KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

dokumen-dokumen yang mirip
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

Setia Wardani 1), Ratna Purnama Sari 2), Wibawa 3) 1), 2), 3)

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Roti merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat yang sangat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT USAHA PRODUK MAKANAN BERBAHAN BEKATUL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini telah menempatkan wanita sebagai mitra yang sejajar dengan kaum laki-laki.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN A.

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

Transkripsi:

KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Retno Sari Mahanani, Taufik Hidayat, Wenny Dhamayanthi Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember ABSTRAK Desa Pecalongan merupakan sentra Pengusaha roti yang masih sangat tradisional. Namun demikian dengan hasil produksi roti sampai saat ini masih belum dapat memenuhi keinginan pasar. Di samping itu produk roti merupakan produk yang tidak tahan lama sehingga diperlukan penanganan cepat dalam hal pemasaran sampai ke tangan konsumen. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat untuk memperoleh tambahan penghasilan semakin mendesak sehingga perlu meningkatkan nilai tambah (value added) terhadap produk yang sudah ada. Permasalahan yang dihadapi Kelompok Usaha roti manis Desa Pecalongan Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso adalah sebagai berikut: 1) Pengusaha roti manis di Desa Pecalongan belum dapat memenuhi permintaan pasar, karena kapasitas alat yang dimiliki masih kurang. 2) Pengusaha roti manis di Desa Pecalongan masih kurang cakap dalam hal pengemasan produk olahan roti beserta pemasarannya. Solusi yang ditawarkan a) Menyadarkan para pengusaha roti manis untuk bisa membaca peluang di sekelilingnya, b) Meningkatkan pengetahuan cara berproduksi roti yang benar kepada para pengusaha roti yang dominan belum punya keahlian sebagai pengusaha roti, c) Mengubah pola pikir tradisional tentang wirausaha yang ada dengan dilakukannya pelatihan, penyuluhan dan demonstrasi produksi roti sampai dengan pengemasan dan pemasarannya, d) Menyediakan bantuan alat kemasan dan pengembang roti untuk dipergunakan sebagai peningkatan kualitas hasil produksi. Luaran kegiatan IbM ini adalah peserta mempunyai kemampuan berwirausaha di bidang roti terkait dengan kompetensi teknis dan kompetensi manajerialnya. Kompetensi teknis meliputi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki tenaga kerja dalam berwirausaha roti sehingga menghasilkan produk roti yang berkualitas. Kompetensi manajerial meliputi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja terkait perencanaan usaha, mengatasi resiko usaha, komunikasi, membangun jaringan, dan evaluasi usaha. Kata kunci : Pelatihan, Pengemasan, Roti Manis, Wirausaha PENDAHULUAN Upaya pengentasan kemiskinan dewasa ini menjadi sebuah wacana yang perlu segera dilakukan secara komprehensif dan terfokus guna menekan bertambahnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran sebagai akibat dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang mengakibatkan fluktuasi harga-harga ekonomi dan semakin terbatasnya lapangan kerja. Dalam rangka memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat tersebut, perlu digalakkan program-program reguler penanganan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dengan pendekatan penguatan ekonomi di wilayah pedesaan dan perkotaan serta penanganan masalah sosial. Program ini dilakukan dengan pendekatan penguatan ekonomi lokal di wilayah pedesaan dan perkotaan dengan melibatkan masyarakat berpenghasilan rendah dengan tetap mengedepankan kekuatan partisipasi masyarakat, sehingga program ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi dan sosial melalui penguatan sumberdaya manusia dalam mengelola sumberdaya lokal. Program pembangunan Kabupaten Bondowoso (sejalan dengan Undang- 60

undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah) diprioritaskan pada upaya pengembangan yang diistilahkan dengan sebutan Tri Program Plus, yakni Bidang Pertanian, Pendidikan, dan Kesehatan ditambah dengan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), serta Bidang Pariwisata. Pada tahap pengembangan, pelaksanaan pembangunan lebih diprioritaskan pada programprogram strategis yang bertujuan untuk mempertahankan stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah serta memantapkan pelayanan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan guna mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Bondowoso merupakan wilayah industri pertanian (Agribisnis, Agroindustri dan Agrowisata) di Jawa Timur. Industri kecil yang ada di Kabupaten Bondowoso sebagian besar bergerak di bidang pertanian (agroindustri), yaitu berjumlah 38 unit usaha atau 87% dari seluruh usaha kecil, dengan lokasi produksi yang berada di wilayah pedesaan dan/atau daerah pinggiran kota (periferi), serta juga lebih banyak merupakan kegiatan yang melibatkan anggota rumah tangga yang tidak diupah (unpaid family labour). Sementara itu, kurang lebih 5% dari industri kecil adalah industri kecil potensial semi-modern yang mengoperasikan pabrik kecil dan mempekerjakan tenaga kerja yang diupah (Lembaga Pengembangan Agribisnis Kabupaten Bondowoso, 2011). Desa Pecalongan Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso merupakan daerah yang dikelilingi perbukitan yang memanjang sepanjang batas Utara dan Timur. Desa Pecalongan berbatasan dengan Desa Tegaljati di sebelah Timur, Desa Lombok di sebelah Barat, Desa Kerang di sebelah Utara, dan Desa Jelbung Kidul di sebelah Selatan. Penduduk Desa Pecalongan pada tahun 2011 berjumlah 19.265 jiwa, terdiri dari 9.554 laki-laki dan 9.711 perempuan yang terbagi dalam 5.069 unit rumah tangga, dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga 3,8 orang. Wilayah Desa Pecalongan dengan luas 4,4 km2, memiliki tingkat kepadatan penduduk 621,75 orang per km 2. Dibandingkan dengan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bondowoso, yakni 619,6 orang per km 2 pada tahun 2007, maka kepadatan penduduk Desa Pecalongan berada di atas rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Bondowoso. Mata pencaharian penduduk Desa Pecalongan terbagi dalam berbagai sektor lapangan usaha. Jumlah tenaga kerja paling banyak terserap di lapangan usaha pertanian (termasuk peternakan, perikanan, perkebunan), yakni 1.040 orang, diikuti perdagangan besar dan eceran sebanyak 575 orang, bangunan sebanyak 150 orang, dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebanyak 58 orang. Khusus di lapangan usaha pertanian, mata pencaharian penduduknya sebagian besar bekerja sebagai buruh tani, yakni sebanyak 744 orang (71,54%), petani gurem (petani yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar) sebanyak 276 orang (26,54%), dan sisanya adalah petani yang memiliki lahan 0,5 hektar atau lebih, yakni sebanyak 20 orang (1,92%). Sedangkan dari 58 orang penduduk Desa Pecalongan yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan, sebagian besar bekerja sebagai tukang becak, yaitu sebanyak 24 orang (41,38%), tukang ojek sebanyak 19 orang (32,76%), dan sisanya adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan lainnya, yakni sebanyak 15 orang (25,86%). Berdasarkan gambaran diatas, dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Desa Pecalongan tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga sangat perlu membuka lapangan kerja baru dalam rangka mewadahi masyarakat sekitar yang belum menemukaan pekerjaan. Desa Pecalongan merupakan sentra Pengusaha roti yang masih tradisional. Namun demikian dengan hasil produksi roti yang ada sekarang, belum dapat memenuhi keinginan pasar. Di samping itu produk roti 61

3 merupakan produk yang tidak tahan lama sehingga diperlukan penanganan cepat dalam hal pemasaran sampai ke tangan konsumen. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat untuk memperoleh tambahan penghasilan semakin mendesak sehingga perlu meningkatkan nilai tambah (value added) terhadap produk yang sudah ada. Roti merupakan salah satu produk makanan yang cukup digemari masyarakat, baik karena rasanya yang eksotik serta berharga relatif cukup baik, maka banyak sekali pengusaha yang mencoba untuk memproduksinya. Di sisi lain, roti merupakan produk yang tidak tahan lama, khususnya apabila melewati batas waktu kadaluarsanya, yang dapat menyebabkan berubahnya rasa (berjamur). Artinya bila roti tidak laku terjual sampai melebihi batas tanggal kadaluarsanya, maka tidak bisa dijual kembali. Usaha roti yang dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) ini tergabung dalam kelompok usaha yang diberi nama Allan Bakeray yang sekaligus sebagai merk dari roti tersebut, yang diketuai oleh ibu Hj. Khusnul. UKM roti ini merupakan binaan dari Dinas Perindustrian Perkoperasian dan Perdagangan Kabupaten Bondowoso. Usaha ini dilakukan sejak tahun 1993 hingga sekarang. Untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang cukup tinggi dan selama ini belum bisa memenuhi permintaan konsumen, maka perlu dipikirkan upaya yang harus dilakukan untuk bisa berproduksi lebih meningkat lagi. Selain itu penganekaragaman jenis produksi roti, dan sekaligus mempertahankan kualitas roti seperti yang sudah ada selama ini sangat perlu dilakukan. Salah satu usaha strategis yang dapat dikembangkan dan memiliki prospek bisnis yang cerah adalah dengan menambah peralatan produksi roti sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi, juga membuat kemasan yang baik dan menarik sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan selalu mengkonsumsinya. Hal ini merupakan peluang usaha bagi pengusaha roti di Desa Pecalongan untuk meningkatkan pendapatannya dengan mengembangkan usaha roti. TARGET DAN LUARAN Target dari kegiatan IbM ini adalah: Target luaran yang akan dihasilkan di dalam pelatihan life skills membuat aneka olahan roti berbahan baku tepung sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha pengusaha roti manis di Desa Pecalongan ini adalah : 1. Modul pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha; 2. Meningkatkan pengetahuan peserta tentang pembuatan produk olahan roti yang baik; 3. Meningkatkan ketrampilan peserta membuat dan memasarkan produk olahan roti; 4. Meningkatkan ketrampilan peserta membuat berbagai desain kemasan. Luaran dari kegiatan IbM ini adalah: Luaran kegiatan IbM ini adalah peserta mempunyai kemampuan berwirausaha di bidang roti terkait dengan kompetensi teknis dan kompetensi manajerialnya. Kompetensi teknis adalah pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki tenaga kerja dalam berwirausaha roti sehingga menghasilkan produk roti yang berkualitas, meliputi: a) Pengetahuan berwirausaha roti seperti: pengetahuan pemilihan bahan baku, proses produksi, dan penanganan pasca produksi. b) Keterampilan berwirausaha roti seperti: keterampilan pemilihan bahan baku, proses produksi, dan penanganan pasca produksi. Kompetensi manajerial adalah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja terkait perencanaan usaha, mengatasi resiko usaha, komunikasi, membangun jaringan, dan evaluasi usaha, meliputi: a) Perencanaan usaha, merupakan pedoman dalam menjalankan bisnis yang meliputi pada perencanaan produksi, modal, pemasaran, dan keuangan. b) Mengatasi resiko usaha, merupakan 62

antisipasi resiko usaha meliputi metode mengatasi resiko: produksi, modal, sumberdaya, dan adanya kebijakan pemerintah. c) Komunikasi merupakan interaksi wirausahawan roti dengan pihak lain dalam menjalankan usaha produksi roti yang meliputi komunikasi dengan pembeli, penjual, pengusaha roti lain dan pemilik modal. d) Membangun jaringan, merupakan cara wirausahawan roti bekerjasama dengan pihak lain yang terlibat dalam usahanya meliputi kerjasama dengan pemilik modal, toko bahan baku dan pengusaha roti lainnya. e) Evaluasi usaha merupakan penilaian akhir wirausahawan roti terhadap usaha produksi roti meliputi evaluasi permodalan, produktivitas roti, prestasi kerja, dan pengembangan usaha. METODE PELAKSANAAN Untuk menyelesaikan permasalahan kompleks di pengusaha roti manis maka solusi yang ditawarkan adalah: a. Menyadarkan para pengusaha roti manis untuk bisa membaca peluang di sekelilingnya b. Meningkatkan pengetahuan cara berproduksi roti yang benar kepada para pengusaha roti yang dominan belum punya keahlian sebagai pengusaha roti c. Mengubah pola pikir tradisional tentang wirausaha yang ada dengan dilakukannya pelatihan, penyuluhan dan demonstrasi produksi roti sampai dengan pengemasan dan pemasarannya. d. Menyediakan bantuan alat kemasan dan pengembang roti untuk dipergunakan sebagai peningkatan kualitas hasil produksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan Target luaran yang akan dihasilkan di dalam pelatihan life skills membuat aneka olahan roti berbahan baku tepung sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha pengusaha roti manis di Desa Pecalongan, maka kegiatan yang telah dilaksanakan adalah : 1. Membuat Modul pelatihan berupa Buku Resep aneka Kue kering dan Kue basah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha; 2. Meningkatkan pengetahuan peserta tentang pembuatan produk olahan roti yang baik, dengan pelatihan kewirausahaan untuk membentuk jiwa wirausaha mandiri kepada masyarakat sekitar mitra; 3. Meningkatkan keterampilan peserta membuat dan memasarkan produk olahan roti; 4. Membantu peralatan kepada mitra (pengusaha roti) yaitu Allan Bakery dan Echo. Berdasarkan analisis situasi menjadi sangat strategis untuk menumbuhkan jiwa wirausaha para pengusaha roti di desa Pecalongan Kecamatan Sukosari Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kompetensi masyarakat untuk berwirausaha yang mampu menggabungkan antara keterampilan dan peningkatan pengetahuan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar dari hasil pelaksanaan kegiatan program IbM dapawt disimpulkan bahwa : 1. Menyadarkan para pengusaha roti manis untuk bisa membaca peluang di sekelilingnya 2. Meningkatkan pengetahuan cara berproduksi roti yang benar kepada para pengusaha roti yang dominan belum punya keahlian sebagai pengusaha roti 3. Mengubah pola pikir tradisional tentang wirausaha yang ada dengan dilakukannya pelatihan, penyuluhan dan demonstrasi produksi roti sampai dengan pengemasan dan pemasarannya. 4. Menyediakan bantuan alat kemasan dan pengembang roti untuk dipergunakan sebagai peningkatan kualitas hasil produksi. 63

SARAN 1. Untuk selalu mencari informasi terbaru terhadap pengembangan produk olahan roti yang lainnya 2. Selalu memperhatikan tingkat keamanan gizi dan pangan terhadap produk roti yang di produksi DAFTAR PUSTAKA Boseman, Glenn dan Phatak. 1989. Strategic Management: Text and Cases. Second Edition. John Willey and Sons., Inc. Singapore Kotler, Philip. 1992. Manajemen Pemasaran: Terjemahan Jaka Wasana. Penerbit Erlangga (Anggota IKAPI). Jakarta. Miner, J.B. dan Steiner, G.A. 1988. Kebijaksanaan dan Strategi Manajemen Pemasaran: Terjemahan Ticoalu dan Agus Dharma. Penerbit Erlangga (Anggota IKAPI). Jakarta. Porter, Michael. E. 1992. Strategi Bersaing: Terjemahan Jaka Wasana. Penerbit Erlangga (Anggota IKAPI). Jakarta. Teken, I.B. 1992. Tataniaga Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Instritut Pertanian Bogor (IPB) Bogor. 64