DUKUNGAN OJK KEPADA UMKM DAN DORONGAN KEPATUHAN PASKA AMNESTI PAJAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di tempat.

Dukungan OJK dalam Membangun Perekonomian Indonesia. Deputi Komisioner Pengawasan IKNB 2 Otoritas Jasa Keuangan Jakarta 3 Mei 2016

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

No. 15/ 8/DPbS Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

TANYA JAWAB PELAKSANAAN TAX AMNESTY

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10 tahun

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PMK.08/2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi

TANYA JAWAB. Pelaksanaan Tax Amnesty

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2 baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, Dana Pensiun dapat memenuhi kewajiban pembayaran manfaat kepada Peserta. Untuk itu, Dana Pensiun me

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

2016, No Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dala

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. bergerak pada bidang keuangan. Pengertian Bank menurut Undang-undang

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita tau, perbankan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan

Mengapa harus sekarang?

BAB I PENDAHULUAN. tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sumber dana internal dan eksternal perusahaan. Sumber dana internal, artinya,

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT

BERITA RESMI STATISTIK

STRATEGI NASIONAL LITERASI KEUANGAN INDONESIA (Revisit 2017)

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang namanya sektor perbankan. Dunia perbankan merupakan peranan

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA. Saktyanu K. Dermoredjo

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

Transkripsi:

DUKUNGAN OJK KEPADA UMKM DAN DORONGAN KEPATUHAN PASKA AMNESTI PAJAK M. Ihsanuddin Kepala Kantor OJK Regional III Jawa Tengah dan DIY Disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis UNS ke 40 Solo, 4 Maret 2017

AGENDA 1. 2. 3. 4. POTENSI DAN DUKUNGAN OJK PADA SEKTOR PRODUKTIF & UMKM REGULASI OJK KEPADA SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK MENDORONG SEKTOR PRODUKTIF DAN UMKM STATISTIK KREDIT/ PEMBIAYAAN KEPADA SEKTOR UMKM MENDORONG WAJIB PAJAK SEKTOR PRODUKTIF & UMKM

1. POTENSI DAN DUKUNGAN OJK PADA SEKTOR PRODUKTIF & UMKM

Potensi Kewirausahaan Sektor Produktif UMKM di Indonesia BONUS DEMOGRAFI Tahun 2030, jumlah penduduk usia produktif diperkirakan di atas 60% dan 27% di antaranya adalah penduduk muda (16-30 tahun). Penduduk muda Indonesia berpotensi menjadi Creative Class. POTENSI UMKM Jumlah UMKM di Indonesia mencapai 99,9% dari total usaha dan mempekerjakan lebih dari 114 juta penduduk Indonesia. PERKEMBANGAN GAYA HIDUP DIGITAL Teknologi digital dan internet telah menjangkau lebih dari 90% populasi Indonesia dan mendorong perkembangan start up. PENINGKATAN PERMINTAAN PRODUK KREATIF PENINGKATAN JUMLAH KELAS MENENGAH Peningkatan di pasar global terutama produk berbasis media dan teknologi informasi/ict (content industry) Pada tahun 2030, diperkirakan 135 juta penduduk Indonesia akan memiliki penghasilan bersih (net income) di atas USD3.600 sebagai konsumen ekonomi kreatif Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dalam satu dekade terakhir telah mendorong tumbuhnya kelas menengah Indonesia yang muda, produktif, kreatif dan inovatif. Kelas menengah Indonesia akan menjadi entrepreneur penggerak UMKM, industri kreatif dan Perusahaan Rintisan (Start Up) yang potensinya sangat besar di Indonesia.

DUKUNGAN OJK PADA SEKTOR PRODUKTIF & UMKM DUKUNGAN LATAR BELAKANG 1. NAWA-CITA Presiden Jokowi JK 2. Mewujudkan Kedaulatan Ekonomi 3. Mewujudkan Kedaulatan Keuangan Melalui Kebijakan Inklusi Keuangan 50% Penduduk TUJUAN Tujuan Meningkatkan Peran Sektor Jasa Keuangan (SJK) Melalui Pemberian Kredit atau Pembiayaan Kepada Sektor Produktif dan UMKM Dengan Tetap Mengedepankan Prinsip Kehati-Hatian dan Praktek Tata Kelola Yang Sehat, Efisien dan Menguntungkan Upaya yang telah dan akan dilakukan: 1. Regulasi yang kondusif terhadap industri perbankan dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor produktif/umkm; 2. Pengawasan (Supervisory Actions) terhadap Dukungan Rencana Bisnis Bank (RBB) dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor produktif/umkm a.l. Pertanian, Kelautan & Perikanan, Energi, dan Pangan, serta Industri Kreatif 3. Implementasi LAKU-PANDAI yang memberikan kemudahan akses pelaku ekonomi kecil (inklusi keuangan 4. Tahap awal: Pembentukan Tim Kerja Lintas Lembaga (OJK, Kementerian, KADIN, SJK) untuk akselerasi kredit dan pembiayaan kepada sektor prioritas, produktif dan kreatif

2. REGULASI OJK KEPADA SEKTOR JASA KEUANGAN UNTUK MENDORONG SEKTOR PRODUKTIF DAN UMKM

Kewajiban Porsi Penyaluran Pembiayaan Produktif & UMKM 1. Bank wajib memenuhi porsi penyaluran pembiayaan produktif berdasarkan klasifikasi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) sesuai PBI No.14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank 2. Bank wajib menyalurkan kredit/pembiayaan kepada usaha produktif yaitu paling rendah: a. 55% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 1 (Modal Inti < Rp1 T). b. 60% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 2 (Modal Inti Rp1 T s/d Rp5 T). c. 65% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 3 (Modal Inti Rp5 T s/d Rp30 T). d. 70% dari total kredit/pembiayaan bagi BUKU 4 (Modal Inti > Rp30 T). 3. Bagi Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan Alokasi Modal Inti (AMI) memperoleh insentif tambahan jumlah pembukaan jaringan kantor apabila menyalurkan kredit/pembiayaan kepada: a. UMKM paling rendah 20% dari total kredit/pembiayaan. b. UMK paling rendah 10% dari total kredit/pembiayaan. 4. Kewajiban Bank menyalurkan kredit/pembiayaan kepada usaha produktif dipenuhi paling lambat akhir bulan Juni 2016. Keterangan: Kredit/Pembiayaan Produktif meliputi: Modal Kerja dan Investasi (tidak termasuk Konsumsi) Kewajiban Penyaluran Pembiayaan Sektor Produktif & UMKM 1. Bank wajib menyalurkan kredit/pembiayaan kepada UMKM sesuai PBI No.14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit/Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan UMKM 2. Bank umum wajib menyalurkan kredit/pembiayaan UMKM secara bertahap, yaitu: a. 5% dari total kredit atau pembiayaan tahun 2015; b. 10% dari total kredit atau pembiayaan tahun 2016; c. 15% dari total kredit dan pembiayaan tahun 2017, dan d. 20% dari total kredit atau pembiayaan tahun 2018. 3. Kredit/pembiayaan UMKM, dilakukan secara: a.langsung kepada usaha UMKM dan/atau b.tidak langsung melalui kerja sama pola executing, pola channeling dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). Yang dimaksud tidak langsung adalah pemberian kredit atau pembiayaan UMKM oleh bank umum kepada BPR, BPRS, dan/atau lembaga keuangan lainnya. Insentif Penilaian Kualitas Kredit UMKM Penilaian kualitas kredit dapat hanya berdasarkan 1 pilar (ketepatan membayar pokok dan/atau bunga) dan khusus untuk kredit debitur UMKM dengan plafon tertentu, yaitu: 1. Antara Rp1 M s/d Rp20 M bagi bank dengan Kualitas Penerapan Manajamen Risiko (KPMR) Kredit dengan peringkat sangat memadai (Strong), CAR sesuai ketentuan, dan tingkat kesehatan paling kurang PK-3 (Cukup Baik). 2. Antara Rp1 M s/d Rp10 M bagi bank dengan KPMR Kredit dengan peringkat memadai (satisfactory), CAR sesuai ketentuan, dan tingkat kesehatan paling kurang PK-3 (Cukup Baik). Keterangan: 1. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur yang memenuhi definisi & kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sesuai UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yaitu usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih & hasil penjualan tahunan. 2. UMKM didasarkan pada plafon, yaitu: a. Kredit mikro < s.d Rp50juta, b. Kredit kecil antara Rp50juta s/d Rp500 juta, c. Kredit menengah antara Rp500juta s/d Rp5 M.

3. STATISTIK KREDIT/ PEMBIAYAAN KEPADA SEKTOR UMKM DAN SEKTOR EKONOMI KREATIF

KINERJA SEKTOR UMKM (RP T) 4.5% 4.0% 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% Tren Penyaluran Kredit UMKM 4.2% 4.2% 3.9% 4.0% 3.4% 3.2% 3.2% 856,957 791,187 731,836 635,927 382,622 482,334 550,339 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Tren Pertumbuhan Kredit serta Kualitas Kredit Sektor UMKM-Mikro Tren Pertumbuhan Kredit serta Kualitas Kredit Sektor UMKM-Kecil Tren Pertumbuhan Kredit serta Kualitas Kredit Sektor UMKM-Menengah 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% 2.7% 2.3% 2.5% 2.5% 3.3% 2.7% 175,169 195,621 158,640 118,889 97,170 70,801 87,494 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL 250,000 200,000 2.1% 150,000 100,000 50,000-5.2% 5.0% 4.8% 4.6% 4.4% 4.2% 4.0% 3.8% 5.0% 4.7% 4.5% 4.3% 4.7% 216,141 213,444 144,671 169,113 188,255 230,804 5.0% 255,504 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL 300,000 250,000 200,000 150,000 4.3% 100,000 50,000-6.0% 5.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0.0% 3.6% 2.9% 2.5% 167,149 225,727 264,915 303,594 2.7% 357,055 3.8% 4.5% 385,214 405,832 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Outstanding (Rp Miliar) Rasio NPL 5.2% 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 - Kredit UMKM tumbuh 63,75% dari tahun 2011 sampai dengan 2016 dengan rata-rata NPL 3,8% Kredit UMKM selama kurun waktu 2010-2016 menunjukkan peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 13,16% yoy.

REALISASI PENYALURAN PEMBIAYAAN UMKM PER PROVINSI (RP T) AGUSTUS 2016 Provinsi Maluku Utara Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Maluku Provinsi Gorontalo Provinsi Papua Barat Provinsi Kep. Bangka Belitung Provinsi Bengkulu Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Kep. Riau Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Papua Provinsi Nusa Tenggara Barat Provinsi NAD Provinsi Jambi Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Selatan Provinsi Lampung Provinsi Sumatera Barat Provinsi Banten Provinsi Riau Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Bali Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Sumatera Utara Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Timur Provinsi DKI Jaya 1.7 2.2 2.5 2.8 3.2 3.7 5.7 5.8 6.3 7.0 7.7 7.9 7.9 8.4 8.9 9.4 10.8 12.9 13.2 14.6 15.0 15.0 20.4 20.4 20.5 22.0 28.0 32.7 Berdasarkan sebaran wilayah, provinsi dengan penyaluran UMKM tertinggi adalah sebagai berikut: 1. DKI Jakarta (Rp160,5T 2. Jawa Timur (Rp110,3T) 3. Jawa Barat (Rp92,7T) Untuk luar Jawa, provinsi dengan penyaluran UMKM tertinggi adalah sebagai berikut: 1. Sumatera Utara (Rp50,4T) 2. Sulawesi Selatan (Rp32,7T) 3. Bali (Rp28,0T) 50.4-20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 90.3 92.7 110.3 160.5

ISU PEMBIAYAAN UMKM OPSI SOLUSI: 1. Keterbatasan dalam penyediaan agunan; 2. Tidak memiliki agunan; 3. Memiliki agunan tetapi tidak mencukupi; 4. Memiliki agunan, tetapi tidak memenuhi aspek legalitas 5. Umumnya non-bankable; dan 6. Pembiayaan masih didominasi oleh Sektor Perdagangan Besar dan Eceran rata-rata >45% per tahun 1. Pemanfaatan Agen Laku Pandai; 2. Pembangunan infrastruktur dalam mendukung program Laku Pandai; 3. Pemanfaatan TPAKD di daerah untuk bersinergi dengan perbankan/perusahaan; pembiayaan dalam meningkatkan akses pembiayaan; dan 4. Menggeser pembiayaan UMKM dari sektor Hilir (Perdagangan Besar dan Eceran) ke sektor hulu (pertanian, pariwisata dan Kelautan & Perikanan)

Kinerja Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Realisasi penyaluran KUR per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp94,4 Triliun (94,4% dari target penyaluran Rp 100 T), dengan kinerja Non Performing Loans/NPL yang cukup rendah yakni sebesar 0,37%. Dilihat dari trend penyaluran KUR, terdapat kecenderungan peningkatan di setiap tahunnya, provinsi-provinsi di Pulau Jawa masih mendominasi porsi penyaluran terbesar. Realisasi Penyaluran KUR 2007-2016, Rp Triliun Penyaluran KUR Berdasarkan Sebaran Pulau KALIMANTAN Rp5,8 Triliun SULAWESI Rp9,3 Triliun SUMATERA Rp18,5 Triliun JAWA Rp51,4 Triliun BALI NUSRA Rp7,1 Triliun Papua & Maluku Rp2,2 Triliun Oleh karena itu, kami di OJK telah meminta industri jasa keuangan penyalur KUR di tahun 2017 ini untuk lebih fokus pada penyaluran di sektor-sektor produktif dan daerah-daerah potensial di luar pulau Jawa.

Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan kepada UMKM dan Sektor Ekonomi Kreatif Penyaluran Kredit Perbankan ke UMKM selama kurun waktu 2011-Sep/16 menunjukkan peningkatan dengan rata-rata Non Performing Loans/NPL 3,82% masih dibawah threshold. Selain itu, porsi Kredit kepada Sektor Ekonomi Kreatif (Rp121 T) terhadap Total Kredit Perbankan adalah sekitar 2,87%. Oleh karena itu, OJK meminta perbankan untuk terus mendukung pembiyaan kepada sektor produktif dan kreatif serta padat karya. 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Trend Penyaluran Kredit UMKM 4.85% 4.26% 3.99% 3.44% 3.19% 3.22% 877,894 787,379 727,697 632,401 548,093 480,828 2011 2012 2013 2014 2015 Sep-16 1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Outstanding Kredit (Miliar Rp) NPL (%) Porsi NPL (posisi Sept. 16) Kredit Sektor Ekonomi (Rp6,3 T) thd : 1. Total Kredit Sektor Ekonomi Kreatif sekitar 5,19%; 2. Total Kredit Perbankan sekitar 0,15% NPL tertinggi BUKU 3 mendominasi 45,67% dari Total NPL Kredit Sektor Ekonomi Kreatif, diikuti BUKU 4 (36,51%) OJK meminta bank menjaga NPL dalam level yang rendah pada semua sektor termasuk Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Ekonomi Kreatif: 1. Aplikasi dan Game Developer 2. Arsitektur 3. Desain Interior 4. Desian Komunikasi Visual 5. Desain Produk 6. Fashion 7. Film, Animasi dan Video 8. Fotografi 9. Kriya 10. Kuliner 11. Musik 12. Penerbitan 13. Periklanan 14. Senin Pertunjukan 15. Seni Rupa 16. Televisi dan Radio

PENGEMBANGAN DAN PENGATURAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Revitalisasi Perusahaan Modal Ventura bertujuan untuk mendorong perkembangan wirausaha di Indonesia, baik perusahaan Rintisan (Start Up), maupun UMKM, yang terutama berbasis inovasi dan teknologi baru. Tujuan Modal Ventura 1. Pengembangan suatu penemuan baru; 2. Pengembangan perusahaan atau usaha orang perseorangan yang pada tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana; 3. Pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi; 4. Membantu perusahaan atau usaha orang perseorangan yang berada pada tahap pengembangan atau tahap kemunduran usaha; 5. Mengambil alih perusahaan atau usaha orang perseorangan yang berada pada tahap pengembangan atau tahap kemunduran usaha; 6. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa, penggunaan/alih teknologi baru. Pembiayaan Modal Ventura Penyertaan Saham Pembelian Obligasi Konversi Pembiayaan melalui Pembelian Surat Utang yang Diterbitkan Pasangan Usaha pada Tahap Rintisan Usaha (Start-Up) dan/atau Pengembangan Usaha Pembiayaan Usaha Produktif Pembiayaan bagi UMKM dan Koperasi

Pasca Revitalisasi Modal Ventura PASCA REVITALISASI MODAL VENTURA Untuk meningkatkan peran modal ventura, khususnya dalam memberikan dukungan pembiayaan terhadap UMKM, kami di OJK telah mengeluarkan 4 (empat) POJK, yang salah satunya mengatur tentang penyelenggaraan kegiatan usaha modal ventura wajib memiliki pasangan usaha dan/atau Debitur UMKM dan koperasi minimal 5% (lima persen) dari total kegiatan usaha 1. 1 ( POJK No. 35 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura) Komposisi Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura 2013 s/d November 2016 12.23% 10.42% 6.30% 6.88% 66.47% 70.00% 74.25% 69.10% 21.30% 19.59% 19.45% 24.02% 2013 2014 2015 Nov-16 Penyertaan Saham Pembiayaan Bagi Hasil Obligasi Konversi Kebijakan revitalisasi modal ventura ini sudah menampakkan hasil dimana porsi penyertaan saham (equity participation) sudah menunjukkan peningkatan pasca diterbitkannya paket kebijakan regulasi modal ventura. Oleh karena itu, kami akan tetap mengawal dan mendorong perusahaan modal ventura untuk lebih berkontribusi dalam pembiayaan UMKM khususnya pada perusahaan rintisan.

4. MENDORONG WAJIB PAJAK SEKTOR PRODUKTIF & UMKM

DUKUNGAN REGULASI TERKAIT TAX AMNESTY Latar Belakang OJK menyadari bahwa dana repatriasi yang diperoleh dari program Tax Amnesty selain dapat membantu pembiayaan infrastruktur, juga secara bersamaan akan memperkuat likuiditas, mendorong pendalaman pasar keuangan, serta mendorong suku bunga kredit yang lebih murah. Dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut, OJK telah meluncurkan berbagai kebijakan strategis yang diharapkan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan program Tax Amnesty pemerintah, baik melalui relaksasi atas beberapa ketentuan terkait produk-produk keuangan dan investasi, ataupun melalui percepatan proses penerbitan produkproduk investasi tersebut. OJK juga telah membentuk satuan tugas Tax Amnesty yang nantinya akan mengkaji, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut di sektor keuangan, untuk kemudian mengambil langkah antisipasi agar program tax amnesty dapat berjalan dengan lancar. Relaksasi Ketentuan POJK Nomor 25/POJK.03/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.03/2015 Tentang Kegiatan Usaha Bank Berupa Penitipan Dengan Pengelolaan (Trust) dan POJK Nomor 26/POJK.04/2016 tentang Produk Investasi Di Bidang Pasar Modal Dalam Rangka Mendukung Undang-Undang Tentang Pengampunan Pajak. Berbagai instrumen investasi keuangan dapat dimanfaatkan untuk menampung dana hasil repatriasi. Sesuai dengan Pasal 6 angka (2) PMK Nomor 119 /PMK.08/2016, Jenis Instrumen Investasi keuangan yang dapat digunakan dalam rangka Tax Amnesty adalah a. Efek Bersifat Utang, termasuk MTN; b. Sukuk; c. Saham; d. Unit penyertaan Reksadana; e. Efek Beragun Aset; f. Unit Penyertaan dana investasi real estat; g. Deposito; h. Tabungan; i. Giro; dan/atau j. Instrumen pasar keuangan lainnya termasuk produk asuransi, perusahaaan pembiayaan, dana pensiun, atau modal ventura, yang mendapatkan persetujuan OJK.

LANJUTAN Relaksasi Ketentuan Beberapa relaksasi ketentuan yang diatur dalam kedua POJK tersebut, antara lain: 1. POJK No. 25 ; Nasabah perorangan dapat menempatkan dananya di instrumen Trust. 2. POJK No. 26 ; Penyederhanaan pembukaan rekening efek oleh Wajib Pajak (WP) untuk keperluan Tax Amnesty, dimana nasabah cukup melampirkan Surat Keputusan Pengampunan Pajak; Penyederhanaan persyaratan dokumen dalam pernyataan pendaftaran penerbitan RDPT, KPD, EBA KIK, DIRE; Tidak diwajibkan adanya jaminan kebendaan atas investasi RDPT; Penghapusan kewajiban adanya Perusahaan Sasaran bagi RDPT pada saat pencatatan sampai dengan tahun pertama; Penyesuaian nilai minimal investasi untuk setiap nasabah pada instrumen KPD dari minimum Rp10 miliar menjadi Rp5 miliar; dan Produk investasi di Bidang Pasar Modal yang diatur dalam POJK ini tidak hanya dapat digunakan sebagai instrumen investasi konvensional, tetapi dapat juga digunakan sebagai instrumen investasi berbasis syariah. Relaksasi Ketentuan UMKM memiliki kontribusi yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 63%. Dengan demikian Tax amnesty bukan hanya memberikan kesempatan bagi pengusaha besar yang memiliki dana luar negeri tetapi juga memberikan kesempatan kepada pengusaha sektor produktif dan UMKM untuk turut berpartisipasi. Disamping itu, pendeklarasian pajak oleh sektor produktif dan UMKM dapat menjadikan basis pajak menjadi lebih akurat.

matur nuwun