BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi membawa berbagai dampak perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh teknologi yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan mobilitas gerak seseorang. Hal tersebut juga berdampak pada kehidupan mahasiswa pada umumnya. Aktivitas fisik yang rendah akibat padatnya jadwal kuliah menyebabkan perubahan pola hidup mahasiswa. Kurangnya aktivitas fisik pada mahasiswa akan berpengaruh terhadap kesegaran jasmani bahkan dalam jangka panjang yang dapat terjadi adalah penurunan kapasitas vital organ tubuh. Di Amerika hampir 70 juta orang dinyatakan tidak aktif melakukan aktivitas fisik dan jumlah ini meningkat setiap tahunnya (Anonim, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Cheng et al (2003) menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan penurunan daya tahan paru. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya compliance paru-paru, sudah jelas bahwa faktor apapun yang menurunkan kemampuan paru-paru untuk mengembang juga mengurangi kapasitas vital. Menurut Price dan Wilson (2006), terdapat beberapa faktor normal yang besar pengaruhnya terhadap nilai faal paru antara lain umur, tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin. Berat badan sangat dipengaruhi oleh aktivitas fisik serta asupan gizi seseorang. Seiring dengan perubahan gaya hidup yang semakin modern, individu seringkali mengabaikan kaidah gizi dari makanan yang di 1
2 konsumsi. Hal ini mencerminkan bahwa pola hidup sedentary berkontribusi dalam peningkatan berat badan individu. Menurut Trisnawati (dalam Ristianingrum, 2010), kualitas sumber daya manusia (SDM) dipengaruhi oleh faktor gizi. Apabila terjadi masalah dalam kekurangan atau kelebihan gizi maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan gizi secara berkesinambungan. Status gizi secara langsung dapat dinilai dengan antropometri yang berhubungan erat dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur serta tingkat gizi seseorang. Antropometri dapat digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot serta jumlah air dalam tubuh. Penentuan status gizi dengan indikator berat badan sering digunakan karena cara pengukurannya yang terbilang cukup mudah. Alat atau cara sederhana dalam memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) (Amelia, 2009). Untuk mengetahui nilai dari Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus IMT = Berat Badan (kg)/[tinggi Badan (m)] 2. Status gizi pada kelompok dewasa berusia di atas 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah pada penderita underweight juga masih cukup tinggi. Prevalensi penduduk dewasa dengan skor IMT kategori underweight sebesar 8,7%, overweight 13,5% dan obesitas 15,4%. Prevalensi obesitas perempuan di Indonesia sebesar 32,9%. Jumlah ini meningkat 18,1% dari tahun 2007 yang hanya 13,9% dan naik sebesar 17,5% dari tahun 2010 yang awalnya 15,5%. Sementara
3 prevalensi penduduk laki-laki dewasa dengan kategori obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 yang hanya 13,9% dan tahun 2010 hanya 7,8% (Balitbangkes, 2013). Sementara hasil pemetaan pengukuran Indeks Massa Tubuh di Indonesia melaporkan bahwa 20,1% mahasiswa Fakultas Kedokteran di Jakarta mengalami kelebihan berat badan, sedangkan 10,3% penduduk Indonesia berusia 15 tahun atau lebih mengalami kelebihan berat badan (Balitbangkes, 2008). Menurut Bottai et al (2002), suatu penelitian disimpulkan bahwa peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) harus diperhatikan untuk mengevaluasi efek fungsi pernafasan. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan adanya korelasi nyata antara berat badan dengan gangguan fungsi respirasi. R Harikumaran Nair et al (1999) menyebutkan bahwa fungsi paru-paru menunjukkan hubungan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Fungsi paru akan menunjukkan penurunan ketika seseorang mengalami skor Indeks Massa Tubuh rendah dan skor Indeks Massa Tubuh tinggi. Sementara fungsi paru individu dengan skor Indeks Massa Tubuh normal tetap baik. Menurut penelitian Cheng et al (1993) kelebihan berat badan berhubungan secara bermakna dengan disfungsi paru. Sejumlah penurunan fungsi paru terjadi pada nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kategori obesitas derajat sedang. Sementara pada penderita dengan obesitas berat akan menderita sindrom hipoventilasi yang berat dengan hipertensi pulmonal (Kaplan & Jeremiah 1983). Hasil penelitian Pinzon (1998) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kapasitas vital paru golongan usia muda yang kemudian akan berakibat terhadap penurunan kemampuan fisik dan olahraga individu. Kapasitas vital paru adalah jumlah maksimum yang dapat
4 dikeluarkan dari paru setelah terlebih dahulu penghisapan secara maksimum (Guyton & Hall, 2008). Kapasitas ini mencakup volume tidal (VT), inspiratory reserve volume (IRV), dan expiratory reserve volume (ERV). Besar kapasitas vital paru seseorang dapat ditaksir berdasarkan tinggi badan. Dimana semakin tinggi badan cenderung memiliki kapasitas vital paru yang lebih besar dari orang yang tinggi badannya rendah. Penurunan persentase kapasitas vital pada individu dengan berat badan normal berlebih dapat disebabkan oleh penurunan elastisitas dan kemampuan dinding dada untuk mengembang. Dinding dada yang elastis akan mengembang menjadi lebih besar dan bebas, sehingga tekanan intra thorakal menjadi lebih negatif dan udara inspirasi dapat masuk lebih banyak. Selain itu penurunan persentase kapasitas vital pada individu dengan berat badan berlebih menyebabkan berkurangnya kemampuan diafragma untuk turun pada levelnya sehingga tekanan intra thorakal akan menjadi kurang negatif dibanding normal (Keele, Cyril, 2009). Oleh karena itu, pengukuran kapasitas vital paru merupakan salah satu pengukuran terpenting dari semua pengukuran pernapasan (Guyton & Hall, 2008). Hasil pemeriksaan tersebut dapat digunakan untuk menilai status kesehatan atau fungsi paru pada individu yang diperiksa (Yunus, 2005). Menurut Ristianingrum (2010), penelitian di Indonesia yang berkaitan dengan indeks massa tubuh dan tes fungsi paru sudah beberapa kali dilakukan namun hanya dijelaskan indeks massa tubuh sebagai secara deskriptif sebagai variabel yang ikut berperan dalam tes fungsi paru dan kesimpulan yang didapatkan dalam beberapa penelitian masih terasa kurang.
5 Dari uraian penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mencari tahu mengenai hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kapasitas vital paru pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dimana skor indeks massa tubuh akan berpengaruh terhadap kapasitas vital paru sehingga dapat menjadi tolok ukur dalam intervensi yang lebih dini pada individu dengan berat badan berlebih. Hal ini dilakukan selain untuk upaya preventif penyakit kardiorespirasi dan metabolik juga sebagai usaha dalam program perancangan latihan untuk meningkatan kebugaran individu tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah yang dapat disusun yaitu: 1. Bagaimanakah gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana? 2. Bagaimanakah gambaran kapasitas vital paru pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana? 3. Apakah ada hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kapasitas vital paru? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kapasitas vital paru.
6 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2. Untuk mengukur kapasitas vital paru pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 3. Menganalisis hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kapasitas vital paru pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi lebih lanjut mengenai hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kapasitas vital paru serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya untuk merancang program latihan yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas vital paru. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran perubahan kapasitas vital paru yang disebabkan oleh indeks massa tubuh sehingga dilakukan upaya preventif terhadap risiko yang dapat memperberat fungsi pernafasan.