Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODA

ABSTRAK. Kata Kunci :Kesesuaian Perairan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Keramba Jaring Apung KJA), Ikan Kerapu

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Pulau Barrang Lompo. Pulau Laelae. Sumber :Landsat ETM+Satellite Image Aquisition tahun 2002

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN NILA

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan 2)

II. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

II. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

FORMASI SPASIAL PERAIRAN PULAU 3S (SALEMO, SAGARA, SABANGKO) KABUPATEN PANGKEP UNTUK BUDIDAYA LAUT Fathuddin dan Fadly Angriawan ABSTRAK

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

3. METODE PENELITIAN

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian laju pertumbuhan dan produksi lamun Cymodocea rotundata

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI PERAIRAN PULAU TEGAL TELUK LAMPUNG

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

III. METODE PENELITIAN

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Perairan Pulau Pasaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Analisis Kesesuaian Lokasi dan Data Spasial Budidaya Laut berdasarkan Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI Bahan dan Alat yang Digunakan Data Data Relevan

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di daerah Teluk Hurun, Lampung. Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung yang terletak di Desa Hanura Kec. Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pada teluk ini terdapat perusahaan komersial pembudidaya tiram mutiara. Secara geografis Teluk Hurun terletak pada 0 o 4 sampai 0 o 0 BT dan o 0 sampai o 6 LS. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April Mei 0. Dalam prosesnya didahulukan dengan pengajuan proposal penelitian pada minggu ke bulan Februari 0. Pengambilan data parameter fisika, kimia, dan bilogi secara in situ dilakukan pada tanggal 0 April dimulai dari pukul 09.00 WIB. Gambar. Peta Lokasi Penelitian

. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan terdiri dari hardware dan software. Hardware yang digunakan adalah notebook, printer dan scanner. Untuk software yang digunakan adalah ArcGIS 9.. Tabel. Alat yang digunakan No Alat Spesifikasi Kegunaan Plankton net Diameter 9 cm, mesh size 0 micron Mengambil sample fitoplankton Termometer Alkohol -0 s/d 0 0 C akurasi o C Mengukur suhu Echosounder Min. depth 0,6 m, max. depth Mengukur kedalaman 00 m, accuracy ± % 4 Refraktometer 0 s/d 00 %0 Mengukur salinitas akurasi %0 Floating Mengukur kecepatan arus droudge 6 Secchi disk Diameter 0 cm Mengukur kecerahan 7 ph meter Mengukur ph 8 Water Mengambil sampel air Sampler 9 Kamera digital Resolusi 8 MegaPixel Alat dokumentasi 0 GPS Mengatahui koordinat Perahu Menjangkau lokasi titik sampling penelitian Bahan yang digunakan adalah :. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang diperoleh dari BAKOSURTANAL,. Data biologi, fisik, dan kimia perairan Teluk Hurun.

4. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survei. Metode survei dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder untuk memberikan gambaran deskriptif tentang kondisi objek penelitian. Pengolahan data untuk menghasilkan peta kesesuaian perairan untuk budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima) dengan metode overlay menggunakan sistem informasi geografis dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pengumpulan data, penyusunan basis data, klasifikasi tingkat kesesuaian..4 Prosedur Penelitian.4. Penentuan Stasiun Sampling Data yang akan diambil yaitu data mengenai kondisi perairan yang diambil secara langsung di lapangan dengan menentukan stasiun sampling, dirancang dengan menggunakan metode purposive sampling. Penentuan stasiun pengambilan data dilakukan dengan memilih stasiun yang mewakili keterwakilan perairan teluk itu sendiri, dan point sampling ditentukan sedemikian rupa sehingga dapat mewakili keseluruhan lahan. Stasiun yang ditetapkan yaitu : Stasiun : perairan di sekitar bagian dalam teluk Stasiun : perairan di sekitar bagian luar teluk Stasiun : perairan pada daerah yang pernah atau sedang dilaksanakan budidaya tiram mutiara. Kondisi perairan yang berbeda pada tiap stasiun melatarbelakangi penentuan stasiun sampling, jika ditinjau salah satunya dari kondisi arus dimana di dalam teluk memiliki arus yang relatif tenang karena terlindung oleh gugusan tanjung, pada pintu teluk terdapat arus masuk dan keluar, sedangkan pada luar teluk arus cenderung lebih kuat. Perbedaan kondisi arus ini diperkirakan mempengaruhi distribusi pakan alami (fitotplankton) dari tiram mutiara. Penentuan stasiun penelitian diharapkan bisa mewakili atau menggambarkan keadaan perairan pada teluk tersebut.

Gambar 6. Peta Lokasi Point Sampling dan Stasiun Sampling Koordinat lokasi point sampling dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. Koordinat lokasi titik sampling No Latitude Longitude No Latitude Longitude 4 6 7 8 9 0 '." LS '4." LS '.7" LS '.4" LS '09." LS '9.4" LS '8.4" LS '40." LS '07.7" LS '4.8" LS 0 4'9.0" BT 0 4'7." BT 0 '07.6" BT 0 '06.6" BT 0 '06.4" BT 0 '06." BT 0 '8.8" BT 0 '8." BT 0 '." BT 0 '.8" BT 4 6 7 8 9 0 '4.4" LS '4." LS '4.0" LS '07.8" LS '9." LS '.7" LS '." LS '." LS '09." LS '9.7" LS '." LS 0 '.0" BT 0 '." BT 0 '.4" BT 0 '.7" BT 0 '.6" BT 0 6'6.8" BT 0 6'0.8" BT 0 6'.0" BT 0 6'7." BT 0 6'7." BT 0 '8." BT

6.4. Pengumpulan Data Pengambilan data untuk mengetahui parameter kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara Pinctada maxima yang dilakukan secara in situ meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi. Dalam parameter fisika, variabel yang diukur melitputi :. Kecerahan perairan menggunakan Sacchi disk (%). Suhu permukaan perairan menggunakan thermometer ( 0 C). Kecepatan arus permukaan menggunakan flouting drogue (cm.detik - ) 4. Kedalaman perairan menggunakan Echosounder Dalam parameter kimia, variabel yang diukur meliputi :. Oksigen Terlarut (DO) menggunakan Water checker. Derajat Keasaman (ph) menggunakan Water checker. Salinitas perairan menggunakan refraktometer (ppt) 4. Fosfat menggunakan Spektrofotometer. Nitrat menggunakan Spektrofotometer Analisis selanjutnya untuk mengetahui nilai dari variabel kimia tersebut dilakukan di laboratorium. Parameter biologi, varibel yang diukur adalah kepadatan fitoplankton. Pengambilan sampel fitoplankton dilakukan dengan plankton net secara vertikal pada kolom air, sebanyak 00ml ditempatkan pada botol sampel. Filtrat yang diperoleh kemudian diawetkan dengan larutan formalin 4 %. Untuk memudahkan dalam identifikasi filtrat diberi larutan lugol sebanyak tetes. Sampel plankton diletakan dalam sedgewick rafter. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kepadatan fitoplankton menggunakan metode berdasarkan pentunjuk APHA (APHA 979 dalam Suherman 00) dan dinyatakan dalam satuan sel.l -.

7 Untuk memperoleh nilai kelimpahan fitoplankton digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : N = Jumlah individu fitoplankton sel.l - Vd = Volume air yang disaring (m ) Vt = Volume air yang tersaring (ml) Vs = Volume air pada Sedgwick-Rafter F = Jumlah fitoplankton yang teridentifikasi.4. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menyusun basis data spasial, menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9 dengan prosedur :. Digitasi peta RBI untuk membuat garis pantai.. Digitasi peta Bathimetri untuk mendapatkan data kedalaman.. Peta tematik yang meliputi berbagai parameter terkait budidaya tiram mutiara Pembuatan peta tematik dari data lapangan yang berupa kepadatan fitoplankton, suhu, kecepatan arus, salinitas, kecerahan, kedalaman perairan, ph, dissolved oxygen, nitrat, fosfat dianalisis dengan metode geostatistik yaitu dengan menginterpolasi data titik menjadi data area (polygon) (Prahasta 00 dalam Ariyati 00). Metode interpolasi yang digunakan adalah metode IDW (Inverse Distance Weighted). Menurut Pramono (004), metode IDW cocok digunakan untuk melakukan interpolasi pada data fisik wilayah pesisir karena tidak menghasilkan nilai melebihi data yang disampel. Pembuatan peta tematik menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.. Hasil interpolasi masing-masing parameter biologi, fisika, dan kimia kemudian disusun dalam bentuk peta-peta tematik yang akan dianalisis secara overlay (lampiran ).

8. Analisis Tingkat Kesesuaian Analisis tingkat kesesuain perairan dilakukan dengan menyusun matrik kesesuaian (Tabel ) untuk menilai kelayakan atas dasar pemberian angka penilaian dan pembobotan pada parameter pembatas kegiatan budidaya tiram mutiara. Angka penilaian paramater pembatas budidaya tersebut ditentukan berdasarkan respon pertumbuhan organisme budidaya. Dalam penelitian ini setiap parameter dibagi dalam tiga kelas yaitu baik, sedang, dan kurang. Kelas baik diberi nilai, kelas sedang diberi nilai, dan kurang diberi nilai. Selanjutnya setiap satu parameter dilakukan pembobotan berdasarkan studi pustaka untuk digunakan dalam penilaian atau penentuan tingkat kesesuaian lahan. Parameter yang dapat memberikan pengaruh lebih kuat diberi bobot lebih tinggi dari pada parameter yang lebih lemah pengaruhnya (Kangkan 006). Selanjutnya dilakukan skoring dari tiap parameter pembatas yaitu dengan mengakalikan angka penilaian yang didapat dengan bobot dari paramter tersebut.

9 Tabel. Matriks Kesesuaian Lokasi Budidaya Tiram Mutiara ( Sutaman 99 ; Wiradisastra 004 ; Kangkan 006 ; Sujoko 00 ) No Variable Kisaran Kepadatan fitoplankton (sel.l - ) Kedalaman perairan (m) Kecepatan arus (cm.detik - ) 4 Oksigen terlarut (mg.l - ) Salinitas perairan (ppt) 6 Suhu perairan (ºC) 7 Kecerahan perairan (%) >.000 atau < x 0 000 000 atau x 0 x 0 6 < 000 atau > x 0 6 0 0 0 0 < 0 atau > 0 0 atau 0 < 0 atau > 0 > 6 4 6 < 4 7 atau 8 < 7 atau > 8 8 4 8 atau 8 < 4 atau > 8 % - 7% 7% - 00% 0% - % 8 ph 7,7 8, 6 7,7 atau 8, 9 < 6 atau > 9 9 Nitrat (mg.l - ) 0, 0,66 0,66,0 < 0, atau >,0 0 Fosfat (mg.l - ) 0, 0, 0, 0,7 < 0, atau > 0,7 Angka Penilaian (A) Bobot (B) Skor (AxB) 9 9 9 0 6 0 6 0 6 0 6 Keterangan :. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (00) yaitu : Baik : Sedang : Kurang. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.

0 Total skor selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk budidaya tiram mutiara berdasarkan kondisi perairan, dengan perhitungan : Keterangan : Si = Skor Kesesuaian Ai = Angka Penilaian parameter ke-i Bi = Bobot dari parameter ke-i Interval kelas kesesuaian didapatkan dengan menggunakan metode equal interval (Prahsta 00 dalam Ariyati 00) dengan perhitungannya sebagai berikut : Keterangan : I = Interval kelas kesesuaian k = Jumlah kelas kesesuaian yang diinginkan Berdasarkan perhitungan dengan metode equal interval maka didapatkan interval kelas kesesuaian (Tabel 4), yaitu: Tabel 4. Interval Kelas Kesesuaian Lokasi Budidaya Tiram Mutiara No Total skor Tingkat keseuaian Evaluasi 4 80 00 60 80 40 60 0 40 S S S N Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Bersyarat Tidak Sesuai Kelas-kelas di atas berdasarkan Bakosurtanal (996) dalam Kangkan (006) dapat diartikan sebagai berikut:. Kelas S : Sangat Sesuai (Highly Suitable) Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikan masukan atau tingkat perlakukan yang diberikan.

. Kelas S : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakukan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang diperlukan.. Kelas S : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan. 4. Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable) Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.