PERATURAN ORGANISASI DARI DPC SEKARPURA II

dokumen-dokumen yang mirip

ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I IDENTITAS Pasal 1 Lambang

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL V SEKARPURA II PASAL 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) BAB I. Pasal 1 STRUKTUR ORGANISASI ASITA

KETETAPAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PROVINSI

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR TATA LINGKUNGAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA OFF-ROAD FEDERATION. Keputusan Rapat Paripurna Nasional IOF di Jakarta, tanggal 12 Nopember 2011 Nomor :...

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 007/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

K O M I S I I N F O R M A S I

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

MUSYAWARAH BESAR V SERIKAT PEKERJA DENSO INDONESIA GROUP (DENSO INDONESIA GROUP WORKER'S UNION) BANDUNG, Mei 2015

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

PERATURAN ORGANISASI SERIKAT PEKERJA AUTOMOTIF MESIN DAN KOMPONEN FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA NOMOR : 001/SPAMK FSPMI/IV/2015

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGELOLA PELATIHAN TENAGA KERJA INDONESIA LUAR NEGERI

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH. BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN MOTOR INDONESIA NOMOR : 060/IMI/SK Organ/A/III/2016

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA MAX OWNERS (IMO) BAB I PRINSIP DASAR DAN KODE KEHORMATAN. Pasal 2 Kode Kehormatan

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2000 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN

KEPPRES 61/2000, PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PHRTSB SE- INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan para pemangku kepentingan perusahaan. penyelenggaraan diklat serta Pengelolaan pusat pelatihan.

BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama. Pasal 2 Tempat Kedudukan

Musyawarah Nasional III Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (MUNAS HIMNI ) Gunungsitoli - Kepulauan Nias Juli Page 1 of 21

a. Menerapkan secara praktis prinsip-prinsip dan praktek-praktek akuntansi yang sehat dalam perusahaannya, ekonomis dan praktis dapat dilaksanakan.

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN ALUMNI SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BAB 1 KEANGGOTAAN. Pasal 1 Anggota

BAB I STATUS PERKUMPULAN. Pasal 1

PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

JAKARTA 11 DESEMBER ANGGARAN 2012 DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN USAHA MILIK DESA SE INDONESIA

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS PUSAT ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA (ASLI)

ANGGRAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 Ketentuan Umum

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA NASIONAL TOTAL INDONESIE

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA BAB I KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI

ANGGARAN RUMAH TANGGA

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 003/ PP.IAI/1418/IV/2014. Tentang

1 Januari 2016 KOPERASI TRISAKTI ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL RAPAT PLENO PENGURUS PUSAT YANG DIPERLUAS DI BALIKPAPAN, 12 JANUARI 2017

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2004 TANGGAL : 18 PEBRUARI 2004 ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN HOTEL DAN RESTORAN INDONESIA ( PHRI )

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PENGADAAN BARANG DAN JASA INDONESIA (ASPANJI)

Transkripsi:

PERATURAN ORGANISASI MASUKAN/ USULAN PERUBAHAN PERATURAN ORGANISASI DARI DPC SEKARPURA II BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Maksud dan Tujuan Peraturan Organisasi (PO) merupakan petunjuk pelaksanaan petunjuk teknis dari Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) dalam rangka mengatur jalannya organisasi, menyangkut tertib administrasi, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab dan hirarki organisasi, sehingga tercapai tujuan organisasi secara optimal sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 2 Pengertian dan Istilah Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : (1) Perusahaan adalah PT Angkasa Pura II (Persero). (2) Organisasi adalah Serikat Karyawan PT Angkasa Pura II (SEKARPURA II), merupakan organisasi di luar kedinasan yang penyelenggaraannya berlandaskan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan yang berlaku. (3) Karyawan adalah pegawai/pekerja sebagaimana dimaksud pada peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan, dengan status Karyawan perusahaan, Karyawan diperbantukan atau Karyawan ditugaskan. (4) Anggota adalah Karyawan yang memenuhi syarat dan mendaftarkan diri Usulan DPC Polonia Pasal 2 (2) Karyawan adalah pegawai/ pekerja sebagaimana dimaksud pada peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan, dengan status Karyawan perusahaan, Karyawan diperbantukan, Karyawan ditugaskan dan Karyawan dalam masa percobaan. ( Mengacu pada Pasal 5 Anggaran Rumah Tangga, maka Karyawan Masa Percobaan memiliki hak untuk menjadi Anggota Sekarpura II)

menjadi anggota organisasi. (5) Pengurus adalah Anggota SEKARPURA II yang dipilih dan ditunjuk sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. (6) Dewan Penasehat Organisasi (DPO) adalah Kepengurusan di tingkat Pusat dan Cabang yang dapat memberikan pendapat konstruktif bagi Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Cabang baik diminta maupun tidak diminta. (7) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah Kepengurusan Tingkat Pusat. (8) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah Kepengurusan Tingkat Cabang. (9) Peraturan Organisasi adalah peraturan yang memuat tentang tata laksana organisasi untuk mendukung penerapan/pelaksanaan ketentuan yang tertuang dalam AD/ART SEKARPURA II hasil Munas. Pasal 3 Identitas Organisasi memiliki identitas lambang (logo), semboyan, panji dan himne yang penggunaannya diatur sebagai berikut : (1) Lambang (logo) organisasi dapat digunakan pada : a. Kop surat dan buku agenda organisasi; b. Spanduk kegiatan organisasi; c. Pin, Kaos, Topi dan asesoris lainnya. dengan ketentuan desain dan tulisan harus seijin DPP. (2) Semboyan Maju dan Sejahtera Bersama Perusahaan merupakan komitmen organisasi untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dengan tetap menjaga hubungan industrial yang harmonis dan kondusif.

(3) Panji organisasi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Anggaran Rumah Tangga, dibuat dengan ukuran : 90 cm x 135 cm dan digunakan/ dikibarkan dalam ruangan pada penyelenggaraan kegiatan, sebagai berikut : a. RAPIM, RAKERNAS, MUNAS/MUNASLUB dikibarkan panji DPP dan DPC; b. Kegiatan Organisasi Tingkat Nasional dikibarkan panji DPP; c. RAKERCAB, MUSCAB/MUSCABLUB dikibarkan Panji DPC; d. Kegiatan Organisasi Tingkat Cabang dikibarkan Panji DPC. (4) Pembuatan lirik lagu/himne atau mars organisasi ditetapkan dalam suatu Keputusan Organisasi. (5) Himne organisasi dinyanyikan pada acara resmi, sepanjang himne organisasi belum dibuat maka dapat digantikan dengan lagu Bagimu Negeri. Pasal 4 Kedudukan (1) Organisasi Tingkat Pusat berkedudukan tetap di Kantor Pusat PT Angkasa Pura II (Persero), sedangkan Organisasi Tingkat Cabang (DPC) berkedudukan di setiap Kantor Cabang dan Kantor Pusat PT Angkasa Pura II (Persero), sebagai berikut : a. DPC Kantor Pusat PT Angkasa Pura II (Persero) Tangerang; b. DPC Kantor Cabang Utama Bandar Udara Soekarno-Hatta Tangerang; c. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Halim Perdanakusuma - Jakarta; d. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Polonia Medan; e. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Supadio Pontianak; f. DPC Kantor Cabang Bandar Udara S.M. Badaruddin II Palembang; g. DPC Kantor Cabang Bandar Udara ST. Syarif Kasim II Pekanbaru; Usulan DPC Polonia Pasal 4 (1) K. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang; Usulan DPC KP Pasal 4 Ayat 1 butir K Kedudukan DPC Kantor Cabang Raja Haji Fisabilillah Tanjung

h. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Minangkabau Padang; i. DPC Kantor Cabang Bandar Udara ST. Isakandar Muda Banda Aceh; j. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung; k. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Kijang Tanjung Pinang; l. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Sultan Thaha Jambi; m. DPC Kantor Cabang Bandar Udara Depati Amir Pangkal Pinang. (2) Kantor Sekretariat DPP berkedudukan di Kantor Pusat PT (Persero) Angkasa Pura II, Kantor Sekretariat DPC berkedudukan di Kantor Pusat PT (Persero) Angkasa Pura II dan setiap Bandara Cabang yang dikelola Perusahaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) Pasal ini. Pasal 5 Fasilitas (1) Pengadaan fasilitas didukung oleh Perusahaan, dengan lokasi ruangan beserta kelengkapannya berada dalam gedung permanen milik Perusahaan yang posisinya mudah dijangkau oleh anggota serta pemasangan papan nama organisasi diusahakan agar dipasang sejajar dan seukuran dengan papan nama Perusahaan. (2) Bantuan/dukungan pendanaan untuk kegiatan organisasi seperti Munas, Rapim, Rakernas atau Muscab, Rakercab dan atau kegiatan lainnya (rutin) dapat dimintakan ke Perusahaan dengan cara mengajukan/mengusulkan RKA pada saat penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

Pasal 6 Hirarki Organisasi (1) Bahwa untuk mendapatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan organisasi serta untuk menjamin hubungan yang serasi antara DPP dan DPC- DPC menggunakan asas desentralisasi dan dekonsentrasi (2) Desentralisasi adalah penyerahan wewenang DPP kepada DPC dalam kerangka satu kesatuan organisasi SEKARPURA II (3) Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari DPP kepada DPC sebagai wakil DPP dan atau DPP di cabang. (4) Pelimpahan tugas dari DPP kepada DPC-DPC untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan. (5) Kewenangan DPP, DPC untuk mengatur dan mengurus kepentingan anggota dan wilayahnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi anggota sesuai dengan AD/ART dalam ikatan satu kesatuan organisasi. BAB II KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN Pasal 7 Keanggotaan (1) Keanggotaan organisasi bersifat stelsel aktif, adalah keanggotaan yang didasarkan atas kesadaran dan keinginan karyawan sendiri menjadi anggota organisasi melalui mekanisme pendaftaran, dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang disiapkan oleh pengurus DPC. Usulan DPC KP Pasal 7 Ayat 1 Keanggotaan Stelsel Aktif Alt 1 : DPC secara proaktif menghimbau kepada karyawan yang belum menjadi anggota Sekarpura II agar mendaftarkan diri dengan mengisi formulir yang disediakan pengurus DPC.

(2) Dalam hal terjadi pemutasian yang dikarenakan tugas atau kedinasan dari suatu cabang ke cabang lain, pengurus DPC asal membuat surat pelepasan anggota yang ditujukan kepada pengurus DPC penerima dengan tembusan ke DPP. Selanjutnya anggota yang bersangkutan harus melaporkan diri kepada DPC penerima. Pasal 8 Syarat Menjadi Anggota Syarat menjadi anggota biasa ditetapkan sebagai berikut : a. Tercatat sebagai karyawan aktif/masih bekerja di Perusahaan; b. Mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran anggota; c. Mentaati AD/ART, PKB dan Peraturan lainnya yang berlaku dalam Organisasi; d. Menjaga nama baik Organisasi dan Perusahaan; e. Bersedia membayar iuran anggota; f. Tidak sedang menjadi anggota atau pengurus serikat pekerja lainnya di dalam Perusahaan; g. Tidak sedang menjadi anggota atau pengurus organisasi terlarang yang ditetapkan Pemerintah RI; h. Tidak membawa aspirasi politiknya ke dalam Organisasi; Alt 2 : Dengan adanya 1 lembaga Serikat Karyawan di PT AP 2 yang diakui, sudah seyogyanya keanggotaan dilakukan secara otomatis karena seluruh aspirasi anggota diperjuangkan oleh satu Serikat Karyawan. Pasal 7 Ayat 2 Anggota jangan dibebankan untuk melaporkan diri kepada DPC penerima tetapi dibebankan kepada DPC yang harus aktif mengurusi keanggotaan. Usulan DPC SSK II Pasal 7 Tambahan: 1. Keanggotaan organisasi bersifat otomatis 2. Bagi anggota yang pindah tugas tapi tidak melaporkan/membawa surat pelepasan anggota maka yang bersangkutan masih menjadi anggota sebelumnya.

Pasal 9 Tata Cara Penerimaan Anggota Tata cara penerimaan anggota diatur sebagai berikut : (1). Anggota Biasa : a. Karyawan/calon anggota mengisi formulir pendaftaran (disiapkan oleh Sekretariat DPC), selanjutnya data calon anggota diverifikasi oleh pengurus DPC sesuai persyaratan anggota, bila disetujui formulir pendaftaran tandatangani Pengurus yang membidangi Organisasi dan stempel DPC setempat dan bila tidak disetujui maka pendaftaran dinyatakan batal; b. Pendaftaran yang telah disetujui oleh Pengurus DPC, segera diusulkan kepada DPP guna penetapan atau pengesahan keanggotaan yang bersangkutan, proses pendaftaran sebagaimana tersebut paling lama dilakukan 14 (empat belas) hari kalender sejak diterimanya formulir pendaftaran; c. Pengurus DPP yang membidangi organisasi mencatat dan memberikan nomor keanggotaan serta mengesahkan keanggotaan yang bersangkutan dengan menerbitkan surat pengesahaan yang ditandatangani oleh Pengurus DPP, paling lama dilakukan 14 (empat) hari kalender sejak diterima surat pengusulan dari Pengurus DPC. Usulan DPC BDO DPC Bandung mengusulkan untuk dilakukan perubahan pada ART Pasal 9 terkait syarat khusus menjadi Ketua Cabang. (2). Anggota Luar Biasa : a. Anggota Luar Biasa diberikan kepada pihak manajemen (pemberi kerja) yang karena komitmen dan dukungannya terhadap pengembangan organisasi yang ditunjukkan dalam surat resmi dari Organisasi;

b. Komitmen dan dukungan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, dievaluasi oleh Pengurus DPP yang membidangi organisasi dan selanjutnya dibawa dalam forum RAKERNAS untuk pengangkatannya; c. Anggota Luar Biasa dapat diberikan kepada pihak manajemen (pemberi kerja) Tingkat Pusat maupun Cabang. (3). Anggota Kehormatan : a. Anggota Kehormatan diberikan kepada pihak di luar Perusahaan yang karena komitmennya terhadap pengembangan organisasi selama 3 (tiga) tahun berturut-turut yang ditunjukkan dalam surat resmi dari Organisasi; b. Anggota Kehormatan dapat diberikan kepada pihak di luar Perusahaan yang berada di Tingkat Pusat maupun Cabang. c. Komitmen sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, dievaluasi oleh Pengurus DPP yang membidangi organisasi dan selanjutnya dibawa dalam forum Munas/Munaslub untuk pengangkatannya. Pasal 10 Pemberhentian Anggota (1) Pemberhentian anggota dilakukan, apabila : a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri secara tertulis; c. Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja; d. Melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan organisasi. Usulan DPC Polonia Pasal 10 (4) Pemberhentian anggota dilakukan, apabila : a. Meninggal dunia; b. Pensiun c. Mengundurkan diri secara tertulis; d. Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja; Melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan organisasi

(2) Pemberhentian anggota sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf d ditetapkan dalam Rapat Pleno Pengurus DPC; (3) Pemberhentian anggota dilaporkan Pengurus DPC setempat kepada Pengurus DPP guna pembatalan legalitas keanggotaan yang bersangkutan. Usulan DPC SSK II Pasal 10 Tambahan : 1. Pemberhentian anggota dilakukan, apabila : e. telah habis masa pengabdian/pensiun 2. Hasil dari pembatalan keanggotaan diberikan kepada DPC yang bersangkutan sebagai arsip DPC. Usulan DPC KP Pasal 11 Kepengurusan (1) Unsur Kepengurusan organisasi meliputi : a. Dewan Penasehat Organisasi (DPO); b. Dewan Pimpinan Pusat (DPP); c. Dewan Pimpinan Cabang (DPC). (2) Dewan Penasehat Organisasi (DPO) merupakan usur kepengurusan organisasi pada Tingkat Pusat atau Cabang, dibentuk oleh formatur atas usulan Pengurus Harian DPP untuk Tingkat Pusat pada saat Munas/Munaslub, sedangkan Tingkat Cabang pada saat Muscab/Muscablub. Ketua DPO dipilih secara musyawarah oleh anggota DPO yang berjumlah 5 (lima) orang. Pasal 11 Kepengurusan Agar Peraturan Organisasi menyesuaikan dengan AD/ART Usulan DPC Supadio PASAL 11 (3) Ditambah Anggota DPO dipilih secara selektif dari mantan Pengurus SEKARPURA II (5) Dewan Pengurus Harian diganti dengan Badan Pengurus Harian. (9) Ditambah / diganti maka anggota yang menjadi pejabat satu tingkat di bawah Direksi pada tingkat Pusat atau dua tingkat di bawah senior

(3) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) merupakan usur kepengurusan organisasi pada tingkat Pusat dipimpin oleh seorang Ketua Umum hasil pemilihan dalam Munas/Munaslub. (4) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) merupakan unsur kepengurusan organisasi pada tingkat Cabang yang dipimpin oleh seorang Ketua hasil pemilihan dalam Muscab/Muscablub. General Manager pada tingkat Cabang Utama Bandara Soekarno Hatta dan satu tingkat di bawah Kepala Cabang / setingkat manajerial yang membidangi SDM, keuangan, dan personalia, dilarang menjadi Ketua Umum DPP / Ketua DPC. (10) Dihapus. (5) Dewan Pengurus Harian (DPH) DPP adalah unsur kepengurusan organisasi pada Tingkat Pusat, terdiri dari Ketua umum, para Ketua, Para Sekretaris dan Bendahara yang dibentuk/ditunjuk oleh formatur pada saat Munas/Munaslub. (6) Dewan Pengurus Harian (DPH) DPC adalah unsur kepengurusan organisasi pada Tingkat Cabang, terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara yang dibentuk/ditunjuk oleh formatur pada saat Muscab/Muscablub. (7) Pengurus Pleno DPP adalah pengurus organisasi lengkap pada Tingkat Pusat yang terdiri dari DPH dan pengurus departemen yang dibentuk sesuai kebutuhan organisasi, pengurus pleno dibentuk selambatlambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah penyelenggaraan Munas/Munaslub dan ditetapkan dalam Surat Keputusan DPP yang tembusannya disampaikan kepada Manajemen Kantor Pusat, Disnakertrans setempat dan seluruh DPC. (8) Pengurus Pleno DPC adalah pengurus organisasi lengkap pada Tingkat Cabang yang terdiri dari DPH dan pengurus lainnya yang dibentuk sesuai kebutuhan organisasi, pengurus pleno dibentuk selambat-lambatnya 14

(empat belas) hari kalender setelah penyelenggaraan Muscab/Muscablub dan ditetapkan dalam Surat Keputusan DPC yang tembusannya disampaikan kepada Ketua Umum DPP, Manajemen dan Disnakertrans setempat. (9) Dengan maksud agar tidak terjadi kontradiksi kepentingan (conflict of interest) dan untuk menjaga obyektivitas dalam pengambilan Keputusan organisasi, maka anggota yang menjadi pejabat satu tingkat di bawah Direksi pada tingkat Pusat atau satu tingkat di bawah Kepala Cabang untuk Tingkat Cabang, dilarang menjadi pengurus. (10) Yang dimaksud dengan satu tingkat dibawah Direksi pada tingkat pusat membidangi SDM, Keuangan dan Personalia adalah pejabat yang dalam tugasnya bertanggung jawab kepada Direksi, atau satu tingkat dibawah Kepala Cabang adalah pejabat yang dalam tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Cabang apapun nama jabatannya. (11) Bilamana seorang pengurus mengalami mutasi antar cabang, dengan sendirinya status sebagai pengurus gugur. BAB III STRUKTUR ORGANISASI Pasal 12 Struktur Organisasi (1) Struktur Organisasi dibuat mengacu pada Anggaran Dasar Organisasi serta memperhatikan hasil pembentukan pengurus harian oleh formatur pada saat Munas/Munaslub untuk Tingkat Pusat (DPP) dan Muscab/Muscablub untuk Tingkat Cabang (DPC); Usulan DPC SSK II Pasal 12 Tambahan : 1. Untuk sruktur organisasi tingkat DPP ditambahkan balitbang

(2) Struktur Organisasi Tingkat Pusat dibuat dengan sekurang-kurangnya, sebagai berikut : (3) Struktur Organisasi Tingkat Cabang dibuat dengan sekurang-kurangnya, sebagai berikut :

(4) Struktur sebagaimana ayat (2) dan (3) Pasal ini, dapat dilengkapi dengan organ/struktur kepengurusan lainnya sesuai unsur pengurus DPH yang dibentuk oleh formatur dan rapat pleno pembentukan Departemen/Seksi kegiatan. (5) Dengan mempertimbangkan kepentingan organisasi, struktur organisasi dapat dievaluasi melalui Rapat Pleno. BAB IV FUNGSI, TUGAS, WEWENANG SERTA TANGGUNG JAWAB Pasal 13 Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung jawab Fungsi, tugas, wewenang dan tanggungjawab pengurus Tingkat Pusat (DPP), diatur sebagai berikut : (1). KETUA UMUM 1) FUNGSI Menggerakkan, mengembangkan dan mempertahankan eksistensi Organisasi dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang baik, serta mengambil keputusan dan kebijakan secara musyawarah dan mufakat. Pasal 13 Fungsi, Tugas, Wewenang dan tanggung Jawab (1) Para Ketua 2) Tugas f. Pembuatan peraturan Organisasi dan mengupayakan pendampingan dan Pemberian bantuan hukum (advokasi) PO Pengurus Sekarpura II tidak memiliki kewenangan untuk memberikan advokasi melainkan hanya sekedar pendampingan hukum, atau melakukan kerjasama dengan Lembaga yang memiliki kewenangan advokasi untuk membela kepentingan anggota

2) TUGAS a. Memimpin organisasi dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang baik; b. Menyelenggarakan Munas, Munaslub atau Rakernas sesuai ketentuan yang berlaku; c. Mengupayakan penyelesaian masalah hubungan industrial (advokasi) sesuai ketentuan dan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku; d. Menggalang integrasi, konsolidasi anggota dengan berkoordinasi atau komunikasi secara impersonalistik; e. Mensosialisasikan hasil Munas, Rakernas dan PKB serta kebijakan penting lainnya; f. Menjalin hubungan dengan Direksi/Manajemen Kantor Pusat PT Angkasa Pura II (Persero) atau organisasi lain di Tingkat Pusat; g. Mengupayakan peningkatan kesejahteraan anggota. 3) WEWENANG a. Menetapkan keputusan atau kebijakan umum organisasi berdasarkan atas musyawarah dan mufakat; b. Menunjuk pengurus untuk mendukung pelaksanaan/penyelenggaraan organisasi; c. Menandatangani PKB atau perjanjian lainnya dan atau surat-surat dengan klasifikasi penting yang menyangkut kepentingan organisasi; d. Bertindak sebagai salah satu ordonatur DPP;

e. Mengangkat dan memberhentikan pengurus di luar DPH dan DPO melalui Rapat Pleno. 4) TANGGUNG JAWAB a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan organisasi; b. Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan program kerja pada Rakenas; c. Membuat dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepengurusan dan keuangan organisasi pada Munas/Munaslub. (2) PARA KETUA 1) FUNGSI Mendukung upaya Ketua Umum dalam penggerakan dan pengembangan serta mempertahankan eksistensi organisasi, berkoordinasi dengan pengurus bidang atau departemen/seksi kegiatan yang dipercayakan oleh Ketua Umum. 2) TUGAS a. Memimpin departemen/seksi sesuai bidang kegiatan yang dipercayakan organisasi; b. Membantu Ketua Umum dalam upaya tercapainya tujuan organisasi : c. Merealisasikan program kerja organisasi; d. Mengadakan pendekatan dengan instansi terkait atau organisasi lain dalam kepentingan pengembangan dan peningkatan organisasi; e. Pembinaan organisasi dan peningkatan kinerja DPC-DPC; f. Pembuatan peraturan organisasi dan pemberian bantuan hukum (advokasi);

g. Menginformasikan/mensosialisasikan hasil Munas/Munaslub, Rakernas dan PKB dan atau kebijakan penting lainnya serta melakukan penelitian dan pengembangan terkait dengan usaha menjaga kelangsungan perusahaan; h. Penggalangan sosial dan peningkatan kesejahteraan anggota; i. Evaluasi peraturan perusahaan dan pelaksanaan PKB; j. Menjalankan tugas Ketua Umum pada saat Ketua Umum berhalangan sementara, dapat menggantikan tugas Ketua Umum apabila Ketua Umum berhalangan tetap sampai ditentukannya secara definitif dalam Keputusan Munas/Munaslub; k. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Ketua Umum. 3). WEWENANG a. Merencanakan dan melaksanakan program kegiatan sesuai bidang yang dipercayakan organisasi; b. Menggantikan tugas Ketua Umum apabila Ketua Umum berhalangan tetap; c. Mengadakan rapat koordinasi dan memberikan tugas kepada anggota departemen/seksi-seksi yang berada dalam kewenangannya; d. Menandatangani surat dengan perihal sesuai bidang kegiatannya atau surat dengan klasifikasi penting apabila Ketua Umum berhalangan sementara dan atau berhalangan tetap; e. Mengajukan usul dan saran kepada Ketua Umum guna menunjang proses pengambilan keputusan; 4). TANGGUNG JAWAB a. Memimpin departemen/seksi sesuai bidang kegiatan yang

menjadi tanggungjawabnya; b. Melaporkan pelaksanaan program kegiatan sesuai bidang yang menjadi tanggungjawanya kepada Ketua Umum; c. Melaporkan pelaksanaan sosialisasi hasil Munas/Munaslub, Rakernas dan PKB dan atau kebijakan penting lainnya; d. Menyiapkan konsep laporan pelaksanaan program kerja dan laporan pertanggung jawaban kepengurusan (Rakernas & Munas/Munaslub); e. Bertanggung jawab terhadap hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan tugasnya. (3) SEKRETARIS UMUM 1) FUNGSI Mendukung upaya Ketua Umum dan para Ketua dalam penyelenggaraan organisasi, dengan mengorganisasikan dan mengadministrasikan pelaksanaan program kegiatan organisasi. 2) TUGAS a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan administrasi dan kesekretariatan serta tugas kehumasan DPP; b. Membantu Ketua Umum dan para Ketua dalam penyiapan konsep penyelenggaraan organisasi; c. Menginformasikan/mensosialisasikan hasil Munas/Munaslub, Rakernas dan PKB dan atau kebijakan penting lainnya; d. Menyiapkan konsep laporan perkembangan pelaksanaan program kerja dan laporan pertanggungjawaban kepengurusan (Rakenas & Munas/Munaslub); e. Menyiapkan konsep keputusan atau kebijakan umum organisasi;

f. Mengorganisir usulan kegiatan dari para pengurus organisasi; g. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Ketua Umum; 3) WEWENANG a. Mengatur pelaksanaan kegiatan kesekretariatan dan kehumasan DPP; b. Bersama sama Ketua Umum menandatangani PKB, perjanjian lainnya atau surat penting yang menyangkut kepentingan organisasi; c. Menandatangani surat keluar yang bersifat intern maupun ekstern bersama-sama Ketua Umum atau dengan para Ketua; d. Bertindak sebagai salah satu ordonatur DPP; e. Mengajukan usul dan saran kepada Ketua Umum guna menunjang proses pengambilan keputusan. 4) TANGGUNG JAWAB a. Pelaksanaan kegiatan administrasi dan kesekretariatan serta tugas kehumasan DPP; b. Penyiapan konsep penyelenggaraan organisasi; c. Melaporkan pelaksanaan sosialisasi hasil Munas/Munaslub, Rakernas dan PKB dan atau kebijakan penting lainnya; d. Penyiapan konsep laporan perkembangan pelaksanaan program kerja dan laporan pertanggungjawaban kepengurusan (Rakenas & Munas/Munaslub); e. Penyiapan konsep keputusan atau kebijakan umum organisasi; f. Memproses usulan kegiatan dari para pengurus organisasi;

g. Bertanggung jawab terhadap hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan tugasnya. (4) BENDAHARA UMUM 1) FUNGSI Mendukung upaya Ketua Umum dalam menggerakan, mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi dengan menganggarkan dan mengadministrasikan keuangan organisasi. 2) TUGAS a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan DPP; b. Membantu Ketua Umum dan para Ketua dalam penyiapan anggaran kegiatan organisasi; c. Menyiapkan dan mengajukan usulan anggaran kegiatan organisasi ke Manajemen; d. Menyiapkan konsep laporan pelaksanaan program kerja dan laporan pertanggungjawaban kepengurusan terkait dengan keuangan DPP (Rakenas & Munas/Munaslub); e. Mengorganisir usulan biaya penyelenggaraan kegiatan dari para pengurus organisasi; f. Membuat laporan keuangan DPP secara periodik; g. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Ketua Umum. 3) WEWENANG a. Mengatur pelaksanaan kegiatan administrasi dan keuangan DPP; b. Menandatangani surat yang berkaitan dengan keuangan DPP;

c. Bertindak sebagai salah satu ordonatur DPP; d. Mengajukan usul dan saran kepada Ketua Umum guna menunjang proses pengambilan keputusan. 4) TANGGUNG JAWAB a. Bertanggung jawab atas keuangan DPP; b. Penyediaan anggaran penyelenggaraan kegiatan organisasi; c. Melaporkan keuangan DPP; d. Menyiapkan konsep laporan pelaksanaan program kerja dan laporan pertanggungjawaban kepengurusan terkait dengan keuangan DPP (Rakenas & Munas/Munaslub); e. Bertanggung jawab terhadap hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan tugasnya. (5) Dalam hal struktur organisasi (DPP/ DPC) dibuat lebih besar, seperti : Sekretaris I, II dan Bendahara I, II maka fungsi, tugas, wewenang dan tanggungjawabnya mengikuti pengurus yang ada di atasnya. (6) Fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus Departemen/Seksi-seksi, fungsinya sebagai pelaksana kegiatan, bertugas membantu para Ketua/wakil Ketua sesuai bidang kegiatannya, wewenangnya menyampaikan usulan dan saran serta bertanggungjawab kepada para Ketua/wakil Ketua. (7) Fungsi, tugas, wewenang dan tanggungjawab pengurus sebagaimana dimaksud Pasal ini menjadi acuan penyusunan peraturan organisasi di Tingkat Cabang.

Pasal 14 Pergantian Antar Waktu (PAW) (1) Pergantian antar waktu pengurus organisasi dilaksanakan apabila terjadi jabatan lowong dalam kepengurusan organisasi. (2) Jabatan lowong terjadi apabila pengurus yang bersangkutan berhalangan tetap dan kemudian dinyatakan tidak dapat menjalankan kegiatan. (3) Penunjukan dan pengisian jabatan lowong antar waktu untuk Ketua Umum digantikan berdasarkan Rapat Pleno pengurus dan Dewan Penasehat Organisasi dengan menunjuk salah satu Ketua sampai dengan masa kepengurusan berakhir dan diadakan Munas/Munaslub, untuk Ketua DPC digantikan berdasarkan Rapat Pleno pengurus dengan menunjuk salah satu Ketua sampai dengan masa kepengurusan berakhir dan diadakan Muscab/Muscablub (usulan DPC KP). (4) Penunjukan dan pengisian jabatan lowong antar waktu untuk DPH di luar Ketua Umum digantikan berdasarkan hasil rapat DPH. Usulan DPC Supadio PASAL 14 (3) Diganti Ketua Umum di ganti Ketua I, sampai dengan diadakannya MUNAS / MUNASLUB. (4) DPH diganti BPH (5) Rapat Pleno diganti Rapat Pleno Diperluas. Usulan DPC KP Pasal 14 Pergantian Antar Waktu Pergantian Antar Waktu ayat 3 agar disesuaikan dengan AD/ART (5) Penunjukan pengisian jabatan lowong antar waktu untuk pengurus Pleno tidak termasuk DPH digantikan sesuai hasil rapat pleno.

BAB V KEUANGAN Pasal 15 Keuangan Organisasi (1) Keuangan organisasi berasal dari iuran anggota dan usaha-usaha lain yang sah dan tidak mengikat. (2) Jumlah iuran anggota yang disetor oleh anggota, seperempatnya di setorkan ke Kas DPP melalui rekening yang telah ditetapkan. (3) Iuran yang dihimpun oleh Bendahara dan disimpan disalah satu Bank Milik Pemerintah dengan ordonatur ditunjuk oleh BPH DPC untuk tingkat Cabang dan ordonatur pada tingkat Pusat (DPP) ditetapkan Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum. (4) Setiap kegiatan organisasi yang memerlukan/menggunakan biaya harus dibuatkan proposal yang perincian biayanya ditandatangani oleh ketua dan bendahara. (5) Penerimaan dan pengeluaran keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma pengelolaan keuangan yang berlaku (6) Untuk tingkat DPP keuangan organisasi wajib dibuatkan laporan secara periodik setiap 1 (satu) tahun oleh DPP kepada DPC dan untuk tingkat DPC keuangan organisasi wajib dibuatkan laporan secara periodik setiap 6 (enam) bulan kepada anggota dan setiap 1 (satu) tahun kepada DPP. Usulan DPC Polonia Pasal 15 (1) Iuran yang dihimpun oleh Bendahara dan disimpan disalah satu Bank Milik Pemerintah dengan ordonatur ditunjuk oleh BPH DPC untuk tingkat Cabang dan ordonatur pada tingkat Pusat (DPP) ditetapkan Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum. PO Tidak perlu di sebutkan lagi karena sudah disebutkan pada ayat selanjutnya dan pada pasal 16 tentang Pengeluaran Keuangan. Catatan : apakah istilah Ordonatur perlu diganti dengan Otorisator, agar sesuai dengan hukum keuangan negara. Usulan DPC KP Pasal 15 Ayat 1 Agar ditinjau kembali dengan Pasal 33 AD dan Pasal ART Diusulkan besaran minimal iuran anggota ditentukan oleh DPP, guna memperkecil perbedaan jumlah nominal iuran antar DPC-DPC Sekarpura II.

Pasal 16 Pengeluaran Keuangan Mekanisme pengeluaran keuangan diatur sebagai berikut : (1) Pada tingkat DPP ordonaturnya : Ketua Umum dan Bendahara Umum; (2) Pada tingkat DPC ordonaturnya : Ketua dan Bendahara. Pasal 17 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (RAPBO) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (RAPBO) disusun dan diajukan untuk 1 (satu) tahun kalender yang dihitung sejak tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Pasal 18 Prosedur Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Organisasi Prosedur dan Tata cara penyusunan rencana Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Organisasi akan diatur kemudian sesuai kebutuhan dan kebijakan organisasi. Pasal 19 Penyampaian RAPBO Rencana Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Organisasi disampaikan 1 (satu) bulan sebelum Rapat Kerja Sekarpura II kepada peserta pada saat: a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Sekarpura II b. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) Sekarpura II

Pasal 20 Pengesahan RAPBO Rencana Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Organisasi (RAPBO) disyahkan menjadi Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Organisasi (APBO) ditetapkan oleh Rapat Kerja Sekarpura II seperti pada pasal 19 dengan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Sekarpura II. Usulan DPC SSK II Pasal 20 Tambahan : Transparansi besarnya angaran yang sudah disahkan agar bisa diketahui oleh setiap Cabang (DPC). Pasal 21 Laporan Pertanggungjawaban Keuangan (1) Laporan pertanggung jawaban keuangan disampaikan pada : a. Musyawarah Cabang (Muscab) Sekarpura II b. Musyawarah Nasional (Munas) Sekarpura II (2) Laporan Pertanggung jawaban Keuangan tersebut ayat (2) pasal 17. disampaikan kepada peserta Rapat Kerja masing-masing organisasi disemua tingkatan Sekarpura II selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Rapat Kerja dilaksanakan. Usulan DPC Polonia Pasal 21 Laporan Pertanggungjawaban Keuangan (1) Laporan pertanggung jawaban keuangan disampaikan pada : a. Musyawarah Cabang (Muscab) Sekarpura II b. Musyawarah Nasional (Munas) Sekarpura II (2) Laporan Pertanggung jawaban Keuangan tersebut ayat (1) disampaikan kepada peserta Rapat Kerja masing-masing organisasi disemua tingkatan Sekarpura II selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum Musyawarah Kerja dilaksanakan. PO Ayat (2) dirubah agar tidak menimbulkan ambiguitas dan toleransi kerja pengurus maupun panitia dari musyawarah kerja disetiap tingkatan Sekarpura II

BAB VI PENYAMPAIAN MOSI TIDAK PERCAYA, PENYELENGGARAAN MUNAS, MUNASLUB, RAKERNAS, RAPIMNAS DAN MUSCAB, MUSCABLUB, RAKERCAB Pasal 22 Penyelenggaraan Munas (1) Musyawarah Nasional diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat. (2) Tanggung Jawab Musyawarah Nasional terletak pada Dewan Pimpinan Pusat. (3) Agenda Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional disiapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan disahkan oleh Peserta Musyawarah Nasional. (4) Undangan serta Rancangan Acara harus sudah disampaikan oleh Dewan Pimpinan Pusat kepada Peserta Musyawarah Nasional selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Nasional dilaksanakan. (5) Musyawarah Nasional membentuk 3 (tiga) komisi persidangan yaitu : a. Komisi Persidangan A : Bidang Keorganisasian yang membahas Perubahan atau Penyempurnaan AD/ART b. Komisi Persidangan B : Bidang Program Umum yang membahas Program Umum Organisasi c. Komisi Persidangan C : Bidang Umum/Khusus yang membahas kebijakan-kebijakan lainnya. (6) Seluruh keputusan persidangan dianggap sah, jika korum tercapai yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah tambah satu jumlah peserta. (7) Bilamana korum tidak tercapai, maka rapat ditunda selama 15 Menit, dan setelah penundaan korum tidak juga tercapai, maka sidang diteruskan berdasarkan kesepakatan forum yang ada dan keputusan dinyatakan sah.

(8) Setiap peserta Musyawarah Nasional mempunyai hak suara dan hak bicara yang sama. (9) Musyawarah Nasional dapat dihadiri oleh Peninjau atas undangan Dewan Pimpinan Pusat. (10) Peninjau Musyawarah Nasional hanya memiliki Hak Bicara. (11) Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah penyelenggaraan Musyawarah Nasional, Dewan Pimpinan Pusat harus sudah mengumumkan hasil keputusan Musyawarah Nasional. (12) Munas dilakukan pada akhir masa kepengurusan DPP, diselenggarakan oleh Panitia yang dibentuk oleh DPP melalui mekanisme rapat pleno. (13) Munas diselenggarakan dengan melalui perwakilan, dengan agenda sekurang-kurangnya adalah: a. Laporan Pertanggungjawaban Kepengurusan; b. Perubahan/Penetapan AD/ART; c. Program Kerja; d. Pemilihan Ketua Umum yang sekaligus menjadi ketua tim formatur. Pasal 22 (11) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah penyelenggaraan Musyawarah Nasional, Dewan Pimpinan Pusat harus sudah mengumumkan hasil keputusan Musyawarah Nasional. PO Hasil dari Musyawarah Nasional tidak perlu menunggu terlalu lama untuk diumumkan, baik melalui media resmi (tembusan surat keputusan) maupun media non resmi (ex. Website Sekarpura II). Hal ini juga sejalan dengan Pasal 11 ayat (7) Peraturan Organisasi ini dimana pengurus pleno yang dibentuk oleh Ketua terpilih (tim formatur) hasil Munas sudah harus terbentuk selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sesudah pelaksanaan Munas/ Munaslub Pasal 23 Mosi Tidak Percaya DPP (1) DPC dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada pengurus DPP apabila disertai data-data yang valid dan diajukan lebih dari 50% DPC. (2) Pengajuan mosi tidak percaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diajukan oleh DPC kepada DPP yang tembusannya disampaikan kepada DPO. (3) DPO wajib menindaklanjuti mosi tidak percaya dengan memanggil DPP dan mengadakan pleno untuk memutuskan apakah perlu dilaksanakan munaslub atau tidak.

Pasal 24 Mosi Tidak Percaya DPC (1) Anggota DPC dapat mengajukan mosi tidak percaya kepada pengurus DPC apabila disertai data-data yang valid dan didukung oleh lebih dari 50% anggota. (2) Pengajuan mosi tidak percaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diajukan oleh anggota yang tembusannya disampaikan kepada DPO tingkat cabang. (3) DPO tingkat cabang wajib menindaklanjuti mosi tidak percaya dengan memanggil DPC dan mengadakan pleno apakah perlu dilaksanakan muscablub atau tidak. Pasal 25 Musyawarah Nasional Luar Biasa (1) Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) diselenggarakan di luar jadwal Munas berkala. (2) Tata cara penyelenggaraan Munaslub sama dengan penyelenggaraan Munas. Pasal 26 Rakernas, Rapimnas (1) Rakernas dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa kepengurusan DPP, diselenggarakan oleh Panitia yang dibentuk oleh DPP melalui mekanisme rapat pleno. (2) Rapimnas dapat dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa kepengurusan DPP, diselenggarakan oleh Panitia yang dibentuk oleh DPP melalui mekanisme rapat pleno.

Pasal 27 Agenda Rakernas/Rapimnas (1) Agenda Pokok Rakernas sekurang-kurangnya yaitu : a. Evaluasi dan Penetapan Progam Kerja; b. Penyusunan Draft PKB; c. Evaluasi penyelenggaraan organisasi; (2) Agenda Pokok Rapimnas sekurang-kurangnya yaitu : a. Evaluasi kinerja organisasi; b. Konsolidasi Organisasi; c. Membahas perkembangan organisasi dan menentukan kebijakan-kebijakan strategis yang dianggap perlu. Pasal 28 Mekanisme Pelaksanaan Rakernas (1) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat. (2) Tanggung jawab penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional Sekarpura II terletak pada Dewan Pimpinan Pusat Sekarpura II. (3) Rancangan Acara dan Rancangan Tata Tertib Rapat Kerja Nasional disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat dan disahkan oleh peserta Rakernas. (4) Undangan serta Rancangan Acara Tata Tertib harus sudah disampaikan oleh Dewan Pimpinan Pusat kepada peserta Rapat Kerja Nasional selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum Rakernas dilaksanakan.

(5) Rapat Kerja Nasional membentuk 3 (tiga) komisi persidangan yaitu : a. Komisi persidangan A : Bidang Organisasi b. Komisi persidangan B : Bidang Program/Rencana Kerja c. Komisi persidangan C : Bidang Khusus (6) Seluruh Keputusan Persidangan dianggap sah, jika korum tercapai yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah peserta. (7) Bilamana korum tidak tercapai, rapat ditunda 15 menit, bilamana setelah ditunda korum tidak tercapai juga, maka sidang diteruskan dan keputusan dinyatakan sah. (8) Setiap peserta Rakernas mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara yang sama (9) Hak suara DPP dan DPC Sekarpura II Masing-masing : a. DPP Sekarpura II : 8 Suara b. DPC Sekarpura II Kantor Pusat : 7 Suara c. DPC Sekarpura II Bandara Soekarno-Hatta : 15 Suara d. DPC Sekarpura II Bandara Halim PK : 4 Suara e. DPC Sekarpura II Bandara SM Badaruddin II : 4 Suara f. DPC Sekarpura II Bandara Supadio : 4 Suara g. DPC Sekarpura II Bandara Polonia : 7 Suara h. DPC Sekarpura II Bandara Husein S : 4 Suara i. DPC Sekarpura II Bandara S Syarif Kasim II : 4 Suara j. DPC Sekarpura II Bandara Minangkabau : 4 Suara k. DPC Sekarpura II Bandara S Iskandar Muda : 3 Suara l. DPC Sekarpura II Bandara Raja Haji Fisabilillah : 3 Suara m. DPC Sekarpura II Bandara Depati Amir : 3 Suara n. DPC Sekarpura II Bandara S. Thaha : 3 Suara Usulan DPC SSK II Pasal 28 Revisi : 10. Peninjauan kembali hak suara karena sudah adanya penambahan karyawan.

(10) Rapat Kerja Nasional Sekarpura II dapat dihadiri oleh Peninjau atas undangan Dewan Pimpinan Pusat. (11) Peninjau Rapat Kerja Nasional hanya memiliki hak bicara atas persetujuan Pimpinan Sidang. (12) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penyelenggaraan Rapat kerja Nasional, Dewan Pimpinan Pusat Sekarpura II sudah harus mengumumkan hasil Keputusan Rakernas. Pasal 29 Peserta Munas/MunasLub (1) Penentuan alokasi kuota peserta dengan hak suara dalam Munas/Munaslub, mempertimbangkan unsur populasi anggota dan jumlah komisi yang dibentuk sesuai agenda sidang, disusun sebagai berikut: a. DPP Sekarpura II : 8 Suara b. DPC Sekarpura II Kantor Pusat : 7 Suara c. DPC Sekarpura II Bandara Soekarno-Hatta : 15 Suara d. DPC Sekarpura II Bandara Halim PK : 4 Suara e. DPC Sekarpura II Bandara SM Badaruddin II : 4 Suara f. DPC Sekarpura II Bandara Supadio : 4 Suara g. DPC Sekarpura II Bandara Polonia : 7 Suara h. DPC Sekarpura II Bandara Husein S : 4 Suara i. DPC Sekarpura II Bandara S Syarif Kasim II : 4 Suara j. DPC Sekarpura II Bandara Minangkabau : 4 Suara k. DPC Sekarpura II Bandara S Iskandar Muda : 3 Suara l. DPC Sekarpura II Bandara Raja Haji Fisabilillah : 3 Suara m. DPC Sekarpura II Bandara Depati Amir : 3 Suara n. DPC Sekarpura II Bandara S. Thaha : 3 Suara Pasal 28 (12) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah penyelenggaraan Rapat kerja Nasional, Dewan Pimpinan Pusat Sekarpura II sudah harus mengumumkan hasil Keputusan Rakernas. Usulan DPC SSK II Pasal 29 Revisi : 1. Peninjauan kembali Penentuan alokasi kouta dengan hak suara dalam Munas/Munaslub karena sudah adanya penambahan karyawan.

(2) Terhadap DPC-DPC yang mengirimkan anggotanya melebihi kuota yang ditetapkan, maka status kepesertaannya menjadi peninjau Munas/Munaslub, dengan ketentuan dibiayai sendiri oleh DPC yang bersangkutan dan peserta tersebut tidak memiliki hak suara. Pasal 30 Penyelenggaraan Muscab/Muscablub, Rakercab (1) Muscab dilakukan pada akhir masa kepengurusan DPC, diselenggarakan oleh Panitia dan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa tugas kepengurusan berakhir, sedangkan Muscablub dilakukan apabila diperlukan. (2) Sehubungan seluruh Kantor Cabang PT (Persero) Angkasa Pura II telah didirikan DPC dan untuk keseragaman masa kepengurusan serta penghematan biaya, maka kepada para pengurus DPC untuk menyesuaikan masa tugas kepengurusan yang berakhir 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan Munas. (3) Rakercab dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa 3 (tiga) tahun kepengurusan DPC, diselenggarakan oleh Panitia yang dibentuk oleh DPC. (4) Muscab/Muscablub dan Rakercab diselenggarakan dengan mekanisme perwakilan, dengan Agenda pokok Muscab/Muscablub sekurang-kurangnya yaitu : 1) Laporan Pertanggungjawaban Kepengurusan; 2) Penyusunan draft Perubahan AD/ART; 3) Pemilihan Ketua DPC dan Pengukuhan Dewan Pengurus Harian DPC. Usulan DPC KP Pasal 30 Penyelenggaraan MUSCAB/MUSCABLUB, RAKERCAB Ditambahkan Pasal mengenai mekanisme baku dalam pemilihan calon ketua DPC dengan usulan sebagai berikut : a. Mekanisme pemilihan bakal calon ketua DPC dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia oleh seluruh anggota Sekarpura II di DPC tersebut; b. Penjaringan pemilihan bakal calon ketua DPC menjadi calon ketua yang akan dipilih dan dibawa dalam muscab dilakukan untuk memilih 3 orang calon ketua DPC yang dilakukan pada saat Pra Muscab; c. 3 (tiga) orang calon ketua DPC terpilih telah melalui mekanisme verifikasi sesuai dengan persayaratan menjadi Ketua DPC yang didalam AD/ART; d. Pemilihan Ketua DPC dilaksanakan setelah Pimpinan Muscab menyatakan sidang telah memenuhi qourum; e. Sebelum dilakukan proses pemilihan, calon ketua DPC diwajibkan mengisi dan menandatangani formulir kesediaan menjadi calon ketua, dan Pimpinan Muscab memeriksa syaratsyarat calon ketua dan formulir yang sudah ditandatangani tersebut sebagaimana diatur dalam AD/ART; f. Calon Ketua yang memenuhi syarat, diwajibkan untuk memperkenalkan diri, menyampaikan pokok-pokok pikiran atau program kerja (diberi waktu paling lama sepuluh menit untuk setiap calon) g. Setelah acraa penyampaian pokok-pokok pikiran atau program kerja, dilaksanakan pemilihan calon ketua oleh Peserta MUSCAB yang mempunyai hak suara

(5) Sedangkan Agenda Pokok Rakercab sekurang-kuranya yaitu : 1) Laporan Perkembangan Pelaksanaan Progam Kerja 2) Penyusunan Draft PKB; 3) Evaluasi/rekomendasi penyelenggaraan organisasi. (6) Alokasi kuota peserta dengan hak suara dalam Muscab/Muscablub atau Rakercab, ditentukan berdasarkan Unit Kerja setingkat Dinas dan jumlah komisi, diwakili oleh sedikitnya 1 (satu) peserta dengan hak suara dalam Sidang Komisi. (7) Penambahan dan atau pengurangan jumlah peserta dengan hak suara pada Munas/Munaslub atau Rakernas dan Muscab/Muscablub atau Rakercab dapat dilakukan sesuai dengan pendanaan yang diberikan oleh Manajemen. (8) DPC-DPC yang akan menyelenggarakan Muscab/Muscablub atau Rakercab harus melaporkan dan mengundang pengurus DPP guna pengesahan hasil dan atau pengesahan kepengurusan DPH. Pasal 30 Ayat 6 Peserta Alokasi kuota peserta dengan hak suara dalam Muscab/Muscablub atau Rakercab, ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah karyawan setiap unit kerja setingkat Direktorat di Kantor Pusat dan Dinas di Kantor Cabang. Jumlah Komisi, diwakili oleh sedikitnya 1 (satu) peserta dengan hak suara dalam sidang komisi. Pasal 31 Musyawarah Cabang (1) Musyawarah Cabang (Muscab) diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II. (2) Tanggung jawab penyelenggaraan Muscab terletak pada Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II. (3) Rancangan Acara dan Rancangan Tata Tertib Muscab disusun oleh Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II atas persetujuan Dewan Pimpinan Pusat Sekarpura II dan disahkan oleh Peserta Muscab.

(4) Undangan serta rancangan acara dan rancangan tata tertib harus sudah disampaikan oleh DPC Sekarpura II ke seluruh peserta Muscab selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah Cabang dilaksanakan (5) Musyawarah Cabang membentuk 3 (tiga) komisi persidangan yaitu : a. Komisi Persidangan A : Bidang Organisasi b. Komisi Persidangan B : Bidang Program Kerja c. Komisi Persidangan C : Bidang Umum/Khusus Usulan DPC Polonia Pasal 31 Musyawarah Cabang (4) Undangan serta rancangan acara dan rancangan tata tertib harus sudah disampaikan oleh DPC Sekarpura II ke seluruh peserta Muscab selambatlambatnya 1 (satu) minggu sebelum Musyawarah Cabang dilaksanakan Pasal 32 Musyawah Cabang Luar Biasa (1) Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub) diselenggarakan diluar jadwal Muscab berkala untuk meminta pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II mengenai pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (2) Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan atas permintaan sekurangkurangnya setengah ditambah satu jumlah anggota Dewab Pimpinan Cabang Sekarpura II sebagaimana yang hadir dalam Musyawarah Cabang sebelumnya, atas persetujuan Dewan Pimpinan Pusat. (3) Anggota Sekarpura II Cabang yang meminta dilaksanakan Muscablub menjadi penyelenggara dan penanggung jawab Muscablub. (4) Anggota Sekarpura II Cabang yang meminta dilaksanakan Muscablub dimaksud pada ayat (3) dapat membentuk komite yang bersifat ad-hoc sebagai penyelenggara Muscablub. (5) Acara dan Tata Terib Muscablub disusun oleh penyelenggara Muscablub atas persetujuan Dewan Pimpinan Pusat disahkan oleh peserta Muscablub.

(6) Undangan serta Rancangan harus sudah disampaikan oleh penyelenggara Muscablub kepada seluruh peserta Muscablub dalam waktu selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum Muscablub dilaksanakan. (7) Peserta Musyawarah Cabang Luar Biasa terdiri dari : a. Dewan Pimpinan Pusat b. Dewan Pimpinan Cabang (8) Musyawarah Cabang Luar Biasa mempunyai wewenang untuk : a. Menilai, menerima dan mensahkan atau menolak pertanggung jawaban atau kinerja Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II atas dugaan terjadinya pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah dilakukan Dewan Pimpinan Cabang, sebagaimana yang diduga oleh Anggota Sekarpura II yang meminta dilaksanakannya. Muscablub. b. Jika pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan Cabang sebagaimana dimaksud ayat (8) huruf a. ditolak atau tidak diterima maka Muscablub dapat memutuskan : 1) Memberhentikan Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pertimbangan Organisasi Cabang. 2) Melaksanakan pemilihan dan mengangkat Ketua dan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang serta Dewan Pertimbangan Organisasi Cabang yang baru. 3) Menetapkan Program Umum Cabang 4) Menetapkan keputusan-keputusan lainnya. c. Jika pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Cabang sebagaimana dimaksud ayat (8) huruf a. diterima oleh peserta Muscablub maka selanjutnya Muscablub dapat memutuskan : Usulan DPC Polonia Pasal 32 (6) Undangan serta Rancangan acara harus sudah disampaikan oleh penyelenggara Muscablub kepada seluruh peserta Muscablub dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum Muscablub dilaksanakan.

1) Menyatakan bahwa Dewan Pimpinan Cabang tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana diduga oleh Anggota Sekarpura II Cabang yang meminta diselenggarakannya Muscablub 2) Menetapkan keputusan-keputusan lainnya. (9) Seluruh persidangan dianggap sah, jika korum tercapai yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah peserta. (10) Bilamana korum sebagaimana dimaksud ayat (9) tidak tercapai, rapat ditunda satu jam, bilamana setelah ditunda korum tidak tercapai juga, maka siding diteruskan dan keputusan dinyatakan sah (11) Setiap peserta Munassus mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara yang sama (12) Muscablub tidak dihadiri oleh Peninjau. (13) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penyelenggaraan Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub), Penyelenggara Muscablub sudah harus mengumumkan hasil keputusan Muscablub Pasal 33 Rapat Kerja Cabang Rapat Kerja Cabang (Rakercab) diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Cabang (1) Tanggung jawab penyelenggaraan Rapat Kerja Cabang Sekarpura II terletak pada Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II. (2) Rancangan Acara dan Rancangan Tata Tertib Rapat Kerja Cabang disusun oleh Dewan Pimpinan Cabang dan disahkan oleh peserta Rakercab. (3) Undangan serta Rancangan Acara Tata Tertib harus sudah disampaikan oleh Dewan Pimpinan Cabang kepada peserta Rapat Kerja Cabang (13) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah penyelenggaraan Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub), Penyelenggara Muscablub sudah harus mengumumkan hasil keputusan Muscablub PO Penyampaian undangan dan rancangan acara yang terlalu lama dengan jadwal acara Muscablub tidaklah efektif dan efisien.

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Rakercab dilaksanakan. (4) Rapat Kerja Cabang membentuk 3 (tiga) komisi persidangan yaitu : a. Komisi persidangan A : Bidang Keorganisasian b. Komisi persidangan B : Bidang Program/Rencana Kerja c. Komisi persidangan C : Bidang Rekomendasi/Umum/Khusus (5) Seluruh Keputusan Persidangan dianggap sah, jika korum tercapai yaitu dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah peserta. (6) Bilamana korum tidak tercapai, rapat ditunda satu jam, bilamana setelah ditunda korum tidak tercapai juga, maka siding diteruskan dan keputusan dinyatakan sah. (7) Setiap peserta Rakercab mempunyai Hak Suara dan Hak Bicara yang sama (8) Rapat Kerja Cabang Sekarpura II dapat dihadiri oleh Peninjau atas undangan Dewan Pimpinan Cabang (9) Penunjau Rapat Kerja Cabang hanya memiliki hak bicara atas persetujuan Pimpinan Sidang. (10) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penyelenggaraan Rapat kerja Cabang, Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II sudah harus mengumumkan hasil Keputusan Rakercab BAB VII RAPAT PENGURUS DAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI ORGANISASI Usulan DPC Polonia Pasal 33 (10) Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah penyelenggaraan Rapat kerja Cabang, Dewan Pimpinan Cabang Sekarpura II sudah harus mengumumkan hasil Keputusan Rakercab Pasal 34 (1) Kepemimpinan Organisasi Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Cabang dilaksanakan secara kolektif.

(2) Keputusan Organisasi disemua tingkatan Organisasi pada ayat (1) diatas diambil dalam Rapat Pleno Pengurus. (3) Rapat Pleno Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali. (4) Rapat Pleno Pengurus diadakan atas undangan Pengurus Organisasi di semua tingkatan. (5) Di dalam Rapat Pleno Pengurus setiap peserta mempunyai hak suara masing-masing 1 (satu) suara. Usulan DPC Polonia Pasal 34 (3) Rapat Pleno Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali PO Sejalan dengan Pasal 35 ayat (4) Peraturan Organisasi ini, mengantisipasi kesibukan kerja sebagai karyawan Perusahaan. (6) Rapat Pleno Pengurus disemua tingkatan organisasi adalah sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah peserta (Korum). (7) Jika korum tidak tercapai Rapat Pleno Pengurus ditunda satu jam, bila setelah ditunda korum tidak tercapai juga maka Rapat Pleno Pengurus diteruskan dan Keputusan Rapat dinyatakan sah. (8) Seluruh Keputusan Rapat Pleno Pengurus wajib diberitahukan kepada seluruh Pengurus Organisasi. (9) Keputusan Rapat Pleno Pengurus bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh seluruh Pengurus. (10) Apabila hasil keputusan Rapat Pleno Pengurus tidak dilaksanakan, maka kepada yang bersangkutan dapat dikenakan sangsi organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Sekarpura II