BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN KOMPONEN-KOMPONEN SEKOLAH DALAM KERANGKA MBS. Rahmania Utari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam. pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. hanya dengan sekadarnya (asal selesai) maka hasilnya pun biasa-biasa saja. Baik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

PERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo. Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. semuannya dirumuskan oleh Pemerintah. perencana tentang keberadaan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

TESIS. Disusun Oleh : Much. Nur Daim. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB II TELAAH PUSTAKA

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai suatu pendekatan dalam

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

BAB I PENDAHULUAN. diorientasikan agar para peserta didik mampu berperan dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

LANDASAN IMPLEMENTASI MBS

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip kemandirian, kerjasama, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah terbatas pada aspek pembiayaan, sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan. Pendidikan bermutu di era global dituntut akrab dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberdayaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN DI PERUSDA PERCETAKAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Nasional merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 2/1989.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi. Diterbitkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 pasal 12 urusan pemerintah di serahkan pada pemerintah daerah. Merespon UU No. 22 Tahun 1999, terbit UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 51 (1): Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Otonomi dibidang pendidikan merupakan upaya pembaharuan pendidikan kearah peningkatan mutu. Upaya peningkatan mutu beralih menjadi tanggung jawab sekolah dengan diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sejalan dengan era otonomi daerah. Penerapan MBS ini diperkuat dengan PP No. 19 tahun 2005 pasal 49 ayat (1) menyatakan pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Chapman dalam Sagala (2006: 129) mengemukakan manajemen berbasis sekolah (school based mangement) adalah satu pendekatan politik yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah, memberikan kekuasaan dan meningkatkan partisipasi sekolah, memperbaiki kinerja sekolah yang mencakup pimpinan sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan

2 masyarakat sehingga sekolah lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan sesuai kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakat. Pendapat Chapman sejalan dengan teori kontingensi menurut Hersey dan Blanchard yang dikembangkan oleh Vroom, Yetton, dan Kindleberger dalam Tim dosen UPI (2009: 96), bahwa teknik manajemen yang paling baik dalam mencapai tujuan sangat tergantung pada situasi dan kondisi tertentu yang dihadapai. Edward pada Sagala (2006: 129) mengemukakan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di Amerika Serikat dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar. Kamars (2005:252), mengemukakan penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah bertujuan untuk; (1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian (otonomi) dan insiatif (prakarsa) sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia; (2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama; (3) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan (4) meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. Pendapat Kamars sejalan dengan yang dikemukakan Sagala (2011: 95) ia mengemukakan karakteristik MBS adalah (1) kemandirian, menggambarkan otonomi manajemen sekolah yang efektif dan layanan belajar yang bermutu, menggunakan evaluasi hasil belajar yang standar, prestasi pembelajaran; (2) kemitraan, memanfaatkan potensi pemangku

3 kepentingan sekolah (pemberdayaan potensi sekolah) dan masyarakat; (3) partisipasi, kepemimpinan sekolah yang lugas, visioner, antisipatif dan berjiwa entrepreneurship mengikutsertakan potensi sumber daya sekolah; (4) keterbukaan, senantiasa melakukan perubahan kearah yang lebih baik dan kompetitif; dan (5) akuntabilitas, melakukan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, dan evaluasi kinerja sesuai visi dan misi untuk mencapai tujuan dan target sekolah yang cukup dan pantas. Ternyata pandangan para ahli sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 dan PP No. 19 tahun 2005 yaitu pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas yang merupakan upaya pembaharuan pendidikan kearah peningkatan mutu. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan Peneliti pada September 2013 melalui wawancara dengan guru di SMP Swasta Harapan 1 bahwasanya yang unggul dalam sekolah ini adalah sarana prasarana yang lengkap, disiplin yang ketat, aktifnya kegiatan ekstrakulikuler bagi siswa, serta biaya pendidikan yang relatif mahal. Sedangkan di SMP Swasta Assyafi iyah Medan berdasarkan pengamatan langsung bahwasanya yang unggul adalah sarana prasarana yang lengkap, kebersihan, pengembangan keagamaan yang aktif, kerja sama dengan sekolah King Gord dan Ma had Hamidiah Kajang Kuala Lumpur dari aspek pembelajaran, guru dan sarana prasarana, menjungung tinggi nilai budaya dengan memakai baju tradisional setiap hari rabu dan kamis dan aktifnya kegiatan ekstrakulikuler bagi siswa.

4 Kedua sekolah tersebut mempunyai keunggulan dan ciri khas yang menggambarkan adanya kelebihan atau keistimewaan dengan sekolah lainnya di Kota Medan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas bahwa kedua sekolah ini telah melaksanakan MBS dengan mengembangkan aspek-aspek pendidikan. Kemungkinan dengan otonomi daerah dan otonomi sekolah terdapat peluang yang luas dan kesempatan besar bagi sekolah untuk mengelola dan mengatur rumah tangga sekolahnya sendiri. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program utama yang menjadi fokus perhatian Kementerian Pendidikan Nasional dan menjadi pekerjaan rumah Pemerintah. Sesungguhnya sudah cukup banyak yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, khususnya pendidikan tingkat dasar dan menengah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah implementasi manajemen berbasis sekolah. Manajemen berbasis sekolah sudah lama dipelopori namun belum sepenuhnya diterapkan di sekolah-sekolah. Sallis dalam Usman (2009: 622-623) mengemukakan sebagian besar rendahnya mutu disebabkan oleh buruknya manajemen pendidikan dan kebijakan pendidikan. Pendapat Sallis ini mendukung pendapat Juran, bahwa masalah mutu, 85% ditentukan oleh manajemennya, sisanya adalah faktor lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin meningkatkan tuntutan kebutuhan sosial masyarakat. Pada akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pendidikan, karena masyarakat meyakini bahwa pendidikan mampu menjawab dan

5 mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan perlu perubahan yang dapat dilakukan melalui perubahan dan peningkatan dalam manajemen pendidikan sekolah. Manajemen berbasis sekolah merupakan model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasi yang melibatkan warga sekolah seperti guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan, orangtua peserta didik, dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah sehingga rasa memiliki warga sekolah dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga sekolah. Otonomi daerah dibidang pendidikan akan berdampak positif terhadap input pendidikan. Input dalam dunia pendidikan secara mikro sangat besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan. Dalam implementasi MBS yang baik dapat di tinjau dari berbagai aspek seperti kemandirian, kemitraan, partisipasif, transparansi, dan akuntabilitas. Subtansi desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit berkenaan dengan aspek-aspek: 1) kesiswaan; 2) ketenagaan; 3) kurikulum dan pengajaran; 4) sarana dan prasarana; 5) keuangan. Aspekaspek ini akan beragam/bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lain, apalagi bagi sekolah swasta aspek itu bisa, ditambah atau dirubah sesuai dengan tugas khusus yang diperlukan pada sekolah swasta itu.

6 Telah menjadi tegas dengan pengelolaan sekolah menggunakan model manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan lingkungan mengajar bagi peserta didik yang kondusif sekaligus meningkatkan mutu lulusan. Hal inilah yang sangat mendorong penulis untuk mengadakan penelitian terhadap kedua sekolah tersebut sehingga akan tergambar keadaan yang sebenarnya dan terlihat perbedaan dan persamaan penerapan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasif, transparansi, dan akuntabilitas, sehingga dapat menjadi acuan bagi sekolah lain yang belum menerapkan manajemen berbasis sekolah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi beberapa variabel penerapan manajemen berbasis sekolah yaitu kemandirian, kemitraan, partisipasif, transparansi, dan akuntabilitas dari aspek-aspek manajemen yang diduga berbeda diantara dua sekolah tersebut anatara lain: (1) Apakah terdapat perbedaan kemandirian dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? (2) Apakah terdapat perbedaan kemitraan dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? (3) Apakah terdapat perbedaan partisipasif dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah? (4) Apakah terdapat perbedaan transparansi dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? (5) Apakah terdapat

7 perbedaan akuntabilitas dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, karena banyanya aspek dalam bidang manajemen pendidikan, peneliti membatasi masalah penelitian ini, hanya fokus untuk membandingkan penerapan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan partisipasif, transparansi dan akuntabilitas antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iayah Medan. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kemandirian dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? 2. Apakah terdapat perbedaan kemitraan dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? 3. Apakah terdapat perbedaan partisipasif dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah? 4. Apakah terdapat perbedaan transparansi dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? 5. Apakah terdapat perbedaan akuntabilitas dalam implementasi MBS antara

8 SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan penelitian yang telah ditetapkan maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1. Perbedaan kemandirian dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan 2. Perbedaan kemitraan dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan 3. Perbedaan partisipasif dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah 4. Perbedaan transparansi dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan 5. Perbedaan akuntabilitas dalam implementasi MBS antara SMPS Harapan 1 dan SMPS As-syafi iyah Medan F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberi manfaat: 1. Teoritis a. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang adminitrasi pendidikan mengenai Implementasi MBS yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas pada SMPS Harapan 1 dan SMPS As-

9 syafi iayah. b. Sebagai bahan acuan untuk meneliti lebih lanjut tentang hal yang sama dalam penelitian ini. 2. Praktis a. Bagi Sekolah 1) Sebagai bahan masukan kepada SMP dalam meningkatkan implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasif, keterbukaan dan akuntabilitas. 2) Sebagai bahan masukan bagi kepala SMPS Harapan 1 Medan dalam meningkatkan implementasi manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasif, keterbukaan dan akuntabilitas. 3) Sebagai bahan masukan bagi kepala SMPS As-syafi iayah Medan dalam meningkatkan implementasi manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasif, keterbukaan dan akuntabilitas. b. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan Dapat memanfaatkannya sebagai alat evaluasi penerapan MBS yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas pada SMP dalam meningkatkan mutu pendidikan.

10

11

12