BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar dan mengajar, dari data tingkat kelulusan untuk siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang penting bangsa dalam

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melalui Ujian Akhir Nasional (UAN). Disini siswa diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sepanjang hayat, berlangsung di rumah, di sekolah, di unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan selalu berkaitan dengan pendidik dan peserta didik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH NILAI TES MASUK DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. positif berupa kualitas pendidikan yang semakin membaik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 lalu, terdapat 7,9 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), 10.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

remaja memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis diantaranya adalah keinginan untuk studi serta mulai memikirkan masa depannya dengan lebih serius.

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar menjadi sumber daya manusia (SDM), yang mampu bersaing dalam era persaingan bebas. Pendidikan sangat terkait dengan adanya sistem pendidikan yang diterapkan, karena sistem pendidikan memainkan peranan penting dalam menciptakan peserta didik yang berkualitas, tangguh, kreatif, mandiri dan profesional. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan dari sistem pendidikan evaluasi memegang peranan yang amat penting. Dari evaluasi itu para pengambil keputusan pendidikan mendasari diri dalam memutuskan apakah seseorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak serta layak diberikan sertifikasi atau tidak. Tanpa evaluasi tidak dapat diketahui sejauh mana keluaran pendidikan telah sesuai atau bahkan menyimpang dari tujuan awal yang telah dicanangkan. Evaluasi yang dilakukan secara benar akan banyak manfaatnya karena dari hasil evaluasi itu akan diperoleh umpan balik yang berharga bagi masukkan maupun proses pendidikan (Hisyam, 2000). Terkait dengan persoalan diatas, belum lama ini banyak terdapat perubahanperubahan yang terjadi dalam sistem evaluasi belajar di Indonesia. Sejak tahun ajaran 2002/2003, pemerintah mengganti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) menjadi Ujian Akhir Nasional 1

(UAN) sebagai tolak ukur atau parameter akhir dari proses pendidikan. Sistem UAN diberlakukan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Umum (SMU), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Selanjutnya pada tahun pelajaran 2005/2006, UAN berganti istilah menjadi Ujian Nasional (UN). Kebijakan yang berlaku juga berbeda dari tahun ke tahun sebelumnya. Nilai minimal standar kelulusan yang semula 4.25 dinaikan menjadi 4,26 untuk nilai setiap mata pelajaran dan rata-rata nilai ujian nasional harus lebih dari 4,5. Ini berarti nilai ketiga mata pelajaran jumlahnya minimal harus 13,5. Standar kelulusan UN ini bertambah dari tahun ketahun. Sampai terakhir tahun 2012 nilai minimal kelulusan 4,00 dan rata-rata minimal yaitu 5,50. (Pikiran Rakyat, 19 Oktober 2005). Dan bila dibagankan, standar nilai kelulusan pada tingkat SMP/ MTS dan SMA / MA/ SMK dapat dilihat sebagai berikut : Standar Nilai Kelulusan Tahun Nilai minimal Rata-rata minimal 2005 5,25 4,25 2006 4,50 2007 5,00 2008 5,25 2009 4,25 2010 5,50 2011 4,00 2012 2

Untuk standar kelulusan UN tahun 2013 sendiri, Kemendikbud akan menaikkan untuk jenjang SMP, SMA/MA/SMK/sederajat. Yaitu menaikkan nilai rata-rata dari 5,5 menjadi 6 atau tetap 5,5, tetapi tingkat kesulitan soal dinaikkan. Namun akhirnya rencana Pemerintah tersebut tidak dijalankan untuk UN 2013, walaupun menaikkan standar ujian nasional merupakan sebuah kebijakan yang tepat. Untuk penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) pada tahun 2013 nanti, batas nilai minimum kelulusan bagi para siswa ditargetkan tetap pada angka 5,5. Tapi bobot soal rencananya yang akan diubah. (Abuhalim, 02 Juni 2012). Prosentase tingkat kelulusan siswa SMP /MTS di dprovinsi Jawa Tengah sendiri Sebanyak 4.287 siswa SMP sederajat tidak lulus Ujian Nasional 2012. Adapun jumlah peserta UN SMP/MTs di wilayah Jateng sebanyak 506.643 siswa. Dan nilai rata-rata UN SMP/MTs murni tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Tahun ini nilai rata-rata UN murni hanya 7,47, sedangkan tahun lalu mencapai 7,88. Namun, persentase jumlah kelulusan mengalami peningkatan sekitar 0,12 persen. Pada tahun ajaran 2010/2011 presetase kelulusan nasional 99,45 persen, tahun 2011/2012 mencapai 99,57. (Surya Yuli P, 05 Oktober 2012). Salah satu penyebab ketidak lulusan siswa SMP adalah nilai standarisasi kelulusan UN yang bertambah dari tahun ke tahun dan dirasakan sebagai beban berat bagi siswa, namun kenyataannya mau tidak mau Ujian Nasional (UN) harus tetap diikuti dan tetap berfungsi sebagai 3

hakim yang dapat memutuskan seorang itu bernasib baik (lulus) atau buruk (tidak lulus). Dalam situasi yang seperti ini akan muncul perasaan tertekan, kekhawatiran dan ketakutan akan kegagalan dalam UN tersebut yang dirasakan oleh berbagai pihak, diantaranya para guru, orangtua siswa dan siswa itu sendiri. Tentu saja derajat kecemasan siswa berbeda-beda. Namun prinsipnya, tinggi rendahnya kecemasan seseorang terhadap sesuatu ditentukan oleh berat ringannya konsekuensi yang akan diterimanya jika mengalami kegagalan. Kenyatan tidak lulus dan harus mengulangi kelas tiga lagi jika gagal ujian adalah konsekuensi yang sangat berat bagi siswa. Menurut Chaplin, J.P. (2000) Kecemasan didefiniskan sebagai perasaan campuran berisikan ketakutan dan keberhasilan mengenai masamasa mendatang tanpa sebab khususnya untuk ketakutan-ketakutan yang lain. Sehubung dengan hal tersebut menurut Atkinson (2000) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, kepribadian dan rasa takut yang berada pada tingkat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP N 1 Sumowono menjelaskan bahwa tingkat keyakinan siswa SMP N 1 Sumowono, berbeda-beda, ada yang merasa yakin akan kemampuannya, ada juga yang merasa ragu akan kemampuannya. Sedangkan dari tingkat kecemasannya siswa kelas IX untuk menghadapi UN tersebut cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa kelas IX yang datang berkonseling untuk menceritakan kecemasannya menghadapi UN, sehingga 4

dari pihak sekolah mengadakan pelajaran tambahan, dan mengadakan latihan soal atau Try Out bagi siswa kelas IX agar siswa kelas IX dapat mempersiapkan UN dengan baik, dan kecemasanpun akan berkurang. Penulis juga berbincang-bincang dengan beberapa siswa (30 siswa) kelas IX SMP N 1 Sumowono. Beberapa siswa tersebut merasakan cemas menjelang Ujian Nasional, perasaan cemas tersebut akan berpengaruh pada fisik dan psikis. Pada fisik yaitu takut, tidak bisa tidur nyenyak karena khawatir memikirkan Ujian nasiona. Gejala psikisnya yaitu perasaan tertekan, dan kekhawatiran akan kegagalan dalam UN. Namun siswa kelas IX tersebut merasa yakin mempersiapkan diri menghadapi ujian, karena mereka merasa sudah mulai mempersiapkannya dari sekarang dengan baik. Pada bulan Februari 2013 penulis melakukan penelitian pada siswa kels IX SMP N 1 Sumowono. Penulis memilih secara acak siswa kelas IX yang berjumlah 30 siswa. Dan penulis menyebarkan skala sikap self-efficacy dan kecemasan menghadapi ujian siswa kelas IX SMP N 1 Sumowono dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 Tabel 1.1 Data skala sikap self-efficacy pada siswa kelas IX SMP N 1 sumowono KATEGORI RANGE / PROSENTASE FREKUENSI SKOR (%) Rendah 88-94 6 20% Sedang 95-101 5 16,7% Agak tinggi 102-109 9 30% Tinggi 110-117 10 33,3% JUMLAH 30 100% 5

Tabel 1.2 Data skala sikap kecemasan menghadapi ujian nasional siswa kelas IX SMP N 1 Sumowono KATEGORI RANGE / PROSENTASE FREKUENSI SKOR (%) Rendah 53-59 4 13,4% Sedang 60-66 7 23,4% Agak tinggi 67-74 6 20% Tinggi 75-82 13 43,4% JUMLAH 100% Dari Tabel 1.1 sebagian besar siswa (33,3%) memiliki self-efficacy pada kategori Tinggi dan diharapkan siswa memiliki kecemasan menghadapi ujian pada tabel 1.2 Rendah, namun data pra penelitian pada kategori tabel 1.2 menunjukkan : Tinggi juga (43,4%). Bila dilakukan analisis korelasi mempunyai kemungkinan tidak ada hubungan yang signifikasi antara self-efficacy dengan kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas IX SMP, untuk memastikan ada tidaknya hubungan perlu dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas pada siswa kelas IX SMP N 1 Sumowono. Salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian nasional ini adalah dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu yaitu penilaian yang positif dan merasa yakin (selfefficaccy) terhadap kemampuan diri. Seseorang yang mempunyai persepsi yang positif dan yakin terhadap kemampuannya dalam menghadapi tugastugasnya akan dapat mengurangi tingkat kecemasannya dibandingkan dengan individu yang mempunyai persepsi negatif. 6

Menurut Bandura, (1986)Self efficacy adalah penilaian seseorang tentang apa yang individu dapat lakukan dengan ketrampilan apapun yang individu miliki. Penilaian seseorang terhadap kemampuan diri yang dimiliki (self efficacy) mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkembangan individu, khususnya terkait dengan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi artinya ia mempunyai keyakinan diri dalam menghadapi situasi yang tidak menentu yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan penuh tekanan, keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan yang muncul, keyakinan mencapai target yang telah ditetapkan, keyakinan akan kemampuan menumbuhkan motivasi, kemampuan kognitif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil cenderung mempunyai prestasi ang baik. Sehubung dengan paparan diatas, penulis menguraikan dua riset isue yaitu sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan (Nooriizki, 2011) menunjukkan sebagian besar siswa kelas XII SMK PGRI 6 Malang memiliki efikasi diri rendah dan kecemasan terhadap Ujian Nasional yang sedang. Penelitian Hadi Warsito (2004) menunjukan bahwa terdapat hubungan kausal positif signifikan antara Self- Efficacy dengan Prestasi Akademik. Hasil selanjutnya juga menemukan bahwa Self-Efficacy berhubungan kausal baik secara langsung maupun secara tak langsung dengan prestasi akademik. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa hubungan kausal langsung lebih kuat daripada tak langsung, maka dapat 7

disimpulkan bahwa prestasi akademik lebih dipengaruhi secara langsung oleh Self-Efficacy. Melihat uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Siswa kelas IX di SMP N 1 Sumowono. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan yang signifkasi dengan arah negatif antara Self-efficacy dengan kecemasan mengadapi ujian nasional siswa kelas IX di SMP N 1 Sumowono? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan dengan arah negatif antara self-efficacy dengan kecemasan menghadapi ujian nasional siswa kels IX SMP N Sumowono. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling mengenai hubungan antara self efficacy dengan kecemasan menghadapi ujian nasional di SMP N 1 Sumowono. 8

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi siswa SMP untuk mengembangkan mental psikologis dan meningkatkan potensi potensi siswa. b. Diharapkan dapat menyediakan informasi ilmiah sebagai bahan penelitian lanjutan c. Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi siswa SMP untuk meningkatkan self efficacy dalam mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. 1.5 Sistematika Penelitian Bab I Pendahuluan Meliputi Latar Belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini diuraikan tentang self-efficacy, kecemasan menghadapi UN, temuan yang relevan, dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel, definisi operasional, metode pengumpilan data, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 9

Bab ini berisi tentang gambaran umum subyek penelitian, penyajian data, analisi data, pengujian hipotesis, dan hasil pembahasan penelitian. Bab V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. 10