BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Fetus Hamster. Ginjal Fetus Hamster FBS

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA EFEK KITOSAN TERHADAP VIABILITAS KULTUR GALUR SEL HSC-4 DAN A549 SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratotik.

BAB IV METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian Posttest Only Control Design ( Gliner,2000 ) dengan kultur in

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap proliferasi sel ginjal fetus hamster yang dikultur primer merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

BAB 5 HASIL PENELITIAN

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PE ELITIA

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian, Universitas Lampung, dan Laboratorium Biokimia Puspitek Serpong.

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Untuk analisis sitologi

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

III. METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Malang, dan Laboratorium Sentra Ilmu Hayati Universitas. Brawijaya. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

Transkripsi:

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Sampel Penelitian Dan Bahan Uji Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel kanker skuamosa mulut dan sel ameloblas. Kultur dilakukan di laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi. Sel yang dikultur adalah berasal dari galur sel HSC-4 dan galur sel HAT-7. Dan bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan yang didapat dari BATAN. 4.3 Tempat dan Waktu Penetitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi dari bulan September 2008 sampai November 2008. 4.4 Variable Penelitian 4.4.1 Variable Terikat Viabilitas sel dalam medium kultur. 4.4.2 Variabel bebas Kitosan dengan konsentrasi 0.0005%, 0.0025%, 0.005%, 0.25%, 0.5%, serta sel HSC-4 (galur sel kanker sel skuamosa mulut) dan HAT-7 (galur sel epitel dental). 4.5 Definisi Operasional 4.5.1 Kitosan Kitosan adalah polisakarida yang merupakan turunan dari kitin yang didapat dari ekstrak eksoskeleton hewan krustasea. Dalam penelitian ini, didapat kitosan dalam sediaan larutan dengan 20 Fakultas Kedokteran Gigi

21 pelarut 1% asam asetat. Kitosan didapat dari BATAN, kemudian dibuat larutan dengan konsentrasi 10 mg/ml (1%). Kitosan yang diperoleh memiliki berat molekul 7.000 hingga 8.000 Da, dengan derajat deasetilasi 72% hingga 80%. Kelarutan dalam asam asetat 1% adalah 0.02 g/ml serta memiliki kadar air kurang dari 10%. 4.5.2 Viabilitas sel Viabilitas sel adalah kemungkinan sel untuk dapat hidup setelah terpapar suatu bahan. Pada penelitian ini viabilitas sel diukur dengan MTT assay, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas selular setelah terpapar dengan bahan uji berdasarkan aktivitas succinic dehydrogenase mitokondria sel yang mengubah methylthiazole tetrazolium berwarna kuning menjadi kristal formazan ungu. Perubahan warna yang terjadi, diukur dengan menggunakan microplate reader panjang gelombang 490 nm. Kemudian hasilnya dibaca dengan program microplate manager lalu dipreserntasekan terhadap kontrol. Bubuk MTT digunakan dengan merek Sigma-Aldrich dengan pelarut Aqua Bidestilata. 4.5.3 HSC-4 Sel HSC-4 merupakan galur sel kanker skuamosa mulut dan didapat dari sediaan sel yang disimpan dalam cryopreservation di Laboratorium Biologi Oral. 4.5.4 HAT-7 Sel HAT-7 merupakan galur sel epitel dental dan didapat dari sediaan sel yang disimpan didalam cryopreservation di Laboratorium Biologi Oral. Fakultas Kedokteran Gigi

22 4.6 Alat, Bahan, dan Cara Kerja 4.6.1 Alat 1. Pipet Pasteur 2. Pipet Eppendorf 3. Tips 1000 µl 4. Tips 50 µl 5. Tips 10 µl 6. Tube 15 ml (Falcon) 7. Tube 50 ml (Falcon) 8. Eppendorf Tube 9. Petri dish 10. Gelas Ukur 100 ml (Iwaki Pyrex) 11. Timer 12. Centrifuge (Legend RT, Sorvall) 13. Ruang laminar/cabinet (ESCO Micro PTE LTD.) 14. Inkubator (Inco 2, Memmert) 15. Hemocytometer (Naubauer) 16. Microscope cahaya (Olympus Tokyo) 17. Microplate Reader (Benchmark, Biorad) 18. Microplate manager (V.5.2 Bulid 103) 19. Nitrogen cryopreservation (Bio cane 20, Termolyne) 20. Filter steril cairan 0.20 µm (Gema Medical S.L.) 21. Syringe besar (Terumo) 22. Label 4.6.2 Bahan 1. 50 ml Media lengkap: a. 45 ml DMEM High Glucose L-Glutamine b. 5 ml FBS 10% (Bio West) c. 50 µg Penicilline Streptomycine d. 10 µg Fungizone 2. PBS 10% (1 tab untuk 1 cc pelarut 1 tab dilarutkan dalam 1L Aqua Bidestilata) 3. Ethanol 95% 4. Kitosan 10 mg/ml Fakultas Kedokteran Gigi

23 5. Isopropanol 6. HCl 1 N 4.6.3 Cara Kerja 4.6.3.1 Persiapan Alat dan Bahan A. Sterilisasi Alat dan Bahan Tips, DMEM dan PBS disterilisasi dengan autoclave 20 menit pada suhu 120 C. Semua alat dan ruang laminar dibersihkan, kemudian disemprotkan ethanol 70%. Sebelum memulai pekerjaan, semua alat dimasukan ke ruang laminar, dan disterilisasi dengan sinar UV selama 5-20 menit. B. Pembuatan Medium Kultur Lengkap (dilakukan di dalam biohazard cabinet) DMEM (45 ml) cair ditambahkan FBS (5 ml), Penicillin-Streptomycin (10 µg), Fungizone (Amphotericin B 10 µg) dan FBS (10%). Selanjutnya, medium kultur tersebut disaring ke dalam tube 50 ml dengan menggunakan syringe 50 ml dengan Sartorius Minisart single use syringe filter sterile-eo (0,20 µm). Lalu medium lengkap disimpan didalam lemari pendingin dengan suhu 4 C C. Pembuatan PBS Dibuat PBS dengan perbandingan 10 tablet PBS untuk 1 L Aqua Bidestilata. Kemudian tablet-tablet tersebut dilarutkan dengan Aqua Bidestilata. 4.6.3.2 Aktivasi sel Medium lengkap dipersiapkan sebanyak 20 ml, lalu dibagi kedalam 2 tube ukuran 15 ml. Sementara itu, sentrifuge disiapkan pada suhu 4 C. Vial yang berisi sel HSC-4 dan A-549 diambil dari cryopreservation untuk Fakultas Kedokteran Gigi

24 dilakukan quick thaw dengan suhu tubuh agar cairan yang berisi sel didalam vial mencair. Seluruh sel HSC-4 di dalam vial diambil menggunakan tips 1000µL lalu dipindahkan ke tube 15 ml yang telah diisi 10 ml medium lengkap sebelumnya kemudian dihomogenisasi. Dilakukan hal yang sama untuk sel A-549. Sel yang berada di dalam medium kemudian disentrifuge dengan 2000 rpm, selama 10 menit, dengan suhu 4 C. Setelah itu, supernatant dan medium dibuang dengan pipet, hingga tersisa pelet sel di dasar tube. Kemudian dimasukkan 5 ml medium lengkap kedalam tube yang berisi pelet sel, lalu dilakukan pipeting hingga pelet tercampur rata dengan medium pada kedua jenis sel. Dua buah petri dish yang diisi masing-masing 5 ml medium lengkap disiapkan dan sel-sel tersebut dibagi ke dalam 2 petri dish (2.5 ml tiap petri dish). Ditambahkan kembali 5 ml medium lengkap kedalam tiap tube agar medium menutupi semua permukaan petri dish Tiap petri dish diberi label jenis sel serta tanggal dan kemudian dimasukan dalam inkubator. 4.6.3.3 Panen sel Petri dish yang berisi sel HSC 4 dan HAT-7 dikeluarkan dari inkubator kemudian dicek apakah kondisi sel sudah confluent (padat) atau belum dengan menggunakan mikroskop. Seluruh DMEM dibuang dengan pipet. Petri dish kemudian dicuci dengan PBS, kemudian PBS dibuang. Tahap tersebut diulang sebanyak 3 kali. Sel dikumpulkan dengan scrapper hingga terkonsentrasi pada satu titik. PBS dimasukan sebanyak 5 ml kedalam petri dish. PBS yang bercampur dengan sel dikumpulkan dan dimasukan kedalam tube 15 ml, lalu disentrifuge pada suhu kamar, dengan kecepatan 2000 rpm, selama 10 menit. PBS Fakultas Kedokteran Gigi

25 dibuang, sisakan pellet dibawahnya. Selanjutnya, dimasukan media lengkap, lalu pipeting. Lalu sel dipindahkan ke beberapa petri dish dan ditambahkan 5 ml media lengkap sampai seluruh permukaan petri dish tertutup media. 4.6.3.4 Penghitungan jumlah sel dan memasukan sel ke well Sebanyak 10 µl suspensi sel dimasukan ke dalam eppendorf tube. Lalu 80 µl PBS dimasukan kedalam eppendorf tube tersebut dan ditambahkan 10 µl Tripan blue. Lalu suspensi tersebut dimasukan kedalam hemositometer. Jumlah sel pada R1, R2, R3, R4, dan R5 dihitung di bawah mikroskop. Setelah didapat data-datanya, kemudian dihitung rata-rata R =. Dihitung jumlah sel dalam medium = R x Pengenceran x 10 4. Ke dalam setiap well dimasukkan 1 x 10 6 sel sebanyak 50 µl. Sel diinkubasi selama satu hari. 4.6.3.5 Memajan kitosan Berbagai jenis konsentrasi kitosan disiapkan dengan melalui beberapa kali pengenceran. Kemudian setiap well yang berisi 50 µl sel beserta DMEM dipajankan dengan 50 µl kitosan dengan berbagai konsentrasi. Lalu diinkubasikan selama 37 C, 5% CO 2, 4 jam. 4.6.3.6 Uji Viabilitas Sel kanker dengan MTT Assay Bubuk MTT disiapkan dan dilarutkan dalam Aqua Bidestilata dengan konsentrasi 5 mg/ml. Kemudian dimasukan ke dalam tiap well sebanyak 15 µl. Selanjutnya, diinkubasi pada suhu 37 C dan 5% CO 2 selama 3 jam. Setelah itu, setiap well ditambahkan 150 µl acidified isopropanol (HCl + Isopropanol). Letakkan di atas orbital Fakultas Kedokteran Gigi

26 shaker (50 rpm) selama 1 jam. Masukkan plate ke dalam microplate reader untuk dibaca dengan panjang gelombang 490 nm. 4.6.3.7 Persiapan komputer dan microplate reader MTT assay Hidupkan komputer dan microplate reader. Click microplate manager pada desktop. Klik File dan pilih menu New endpoint protocol. Atur panjang gelombang 490nm dan incubator 37 O C Klik ShowTemplate, atur posisi control dan sampel. Klik report, tandai RawData, AbsorbanceData. Masukkan 96 well plate kedalam microplate reader. Klik Run untuk melihat hasil MTT. Fakultas Kedokteran Gigi

27 4.7 AlurPenelitian 4.8 Analisis Data Perbedaan viabilitas sel-sel HSC-4 dan HAT-7 antara kelompok Kontrol dengan kelompok Perlakuan dan di antara kelompok Perlakuan dianalisis dengan uji statistic one way ANOVA dan T-test. 4.9 Etik Penelitian Penelitian ini terlah memperoleh surat lolos etik dari Komisi Etik Penelitian FKG UI pada tanggal 6 Oktober 2008. Fakultas Kedokteran Gigi