BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB 1 PROSES PENGELASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

proses welding ( pengelasan )

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB 3 METODE PENELITIAN

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

LAB LAS. Pengelasan SMAW

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI 2.1. PROSES DIFUSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

DASAR-DASAR PENGELASAN

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Gambar 1.7 Pengelasan busur plasma

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH DIAMETER FILLER DAN ARUS PADA PENGELASAN TIG TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

ELEMEN PENGIKAT SAMBUNGAN PERMANEN ( PENGELASAN & PENYOLDERAN )

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

Adanya pengembangan penggunaan gas pelindung pada las TIG. Ditemukannya porositas pada setiap variasi gas dari logam hasil las-lasan.

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 TEORI DIFUSI Proses difusi yang terjadi di dalam benda padat pada dasarnya merupakan loncatan atom-atom dari suatu posisi tertentu di dalam strukturnya menuju posisi yang berdekatan padanya. Mekanisme yang terjadi adalah mekanisme interstisi dan substitusi [3]. Pada proses Hot Dip Galvanizing, pembentukan dan pertumbuhan lapisan sengnya merupakan proses difusi dengan mekanisme kekosongan (vacancy). Prinsip mekanisme difusi kekosongan adalah jika suatu atom mengisi kekosongan yang terdapat pada susunan atom-atomnya, maka akan terjadi kekosongan baru pada susunan atom tersebut (Gambar 2.1). Gambar 2.1. Skema mekanisme difusi kekosongan (vacancy) [3] Kekosongan (vacancy) baru ini dapat diisi oleh atom lain yang letaknya berdekatan dengan lubang yang ditinggalkan oleh atom yang pertama tadi.gerakan 4

keseluruhan dari atom-atom tadi disebut sebagai difusi dengan mekanisme kekosongan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor-faktor sebagai berikut : 1. terdapat adanya kekosongan atau cacat kristal lainnya pada sisi kristalnya 2. memiliki energi aktifasi yang cukup 3. fraksi jari-jari atom, di mana perbedaan antara ukuran atom terlarut dan pelarut adalah kurang dari 15 %. Pada peristiwa difusi, berlaku Hukum Ficks I dan II yang dijelaskan sebagai berikut: Hukum Ficks I Hukum ini berbunyi: laju difusi berbanding lurus dengan gradien konsentrasinya [3]. Kondisi dari hukum ini adalah tanpa adanya perubahan konsentrasi akibat pengaruh waktu difusi, sehingga pemakaiannya terbatas pada difusi steady state (dengan konsentrasi yang dianggap sama pada dc setiap posisi), atau = 0 dt. di mana: J dc J = D... (2.1), dx : banyaknya atom yang berdifusi D : koeafisien difusi (m 2 /s) dc : gradien konsentrasi. dx Hukum Ficks II Hukum Ficks II berbunyi sebagai berikut: laju difusi tidak hanya bergantung pada gradien konsentrasi saja, tetapi juga dengan waktu [3]. dc 2 d c = D... (2.2), 2 dt dx dc dengan : perubahan konsentrasi persatuan waktu. dt 5

2.2 BAJA KARBON yang digunakan sebagai sampel pengelasan adalah baja karbon rendah. Kadar karbon dalam baja ini adalah 0,1 %. Pengelompokan baja berdasarkan kadar karbonnya ditunjukkan oleh Tabel 2.1. Jenis dan Kelas Karbon Rendah Karbon Sedang Karbon Tinggi Lunak Khusus Sangat Lunak Lunak Setengah Lunak Setengah Keras Keras Sangat Keras Tabel 2.1. Pengelompokan Karbon [4] Kadar Kekuatan Kekuata Perpanjangan Karbon Luluh n Tarik (%) (%) (MPa) (MPa) Kekerasan Brinell Penggunaan 0,08 180 280 320 360 40 39 95-100 Plat tipis 0,08 0,12 200 290 360 420 40 30 80 120 Batang, kawat 0,12 0,20 220 300 380 480 36 24 100 130 0,20 0,30 240 360 440 550 32 22 112 145 0,30 0,40 300 400 500 600 30 17 140 170 Konstruksi umum Konstruksi umum Alat-alat mesin 0,40 0,50 340 460 580 700 26 14 160 200 Perkakas 0,50 0,80 360 470 650-1000 20 11 180 235 Rel, pegas dan kawat piano Secara umum, baja karbon rendah memiliki sifat yang sangat baik untuk proses pengelasan. Hal ini dikarenakan pada diagram CCT (Gambar 2.2), baja karbon rendah memiliki hidung yang sangat sempit dan relatif lebih ke kiri, sehingga tidak memudahkan terbentuknya struktur martensit yang getas yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan (low hardenability). 6

Gambar 2.2. Diagram CCT baja karbon rendah [5) 2.3 BAJA KARBON LAPIS SENG Pelapisan logam dengan seng (zinc) memiliki beberapa keunggulan dalam melindungi besi dan baja dari reaksi korosi (karat) pada berbagai jenis keadaan lingkungan. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang mudah membentuk lapisan tipis tahan karat yang padat di atas permukaan logam dan laju korosi yang lebih rendah (hampir 100 kali lebih rendah dari logam lainnya). Lapisan tipis seng tersebut terbentuk dengan cepat ketika ia bereaksi dengan oksigen yang terdapat di udara, sehingga dapat melindungi logam induk di bawahnya. [6] Selain berfungsi sebagai pembatas antara baja dengan lingkungan, lapisan seng juga berfungsi sebagai pelindung katodik (cathodic protection) terhadap logam baja tersebut. Seng memiliki sifat lebih anodik dibandingkan dengan besi dan baja, akan berkarat terlebih dahulu bila lapisan tipisnya rusak, sehingga logam di bawahnya tetap terlindungi. [6] Pelapisan seng terhadap logam besi dan baja dapat dilakukan dengan tujuh cara, yaitu dengan metode Batch Hot Dip Galvanizing, Continuous Sheet Galvanizing, Electrogalvanizing, Zinc Plating, Mechanical Plating, Zinc 7

Spraying dan Zinc Painting. Metode pelapisan seng Continuous Sheet Galvanizing dan Electrogalvanizing banyak dipakai untuk melapisi lembaranlembaran baja. [6] Secara skematis, proses pelapisan lembaran baja dengan metode Continuous Sheet Galvanizing ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Proses dimulai dengan membersihkan lembaran tersebut dengan alkalin. Lalu lembaran baja tersebut dimasukkan ke dalam tungku pemanas (heating furnace) untuk meningkatkan kekuatan mekanisnya. Setelah itu lembaran baja langsung dicelupkan ke dalam lelehan (molten) seng secara berlanjut. Suhu proses pelapisan tersebut adalah sekitar 450 O C. [7] Gambar 2.3. Skema proses pelapisan lembaran baja dengan metode Continuous Sheet Galvanizing [6] Ketebalan lapisan yang dihasilkan melalui proses Continuous Sheet Galvanizing dapat mencapai 76 μm. Foto penampang dari lapisan seng dengan metode ini ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Fasa intermetalik yang terbentuk dari 8

proses pelapisan baja (Fe) dengan Seng (Zn) ada 4, yaitu fasa Eta (η), fasa Zeta (ζ), fasa Delta (δ) dan Gamma (γ). Gambar 2.4. Foto mikro penampang lapisan seng pada baja lembaran dengan metode Continuous Sheet Galvanizing [6] Karakteristik dari keempat fasa intermetalik yang terbentuk di atas permukaan baja adalah [8] : Fasa Eta (η) Memiliki kandungan seng hampir murni, karena pada suhu lebur seng (420 C) kelarutan Fe maksimumnya hanya 0,02% dan kelarutan Fe pada suhu ruang adalah 0,008%. Struktur kristalnya Hexagonal Close Packed (HCP). Kekerasannya mencapai 52 VHN. Fasa Zeta (ζ) Fasa ini mengandung Fe 6,0 6,2 %. Stabil pada suhu di bawah 530 644 C. Struktur kristalnya monoklinik dan kekerasannya mencapai 208 VHN. Fasa Delta (δ) Fasa ini mengandung Fe dengan kadar 7 12 % dan stabil pada suhu di bawah 620 644 C. Struktur kristalnya hexagonal dan kekerasannya mencapai 358 VHN. 9

Fasa Gamma (γ) Fasa ini mengandung Fe dengan kadar 20,5 29 % dan stabil pada suhu di bawah 668 780 C. Struktur kristalnya Body Center Cubic (BCC) dengan kekerasan mencapai 326 VHN. Proses pelapisan lembaran baja dengan metode Electrogalvanizing memakai prinsip elektrokimia. Lembaran baja yang berfungsi sebagai katoda dicelupkan ke dalam larutan seng sulfat (ZnSO 4 ). Lempengan timbal dan perak digunakan sebagai anoda. Ion seng dari dalam larutan ZnSO 4 kemudian tereduksi menjadi logam seng dan menempel pada lembaran baja. Proses ini biasa ditambahkan dengan larutan kimia lain yang berfungsi memperhalus lapisan seng dan meningkatkan daya rekat dengan lembaran baja. Ketebalan lapisan yang dihasilkan dapat mencapai 3,6 μm. [6] 2.4 KEMAMPULASAN BAJA KARBON LAPIS SENG karbon yang dilapisi seng dapat disambung atau dilas dengan metode pengelasan busur listrik. [9]. Contoh dari pengelasan dengan metode busur listrik adalah Shielded Metal Arc Welding, Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Wleding dan Plasma Arc Welding. Seng pada permukaan baja lapis seng memiliki titik lebur 450 460 C dan titik uap sebesar 906 C, jauh lebih rendah dari titik lebur baja (1530 C), seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Maka, pada proses pengelasan logam, seng yang ada di bagian atas permukaan logam baja sebagian akan menguap [11] dan sebagian lagi akan larut ke dalam logam las [12]. 10

Gambar 2.5. Diagram fasa Fe-Zn [10] Karena pada pengelasan baja lapis seng hasil dari Hot Dip Galvanizing memiliki ketebalan yang lebih besar dibandingkan dengan hasil dari pelapisan Elcetrogalvanizing, maka uap seng oksida yang dihasilkan akan lebih banyak. Uap seng oksida tersebut akan meninggalkan lubang-lubang (porosity) pada daerah lasan. [9] 2.5 PENGELASAN BAJA KARBON LAPIS SENG karbon yang dilapisi seng dapat disambung atau dilas dengan metode pengelasan busur listrik. [9]. Contoh dari pengelasan dengan metode busur listrik adalah Shielded Metal Arc Welding, Gas Metal Arc Welding, Gas Tungsten Arc Welding dan Plasma Arc Welding. 2.5.1 Metode Las Gas Metal Arc Welding (GMAW) 1 Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan logam di mana logam yang akan disambung terlebih dahulu dicairkan melewati titik leburnya (melting point) oleh busur listrik. 11

Pengelasan GMAW dapat dilakukan dengan cara semi automatis, mesin dan automatis. Dengan cara semi automatis, peralatan las hanya mengendalikan pengumpanan (feeding) dari kawat elektroda, sementara pergerakan dari weld gun dikendalikan oleh tangan operator. Skema dari peralatan las dengan cara semi automatis ditunjukkan oleh Gambar 2.6. Dengan cara mesin (machine welding), peralatan las dipakai untuk mengendalikan weld gun, sementara parameter lasnya diatur oleh operator. Dengan cara automatis, perlatan las mengendalikan seluruh proses pengelasan dengan memakai sensor untuk mengendalikan jalan dari weld gun. 1. Sumber listrik dengan tegangan tetap. 2. Kabel kontak 3. Kabel las ke umpan (feeder) 4. Kabel ground ke benda kerja 5. Benda kerja 6. Weld Gun 7. Pengumpan kawat berkecepatan konstan 8. Kawat elektroda 9. Selang gas 10. Tabung gas pelindung Gambar 2.6. Skema peralatan las semi automatis 12

Besarnya arus listrik yang diberikan berbanding lurus dengan ketebalan benda kerja, dalam hal ini lembaran baja, dengan besarnya arus listrik adalah 1 Ampere untuk setiap 0,001 inci ketebalan benda kerja. Pengaruh besarnya diameter kawat dengan besarnya arus listrik dan kecepatan umpan kawat elektroda ditunjukkan oleh Tabel 2.2. Tabel 2.2 Besarnya Ukuran Diameter Kawat Las dengan Besar Arus Listrik dan Kecepatan Umpan Kawat Elektroda [1] Ukuran Diameter Kawat Las (milimeter) Besar Arus Listrik (Ampere) Kecepatan Umpan Kawat (inci per menit) 0,7 40 145 50 x Besar Arus Listrik 0,8 50 180 40 x Besar Arus Listrik 1,2 75 250 25 x Besar Arus Listrik Pergerakan weld gun pada pengelasan GMAW terdiri dari 3 macam, yaitu pergerakan lurus (stringer bead), zig-zag (weave bead), dan gelombang (weave pattern). Pergerakan lurus umumnya dipakai pada sambungan dengan groove (alur) yang sempit. Sementara itu, pergerakan zig-zag dipakai pada sambungan dengan groove lebar. Ketiga macam pergerakan tersebut digambarkan secara skematis pada Gambar 2.7. 1. Pergerakan lurus (stringer bead) 2. Pergerakan zig-zag (weave bead) 3. Pergerakan gelombang (weave pattern). 13

Gambar 2.7 Skema pergerakan weld gun Hasil sambungan (weld bead) yang buruk biasanya ditandai oleh percikan logam (spatter) yang besar, sambungan yang kasar, bagian yang tidak terisi curam, overlap yang jelek dan penetrasi yang kurang. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 2.8. 1. Spatter yang besar 2. Sambungan yang kasar 3. Bagian yang tak terisi curam 4. Overlap yang jelek 5. Penetrasi yang kurang Gambar 2.8. Karakteristik dari sambungan (weld bead) yang buruk Hasil sambungan (weld bead) yang baik ditandai oleh percikan logam (spatter) yang halus, sambungan yang seragam, bagian yang tidak terisi landai, tanpa overlap dan penetrasi yang cukup ke dalam logam induk. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 2.9. 14

1. Seragam 2. Bagian yang tak terisi landai 3. Tanpa overlap 4. Penetrasi yang cukup Gambar 2.9. Karakteristik dari sambungan (weld bead) yang baik Bermacam-macam kandungan dari gas pelindung (shielding gas) dan penggunaannya yang dipakai pada pengelasan GMAW ditunjukkan oleh Tabel 2.3. Adapun variasi dari campuran gas-gas tersebut telah berkembang beberapa tahun belakangan ini. Gas Tabel 2.3. Kandungan Gas Pelindung dan Pemakaiannya pada Pengelasan GMAW Short Short Short Spray Arc Spray Arc Spray Arc Circuit Circuit Circuit Aluminum Aluminum Stainless Stainless Argon -- -- -- -- Argon + 1 % O 2 Argon + 2 % O 2 Argon + 5 % O 2 Argon + 8 % Fillet Datar & -- Horizontal 5 Fillet Datar & -- Horizontal 5 Fillet Datar & Posisi 5 Posisi Fillet Datar & -- -- -- Horizontal 5 Fillet Datar & -- -- -- Horizontal 5 -- -- -- -- -- Fillet Datar -- -- -- -- & Posisi 15

CO 2 Horizontal 5 Argon Fillet Datar + 25 % & CO 2 Horizontal 1 Argon + 50 % -- CO 2 CO 2 Fillet Datar & Horizontal 1 Posisi Posisi Posisi Helium -- -- -- -- Argon + Helium Tri- -- -- -- -- -- Posisi 3 -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- Posisi -- -- -- Mix 4 Keterangan : 1. Trasfer Globular 2. Ketebalan besar 3. Pengelasan single pass saja 4. 90% Helium + 7-1/2% Argon + 2-1/2% CO 2 5. Juga untuk GMAW P, semua posisi Posisi 2 -- Posisi 2 -- -- -- 2.5.2 Metode Las Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) 13 Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) adalah suatu proses pengelasan logam di mana elektroda yang dipakai adalah paduan logam Tungsten yang bersifat tak habis pakai (non consumable), sementara logam pengisinya (filler) dimasukkan oleh operator secara manual ataupun dengan mesin pengumpan (feeder). Gas pelindung yang bersifat lembam (inert) diberikan pada saat proses pengelasan untuk melindungi logam las maupun elektrodanya. Skema sistem peralatan dari pengelasan metode ini ditunjukkan oleh Gambar 2.10. 16

Gambar 2.10. Sistem pengelasan metode Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) Dalam pemakaian elektroda Tungsten, besarnya arus yang dipakai dan tipe sumber listrik yang dipakai ditunjukkan oleh Tabel 2.4. Tabel 2.4. Besar Arus Listrik dan Tipe Sumber Listrik pada Pengelasan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) dengan Elektroda Paduan Tungsten (2 % Thorium) Diameter Elektroda (milimeter) DC Argon Elektroda Negatif Searah Besar Arus Listik Tipe Gas Polaritas DC Argon Elektroda Positif Bolakbalik AC Argon Frekuensi Tinggi AC Argon Gelombang Seimbang Frekuensi Tinggi 1,6 50 160 10 20 50 150 60 120 2,4 135 235 15 30 130 250 100 160 3,2 250 400 25 40 225 360 160 250 4 400 500 40 55 300 450 200 320 4,8 500 750 55 80 400 500 290 390 2.5.3 Metode Las Plasma Arc Welding (PAW) 2 Plasma Arc Welding (PAW) adalah pengembangan dari metode pengelasan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Metode ini berkembang karena adanya kelemahan dari pengelasan GTAW. Pengelasan dengan metode GTAW memiliki busur listrik yang relatif tidak stabil dan cenderung menyimpang pada 17

arus listrik yang rendah. Seiring dengan kenaikan besar arus listrik, kekuatan dan diameter dari busur pun akan membesar, sehingga akan memperbesar daerah sambungan dan Heat Affected Zone (HAZ). Metode PAW memakai pipa semprot (nozzle) yang mampu mengalirkan dua aliran gas yang berbeda, sehingga mengakibatkan busur plasma yang dihasilkan lebih terfokus dan bentuknya lebih sempit. Perbandingan antara metode GTAW dan PAW ditunjukkan oleh Gambar 2.11. PAW GTAW Gambar 2.11. Perbandingan Ujung Weld Gun antara Metode PAW dengan GTAW Kunci dari metode PAW adalah aliran gas yang terbatas melewati pipa semprot gas. Hal ini mengakibatkan kecepatan alir gas dan suhu busur listrik yang terbentuk meningkat. Busur plasma membuat jalur lubang yang menembus benda kerja yang akan disambung. Di belakang lubang tersebut, logam cair mengalir mengisi jalur lubang yang ada akibat gaya gravitasi, tegangan permukaan dan tekanan gas dari gas pelindung. Kelebihan dari metode PAW adalah kemampuan untuk membuat sambungan butt I dalam sekali proses sampai pada ketebalan benda kerja (plat) 8 mm. Kelebihan lainnya adalah adanya batasan distorsi yang dihasilkan sehingga panas yang ada dapat menembus benda kerja dengan efisien. 18