel padat dapat merusak protective oxide film secara terus menerus ketika ada gesekan dengan fluida (fluid shear). 3. Akibat butir 2, lapisan film terkelupas, menghasilkan ketidakrataan permukaan bertambah parah, sehingga sudut tumbukan partikel padat lebih dari satu arah, kecepatan fluida semakin cepat (khususnya di outer periphery of casing), disamping kekerasan partikel padat juga menentukan tingkat erosi.

Erosi (Erosion) Erosi (lihat panah) menunjukkan arah aliran cairan (Sodium nitrate, Sp.gr. 1,24)

Erosi Jejak erosi (tanda panah) lebih dominan di outer periphery

Korosi Lokal (Localized Attack or Corrosion) Dicirikan sebagai serangan korosi yang terjadi di area yang kecil, spesifik dan terbatas (dibedakan dengan ciri korosi sumuran dan celah). Pada produk coran (casting) bentuk serangan dimulai di daerah yang ada cacat metallurgis atau mekanis, seperti inklusi, rongga udara, segregasi, atau cold shuts, dll; yang akan berfungsi sebagai area anodik (daerah aktif). Cairan korosif yang membawa material asing atau membentuk local cell korosi antara metal dan cacat metalurgis atau mekanis; akhirnya terjadi casting corrosion.

Korosi Lokal (Localized Corrosion) Rongga penyusutan di impeller stub (tanda panah), berfungsi sebagai awal retak korosi

Sumuran (Pitting) Bentuk atau jejak kerusakan mirip sumur (pit) yang terbentuk secara lokal; dengan ciri-ciri karakteristik sebagai berikut : 1. Relatif sulit di deteksi secara visual, karena seringkali tertutup oleh produk korosi, 2. Arah berkembangnya sumuran cenderung kearah tarikan gravitasi, dan membutuhkan larutan korosif untuk melanjutkan aktivitasnya, 3. Sumuran umumnya memerlukan periode inisiasi berkisar bulan sampai tahunan tergantung logam dan cairan korosif yang terlibat, sebelum menimbulkan kerusakan menyerupai sumuran, 4. Sumuran merupakan proses autocatalytic, artinya proses korosi di dalam sumuran menghasilkan kondisi yang menstimulasi dan menimbulkan reaksi elektrokimia secara

Sumuran (Pitting) Ciri-ciri karakteristik korosi sumuran (Lanjutan) : 5. Sumuran biasanya dikaitkan dengan kondisi cairan diam/tidak bergerak (stagnant), 6. Kebanyakan korosi sumuran dikaitkan dengan ion-ion keluarga halida, seperti chlorida (Cl), bromida (Br), hypochlorite; sedangkan fluoride (Fr) dan Ionida (Id) tendensi ke arah sumuran kurang dominan. Ion logam mengoksidasi, seperti cupric, ferric, dan mercuri yang berkombinasi dengan chlorida sangat agresif. Sedangkan ion logam non-oksidasi seperti NaCl, CaCl tidak begitu agresif.

Korosi Celah/Endapan (Crevice/Deposit) Tipe korosi yang terjadi di area terbatas, baik antara metal to metal (threaded drain plug), atau metal to non-metal (gasketed joints), dimana akses bebas cairan masuk kedalam area terbatas tersebut. Apabila ada endapan seperti pasir, lumpur dan material karbonat yang melindungi area terbatas tersebut akan menimbulkan kondisi stagnant, akhirnya terjadi korosi celah atau endapan. Seperti halnya pitting, reaksi autocatalytic mempercepat pertumbuhan korosi celah. Initial driving force seringkali oksigen atau metal ion concentration cell, tetapi pertumbuhan selanjutnya disebabkan akumulasi acidic

Korosi Celah/Endapan (Crevice/Deposit) Serangan korosi celah terjadi dengan berbagai media, akan tetapi yang sangat umum adalah lingkungan yang mengandung klorida. Awal mulainya, laju korosi lambat, tetapi setelah tumbuh kecepatan atau laju korosinya meningkat drastis. Ada sejumlah cara untuk mencegah korosi celah, diantaranya : 1. Pastikan bahwa unit pompa ketika stand-by, cairan yang ada di dalam seluruhnya di drained. 2. Gunakan flushing pada seal area untuk mencegah kondisi stagnan di dalam bore of the stuffing box cover. 3. Gunakan gasket yang non-absorbent, misalnya teflon, 4. Gunakan welded joint untuk menggantikan threaded joints. 5. Weld kedua sisi flange terhadap pipe joint, untuk

Korosi Sumuran (Pitting Corrosion) Material SS 304L, di lingkungan campuran asam nitrat dan HCl.

Korosi Celah (Crevice Corrosion) Di area dibawah gasket (tanda panah) minim oksigen, di lingkungan asam sulfat encer dan sejumlah kecil HCl dan NaCl.