BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kerangka Pikir Studi...

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

DESAIN PENELITIAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS

Gambar 2 Peta lokasi studi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang rawan terhadap bencana alam. Hal tersebut

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau

PERANAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PEMAHAMAN BENCANA GUNUNGAPI PADA PESERTA DIDIK SMA DI DAERAH RAWAN BENCANA GUNUNG GUNTUR

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

5.1. Area Beresiko Sanitasi

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan II Gunung Merapi sebelum terjadinya erupsi tahun 2010.Pada penelitian ini yang dimaksud permukiman adalah desa, dengan pusat permukiman berupa dukuh atau dusun. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap faktor faktor yang berpengaruh terhadap pola persebaran..penelitian ini dipilih dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memiliki definisi sebagai metode yang menguji teori dengan cara menentukan hubungan antar variabel. Penelitian kuantitatif ini melakukan pengujian teori secara deduktif, artinya penelitian dimulai dari tema umum lalu dibawa pada tema khusus. Pada penelitian ini, diperlukan literatur utama pada awal penelitian yang digunakan sebagai arahan dalam penyusunan keseluruhan penelitian. Sehingga dalam penelitian kuantitatif yang ditekankan ialah bahwa penelitian ini didasarkan pada literature yang dikaji pada bagian awal penelitian dan pada akhir penelitian diadakan uji teori terhadap data yang telah dikumpulkan.(creswell,2012) Penggunaan metode kuantitatif pada penelitian ini dikarenakan telah ditemukan banyak literatur mengenai pola persebaran serta factor pengaruhnya.sehingga alur dari penelitian ini telah terfokus dan terbatas pada variabel yang telah diperoleh dari hasil kajian literature pola persebaran dan factor pengaruh.pada tahap pembahasan, analisis yang dilakukan berasal dari data yang diperoleh dari lapangan dengan mengacu pada variabel terpilih hasil kajian literature. 3.1.2. Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai, dimana konsep merupakan fenomena abstrak (Nazir, 1988). Menurut Creswell (2012), variabel ialah karakteristik pada suatu individu atau organisasi yang terukur. Di dalam penelitian kuantitatif, variabel berfungsi sebagai jawaban dari rumusan masalah.variabel sendiri terbentuk dari sintesa kajian literature.pada penelitian ini, variabel yang digunakan ialah : 25

Aspek yang dilihat Pola Tabel 3.1. Variabel Penelitian Persebaran Pusat Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Indikator Persebaran Unit Persebaran dusun Bahaya Letusan Sarana Prasarana Mitigasi Sifat sebaran unit permukiman Jenis dan insentitas gunung api yang berdampak pada unit permukiman Penggunaan sarana mitigasi yang digunakan oleh yang disediakan oleh pemerintah Indeks Tetangga Terdekat Jenis dan Intensitas bahaya penggunaan sarana prasarana mitigasi Faktor Faktor Non Kebutuhan Keamanan Topografi Jenis Tanah Sarana Ketersediaan Air Kebutuhan Kerjasama/ ikatan kekeluargaan Mata Pencaharian Budaya Sistem Waris Bahaya dan dampak Letusan Tanda Letusan Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Lokasi Pekerjaan Kebudayaan Merapi Keterkaitan dengan Merapi Sistem Waris Menuju Lokasi Kerja Akseibilitas Menuju Sarana Pengetahuan dan sikap terhadap kondisi lingkungan yang rawan akan bencana Kondisi kelerengan yang ada pada setiap dusun (pusat permukiman) Kesuburan tanah untuk lahan pertanian Sarana permukiman berupa sarana ekonomi, pendidikan, kesehatan yang diakses oleh sumber air bersih dan cara penyediaan air bersih yang dilakukan oleh Kondisi untuk saling berinteraksi pada kegiatan gotong royong, rembug warga dan saling tolong menolong Lokasi pekerjaan yang dilakukan oleh Berupa kebiasaan terhadap kebudayaan terkait keberadaan Merapi, dan pengaruh Merapi untuk kehidupan Berupa pelaksanaan sistem waris yang dilakukan oleh terhadap kepemilikan rumah kemudahan untuk menuju lokasi dilihat dari sisi adanya kemudahan mendapatkan sarana transportasi serta kedekatan jarak. pemahaman terhadap bahaya letusan Tingakt pengetahuan terhadap tanda tanda letusan partisipasi kegiatan Kelerengan Kesuburan Banyaknya sarana yang digunakan Air Bersih partisipasi warga Jarak lokasi pekerjaan dengan permukiman penduduk partisipasi Bentuk keterkaitan Pelaksanaan Sistem Waris Kemudahan Kemudahan 26

3.2. Teknik Pengumpulan Dan Kebutuhan 3.2.1. Teknik Pengumpulan yang didapatkan pada penelitian ini berasal dari pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. 1) Pengumpulan Primer Kuesioner Pengumpulan data berupa kuesioner ditujukan pada sampel yang bertempat tinggal di desa pada lokus penelitian. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui persepsi dan kebiasaan tentang faktor faktor yang berpengaruh di dalam menentukan tempat tinggal dimana secara fisik permukiman tersebut akan membentuk pola permukiman tertentu. 2) Pengumpulan Sekunder Survey Instansi Pengumpulan data sekunder berupa survey instansi merupakan cara untuk mendapatkan data dengan mengunjungi instansi atau dinas dinas terkait. Kajian Literatur -data dari literatur digunakan sebagai pedoman ataupun acuan penulis, terutama pada kajian teori mengenai pola desa dan bentuk permukiman. Penggunaan data literatur juga berfungsi sebagai komparasi antara data di lapangan dengan teori. 3.2.2. Kebutuhan Kebutuhan data untuk penlitian ini diperoleh dengan menyesuaikan pada variabel yang telah ditemukan sebelumnya. Sehingga data yang diperlukan adalah sebagai berikut : Variabel Sub Variabel Persebaran Kebutuhan Keamanan Persebaran dusun Bahaya Letusan Sarana Prasarana Mitigasi Bahaya dan Dampak Letusan Tanda Letusan Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Tabel 3.2. Kebutuhan Penggunaan lahan Jenis dan intensitas letusan gunung Merapi Persepsi Jenis Bentuk Teknik Pengumpulan Sumber sekunder peta Survey instansi BAPPEDA sekunder peta Survey instansi BPPTK Topografi tingkat kelerengan sekunder peta Survey instansi BAPPEDA 27

Variabel Sub Variabel Kesuburan tanah Sarana Jenis Bentuk Teknik Pengumpulan Sumber Jenis tanah sekunder peta Survey instansi BAPPEDA dalam menggunakan sarana Persebaran sarana permukiman Sumber air dan cara mengakses Partisipasi dalam kegiatan sekunder peta Survey instansi Kelurahan Ketersediaan air bersih Kebutuhan Kerjasama/ ikatan kekeluargaan Mata Pencaharian Lokasi Pekerjaan Eksisting Lokasi Budaya Kebudayaan Merapi Keterkaitan Persepsi dengan Merapi Sistem Waris Sistem Waris Kondisi Eksisting Menuju Lokasi Kerja Akseibilitas Menuju Sarana 3.2.3. Teknik Sampel Pada penelitian ini digunakan teknik sampling untuk mendapatkan sampel penduduk pada daerah penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data kuesioner persepsi. Teknik sampel yang digunakan adalah sampel probabilitas. Sampel probabilitas merupakan teknik sampel yang memberikan kesempatan pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sarjono dan Julianita, 2011).. Pada penelitian ini, populasi terdiri atas dua kelompok yaitu penduduk pada desa di KRB II dan KRB III. Sehingga sampel digunakan untuk mendapatkan sampel pada masing masing KRB secara terpisah Sampling penduduk dari keseluruhan populasi yang berada di KRB II dan KRB III. Pada tahapan ini digunakan rumus Frank Lynch yaitu n = NZ 2. p (1- p) / Nd 2 + Z 2. p (1 p) Keterangan : n = sampel N = Populasi Z = Nilai variabel normal (1,96) p = The largest possible proportion (0,50) d = Sampling error 28

Pada daerah penelitian, jumlah seluruh penduduk berjumlah 142648 penduduk yang terdiri dari 113964 penduduk di KRB II dan 28684 penduduk di KRB III. Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang didapatkan dengan menggunakan batas ketelitian 5 % adalah Jumlah sampel yang terpilih berjumlah 383 sampel penduduk yang jika didistribusikan pada setiap KRB yaitu Selanjutnya hasil sampel pada setiap KRB didstibusikan pada setiap desa di masing masing KRB dan setiap dusun minimal memiliki seorang responden sebagai perwakilan. Dalam hal ini, pada batasan penelitian terdapat 93 dusun di KRB III dan 348 dusun di KRB II. 3.3. Teknik Analisis Analisis data merupakan tahap yang dilakukan setelah mendapatkan dan memilah data. Secara umum tahapan analisis data dimulai dengan memasukkan data yang terkait kemudian diproses dengan menggunakan metode tertentu dan akan didapatkan output dari proses tersebut. Secara rinci pada penelitian ini, teknik analisis data terbagi ke dalam beberapa tahap yaitu: 3.3.1. Identifikasi Pola Sebaran Pusat / Dukuh dengan Analisis Tetangga Terdekat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran pusat permukiman yang berkembang sebelum erupsi Merapi 2010. Dalam penentuan pola persebaran dusun digunakan teknik analisis tetangga terdekat yang membagi persebaran permukiman ke dalam tiga kategori, yaitu permukiman mengelompok, permukiman acak dan seragam. Untuk mendapatkan nilai dari tetangga terdekat (T) digunakan rumus sebagai berikut 29

T = nilai tetangga terdekat Ju = jarak rata - rata antara satu titik dengan titik tetangga terdekatnya Jh = p = jumlah titik (permukiman) dibagi luas wilayah (permukiman) T = 0 T = 1,0 T = 2,15 Mengelompok Acak Seragam T = nilai tetangga terdekat Dalam mengidentifikasi persebaran pusat permukiman, setiap dukun atau dukuh yang berbentuk polygon diubah kedalam bentuk titik, yang kemudian antar titik tersebut dicari jarak terdekatnya.titik dusun dibentuk dengan mengambil bagian terluar dari polygon, dimana titik tersebut memiliki jarak paling dekat dengan dusun atau titik terdekatnya.jarak yang digunakan merupakan jarak sebenarnya, yaitu terdapat akses (jalan) yang menghubungkan dusun satu dengan dusun terdekat. A A A B C B C B C Tetangga terdekat dusun B adalah dusun A, sehingga jarak terdekatnya adalah jarak dusun A dan B Gambar 3.1. Ilustrasi Identifikasi Persebaran Tetangga terdekat dusun C adalah dusun C, dan juga sebaliknya. Sehingga jarak terdekatnya adalah jarak dusun A dan C 3.3.2. Identifikasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Pembentukan Pola Langkah kedua yaitu mengidentifikasi faktor bencana dan non bencana yang didapat dari hasil kuesioner persepsi dan kondisi spasial. Faktor bencana dan non bencana yang didapatkan secara spasial seperti kelerengan, jenis dan intensitas bahaya serta jenis tanah dilakukan dengan overlay peta factor dan penggunaan lahan atau persebaran pusat 30

permukiman. Selanjutnya hasil overlay dan hasil kuesioner dikelompokkan menjadi 3 indikator pengaruh Faktor Sub Variabel Bahaya Letusan Sarana Prasarana Mitigasi Bahaya dan dampak Letusan Tanda Letusan Kegiatan Pelatihan Penanggulangan Tabel 3.3. Indikator Pengaruh Faktor Pengaruh Keterangan Awan panas dengan intensitas yang semakin rendah semakin berpengaruh karena lokasi permukiman semakin ada dalam kondisi yang aman Penggunaan sarana yang semakin lengkap smakin berpengaruh terhadap keamanan dalam memilih lokasi tempat tinggal Kuesioner Persepsi 3 (berpengaruh) Dukuh (pusat permukiman) berada pada bahaya awan panas rendah menggunakan sarana prasarana mitigasi berupa kendaraan dan tempat penampungan Memahami bahaya letusan Merapi (4-5) Melihat tanda alam dan peringatan pemerintah selalu mengikuti kegiatan penanggulangan bencana Indikator 2 (pengaruh rendah) Dukuh (pusat permukiman) berada pada bahaya awan panas sedang hanya menggunakan sarana mitigasi berupa tempat penampungan kurang paham akan bahaya letusan gunung Merapi (1-3) Mengetahui dari tanda alam jarang mengikuti kegiatan penanggulangan bencana 1 (tidak berpengaruh) Dukuh (pusat permukiman) berada pada bahaya awan panas tinggi tidak menggunakan sarana mitigasi, mengungsi mandiri tidak mengetahui bahaya letusan gunung Merapi tidak mengetahui tanda letusan Merapi tidak pernah mengikuti kegiatan penanggulangan bencana Faktor Non Kelerengan Spasial Dukuh berada pada kelerengan 0-15% Dukuh berada pada kelerengan 15-25% Dukuh berada pada kelerengan >25% Jenis Tanah Penggunaan Sarana Penyediaan Air Bersih Ikatan Kekeluargaan Lokasi Pekerjaan Spasial Eksisting Penyediaan Eksisting Lokasi Tanah di sekitar dukuh merupakan tanah yang subur mengakses semua sarana yang terdapat dalam satu desa Jaringan air bersih disediakan secara individu sering mengikuti kegiatan kekeluargaan Terletak di sekitar dukuh atau dusun Ada ritual budaya dan sering mengikuti Tanah di sekitar dukuh merupakan tanah yang kurang subur mengakses beberapa sarana yang terdapat dalam satu desa Jaringan air bersih dilakukan secara kelompok jarang mengikuti kegiatan kekeluargaan Terletak dalam satu desa Ada ritual budaya, jarang mengikuti Tanah di sekitar dukuh merupakan tanah yang tidak subur tidak mengakses sarana apapun Tidak terdapat sumber air bersih tetap tidak pernah mengikuti kegiatan kekeluargaan Terletak di luar desa Kebudayaan Tidak pernah atau tidak Merapi ada Keterkaitan Kuesioner Sebagai sumber Sumber Tidak berpengaruh 31

Sub Variabel dengan Merapi Sistem Waris Menuju Lokasi Kerja (Petani) Menuju Lokasi Kerja (Non Petani) Akseibilitas Menuju Sarana Keterangan Persepsi Kondisi Eksisting 3 (berpengaruh) pendghidupan dan kekuatan spiritual Tanah warisan dan sudah tinggal sendiri Satu dusun dan dapat diakses dengan berjalan kaki dan kendaraan pribadi Satu dusun dan dapat diakses dengan berjalan kaki, angkutan umum dan kendaraan pribadi Satu desa dan dapat diakses dengan berjalan kaki, angkutan umum dan kendaraan pribadi Indikator 2 (pengaruh rendah) penghidupan atau kekuatan spiritual Tanah warisan dan tinggal bersama orang tua Satu desa diakses oleh kendaraan pribadi Satu desa dapat diakses oleh angkutan umum atau kendaraan pribadi Satu desa dapat diakses oleh angkutan umum atau kendaraan pribadi 1 (tidak berpengaruh) Bukan Tanah Warisan Satu desa diakses jalan kaki atau luar desa Satu desa diakses dengan berjalan atau luar desa Satu desa diakses dengan berjalan atau luar desa 3.3.3. Identifikasi Pengaruh Faktor terhadap Pola Selanjutnya setelah dilakukan pembobotan, hasil kuesioner dan kondisi spasial hasil overlay peta, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi yang dilakukan dengan bantuan SPSS 17 dengan rincian sebagai berikut : 1. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda merupakan analisis untuk mengetahui besaran pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), dengan variabel independen berjumlah lebih dari satu variabel. Pada penelitian ini variabel dependen (Y) adalah nilai analisis tetangga terdekat (T) dan variabel independen (X) adalah skoring dari hasil kuesioner dan hasil overlay peta. Hasil pada analisis ini ialah untuk mengetahui besaran pengaruh keseluruhan variabel independen (faktor pengaruh) terhadap variavel dependen (Pola persebaran permukiman) 2. Analisis Regresi Linier Analisis ini digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh setiap variabel dependen terhadap variabel independen. Sehingga dalam analisis ini akan diketahui variabel faktor pengaruh yang memiliki pengaruh paling besar dan paling kecil. 3. Analisis Persamaan Regresi Linier terhadap Teori Faktor Pengaruh Analisis ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian model regresi pada faktor pengaruh di KRB II dan III terhadap model regresi teori faktor pengaruh. 32

Titik Dusun Analisis Tetangga Terdekat Pola Faktor dan Non Kondisi Spasial Overlay Peta Persepsi dan Skoring Faktor Pembentuk Pola Analisis Regresi Berganda dan Linier Besaran Pengaruh Faktor terhadap Pola Gambar 3.2. Kerangka Analisis Penelitian 33