BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Distribusi lemak tubuh sering diperkirakan dengan formula yang membandingkan antara berat dan tinggi badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan formula yang paling sering digunakan pada penelitian epidemiologikal. Prevalensi overweight dan obesitas umumnya dinilai dengan menggunakan IMT, yang didefinisikan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter (kg/m 2 ). Untuk orang Asia overweight jika IMT 23 kg/m2 dan obese jika IMT 25 kg /m2, sedangkan untuk Eropa dan Amerika overweight jika IMT 25 kg/m2 dan obese jika IMT 30 kg /m2 (Kopelman, 2000; WHO, 2000; Wang & Nakayama, 2010). Overweight dan obesitas merupakan masalah epidemik global diseluruh dunia dan memperlihatkan kecenderungan yang meningkat secara tajam baik di negara ekonomi maju maupun negara dengan ekonomi sedang dan rendah, terutama di daerah perkotaan. WHO pada tahun 2008 mencatat lebih dari 1,4 milyar orang dewasa usia di atas 20 tahun adalah overweight, dengan lebih dari 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta perempuan adalah obese (WHO, 2014). Di Indonesia prevalensi obesitas dan overweight juga mengalami peningkatan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Dinas 1
2 kesehatan pada tahun 2013, prevalensi obesitas penduduk dewasa (berusia 18 tahun) berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada laki-laki tahun 2013 sebanyak 19,7 %, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (17,8%), sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa pada tahun 2013 sebanyak 32,9%, naik dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (15,5%). Prevalensi obesitas sentral tahun 2013 adalah 26.6 kg/m², lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%) (Depkes, 2013). Overweight dan obesitas merupakan faktor resiko utama pada beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskuler (terutama penyakit jantung dan stroke), diabetes, disfungsi hati, penyakit muskuloskeletal (terutama osteoarthritis), dan beberapa keganasan (endometrium, payudara, dan usus besar) (WHO, 2014). Overweight dan obesitas meningkatkan berbagai kelainan metabolik, resistensi insulin, kondisi proinflamasi dan kondisi protrombotik yang berperan dalam patogesis aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler. Aterosklerosis memegang peranan penting dalam patogenesis penyakit kardiovaskular dan merupakan fenomena progresif, mulai dari usia muda dan memiliki manifestasi klinis pada dekade berikutnya (Oren et al, 2003). Pengukuran tunika imedia-intima arteri karotis telah diterima dan terbukti sebagai metode untuk mengetahui perkembangan aterosklerosis. Ukuran tunika media-intima arteria karotis berkorelasi baik dengan ukuran patologis. Peningkatan ukuran tunika imedia-intima arteria karotis berhubungan secara bermakna dengan faktor-faktor risiko kardiovaskular dan plak karotis (Davis et al, 2001). Hal tersebut tersebut didukung oleh penelitian Amato
3 tentang morfologi dinding pembuluh dan aterosklerosis sistemik dengan menilai ketebalan tunika intima media arteri koroner (menggunakan ultrasonografi intravaskular) dan ketebalan tunika intima-media arteri karotis (dengan menggunakan ultrasonografi ekstravaskular) pada pasien yang sama dengan hasil, terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara ketebalan lapisan intima-media arteri karotis dan aterosklerosis koroner sehingga mendukung bahwa ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis dapat menilai aterosklerosis sistemik (Coll & Feinstein, 2008). Ultrasonografi (USG) dapat memvisualisasikan kelainan morfologi awal dinding arteri. USG B-mode resolusi tinggi merupakan metode terbaik untuk mendeteksi tahap awal penyakit aterosklerosis, karena tidak invasif, cepat, mudah tersedia dan menunjukkan struktur dinding pembuluh darah dengan resolusi yang lebih baik daripada modalitas lain yang sejenis (misalnya magnetic resonance imaging). USG telah digunakan pada beberapa penelitian untuk menilai ukuran ketebalan tunika intima-media arteri karotis dan telah terbukti berhubungan dengan faktor-faktor risiko kardiovaskular dan kejadian penyakit kardiovaskular (Touboul et al, 2007). B. Perumusan Masalah irrhberdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan formula yang sering digunakan pada penelitian untuk memperkirakan kondisi lemak tubuh dengan nilai IMT
4 23 kg/m2 disebut overweight, IMT 25kg /m 2 adalah obese untuk orang Asia 2. Insidensi overweight dan obesitas cukup tinggi dan terus meningkat di seluruh dunia termasuk di Indonesia 3. overweight dan obesitas meningkatkan berbagai kelainan metabolik, resistensi insulin, kondisi proinflamasi dan kondisi protrombotik yang berperan dalam patogesis aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler. 4. Pengukuran tunika intima- media arteria karotis telah diterima dan terbukti sebagai metode untuk mengetahui perkembangan aterosklerosis. 5. USG B-mode resolusi tinggi merupakan metode terbaik untuk mendeteksi tahap awal penyakit aterosklerosis, karena dapat memvisualisasikan kelainan morfologi awal dinding arteri dengan resolusi yang lebih baik. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Seberapa korelasi antara IMT dengan ketebalan tunika intima-media arteria karotis? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa korelasi antara antara IMT dengan ketebalan tunika intima-media arteria karotis.
5 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan : 1. Bermanfaat bagi penderita overweight dan obesitas untuk memberikan pemahaman tentang faktor resiko overweight dan obesitas 2. Bermanfaat secara teoritis untuk mengetahui korelasi antara peningkatan IMT terhadap ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis. 3. Secara medis menunjukkan pentingnya pemeriksaan USG untuk menilai ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis. 4. Bermanfaat bagi pendidikan, melatih cara berpikir dan melakukan penelitian, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan. 5. Bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sebagai dasar teori atau sumber pustaka. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang korelasi antara peningkatan IMT dengan penebalan tunika intima-media arteria karotis komunis, menurut pengetahuan penulis belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta. Penulis menemukan laporan penelitian yang berkaitan dengan obesitas dan ketebalan tunika intima-media arteria carotis. Penjelasan tentang beberapa laporan penelitian yang ditemukan oleh penulis akan dipaparkan dalam tabel 1. Laporan penelitian tersebut juga digunakan sebagai sumber acuan pada penelitian ini.
6 Tabel 1. Penelitian mengenai obesitas dan penebalan tunika intima-media arteria karotis komunis Peneliti, tahun Ko et al., 2011 Maher et al., 2009 Kotsis et al., 2006 Lo et al., 2006 Hartanto et al., 2011 Tempat Subyek Topik Hasil Hong Kong Dublin, Ireland Athens, Greece Massach usetts Yogyakarta 122 orang dengan obesitas sentral 71 wanita, 29 lelaki obesitas sentral tanpa faktor resiko penyakit kardiovaskuler lain Pasien underweigh: 9; normalweight 144, overweight: 249 dan obese : 34 pada pusat hipertensi 100 wanita sehat usia 14-59 th) 32 subjek DM, 32 normal mengevaluasi peningkatan ketebalan tunika intima-media dan plak aterosklerosis pada subjek Cina tanpa gejala dengan obesitas sentral. mengevaluasi hubungan ukuran antopometrik dan faktor risiko metabolik dengan perubahan ketebalan tunika intima-media pada subjek obesitas. Pengaruh obesitas pada ketebalan arteria carotis Efek obesitas, body composition dan adinopektin pada ketebalan tunika intima media arteri karotis pada wanita sehat Pada subjek dengan obesitas sentral tanpa gejala klinis ditemukan 19% plak aterosklerosis dan 10% dengan ketebalan tunika intima-media tidak normal Parameter antopometrik dan faktor resiko metabolik pada individu sehat ( tanpa gejala klinis) saling berkorelasi. Parameter antopometrik berkorelasi secara bemakna dengan ketebalan tunika intima-media arteria. Rata-rata ketebalan tunika intima media arteria carotis. Meningkat pada peningkatan IMT. Dan beberapa efek obesitas pada struktur arteri carotis independen dengan tekanan darah dan mungkin berhubungan dengan obesitas menginduksi hiperglikemia. Obesitas berhubungan dengan peningkatan ketebalan tunika intima media arteria carotis pada wanita muda sampai usia pertengahan. Adinopectin dan lemak subcutan berhubungan dengan tunika intima media arteria carotis pada populasi tersebut Hubungan DM dengan Terdapat perbedaan signifikan Penebalan Lapisan ketebalan lapisan intimamedia arteri karotis komunis Intima Media Arteri Karotis Komunis pada penderita DM tipe 2.
7 Penelitian ini berebeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ko dan Maher karena mereka meneliti terutama tentang obesitas sentral dengan mengukur lingkar perut, sedangkan pada penelitian ini dengan IMT yang menggambarkan total kegemukan tubuh. Penelitian yang dilakukan Ko dan Hartanto dilakukan pada subjek dengan gejala klinis yaitu hipertensi dan DM sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada subyek tanpa gejala klinis