BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAB PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG VK RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

SKRIPSI S1 KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2016 di Unit Bedah

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Rumah sakit memiliki resiko untuk terjadi Health care Associated

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB I PENDAHULUAN. pasien paska pembedahan (Pandjaitan, 2013). Survey World Health. berkisar antara 5% sampai 15% (WHO, 2015). Data WHO menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-

Ventilator Associated Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs), yaitu infeksi yang berhubungan dengan asuhan pelayanan kesehatan, merupakan masalah serius bagi semua institusi pelayanan kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang (Pandjaitan, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2004, infeksi nosokomial banyak terjadi di rumah sakit pemerintah dengan jumlah 1.527 pasien dari jumlah pasien berisiko 160.417 (55,1%), sedangkan pada rumah sakit swasta jumlah infeksi nosokomial adalah 991 pasien dari jumlah pasien berisiko 130.047 (35,8%), dan pada Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) jumlah infeksi nosok omial 254 pasien dari jumlah pasien berisiko 1.672 (9,1%), sedangkan di Rumah Sakit Penolong Kesehatan Umat (PKU) Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Peningkatan angka infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: pasien itu sendiri, petugas, pengunjung, lingkungan, dan peralatan/material medis. Menjaga kebersihan tangan dengan baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial (Boyce 1999, Larson 1995) (Depkes dan Perd alin, 2009). Mencuci tangan yang dilakukan dengan teknik yang sesuai dan untuk jangka waktu tertentu akan 1

2 menghilangkan mikroorganisme yang tidak menetap yang menyebabkan risiko yang sama pada pasien dan staf rumah sakit (Lynn Basford dan Oliver Slevin, 2006). Kegagalan untuk melaksanakan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan dan penyebaran mikroorganisme multi resisten dan telah diakui sebagai contributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002) Hasil Survey Hand Hygiene yang dilakukan oleh Infection Prevention Control Nurse (IPCN) yang berada di bawah Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, didapatkan data bahwa setiap akan melakukan tindakan pembedahan, perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) selalu melakukan cuci tangan bedah ( Hands Scrub). Cuci tangan steril atau lebih dikenal dengan Surgical Scrub dilakukan sebelum melakukan tindakan operasi, merupakan hal yang sangat penting karena akan dapat mengurangi kemungkinan untuk terjadinya infeksi luka operasi. Cuci tangan steril dilakukan dengan menggunakan air steril, cairan antiseptic yang mengandung khlorhexidin 4% dan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Jumlah pasien operasi di Rumah Sakit PKU Muhammdiyah Surakarta mengalami peningkatan, rata-rata 250 pasien tiap bulan. Adapun jenis operasi

3 terdiri dari operasi bersih, bersih terkontaminasi, terkontaminasi, dan kotor. Infeksi luka operasi atau dikenal dengan Surgical Site Infection (SSI) merupakan salah satu surveilans infeksi rumah sakit, tetapi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta belum melakukan perhitungan terhadap kejadian infeksi luka operasi dari berbagai macam jenisnya. Berdasarkan data-data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Ketepatan Cuci Tangan Steril dengan Kejadian Infeksi pada Pasien Post Operasi Sectio Cessaria di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara ketepatan cuci tangan steril dengan kejadian infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan cuci tangan steril dengan kejadian infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

4 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran ketepatan cara cuci tangan steril perawat Instalasi Bedah Sentral ( IBS) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. b. Mengetahui kejadian infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. c. Menganalisa hubungan tingkat pendidikan perawat Instalasi Bedah Sentral (IBS) dengan ketepatan tingkatan cuci tangan steril. d. Menganalisa hubungan antara umur pasien dengan terjadinya infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria. e. Menganalisa hubungan ketepatan cuci tangan steril dengan kejadian infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan bahan masukan dan referensi dalam melakukan penelitian tentang kejadian infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria. 2. Bagi Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) Sebagai bahan masukan untuk dapat mengoptimalkan langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan steril sebelum melakukan pembedahan. 3. Bagi Mahasiswa Data mengetahui hubungan ketepatan cuci tangan steril dengan kejadian

5 infeksi pada pasien post operasi sectio cessaria. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Parsianingsih (2006) dengan judul: Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pada penelitian ini didapatkan bahwa gambaran pelaksanaan universal pada umumnya masuk kategori baik, gambaran cuci tangan pada umumnya juga baik namun masih ada perawat yang melakukan cuci tangan kurang sempurna, sebanyak 15%, bahkan ada yang tidak melakukan cuci tangan sebanyak 5%. 2. Penelitian Widyawati (2010) dengan judul: Gambaran Kepatuhan Perawat terhadap Pelaksanaan Cuci Tangan dalam Tindakan Keperawatan di Bangsal Rawat Inap RSUD Kabupaten Wonogiri. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa Kepatuhan Perawat terhadap Protap cuci tangan, sebagian besar termasuk dalam kriteria patuh yaitu 69,7%, cukup patuh yaitu 25,2% dan tidak patuh 5,1% 3. Penelitian Chairiyah (2004), dengan judul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Perawat dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap RSI Surakarta. Pada peneltian didapatkan hasil Tingkat pendidikan perawat tidak mempengaruhi terhadap Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial. Pengetahuan perawat, kepedulian perawat dan sarana berpengaruh terhadap Tindakan Perawat dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial. 4. Penelitian Himatusujadah (200 8), dengan judul: Hubungan Tingkat

6 Kepatuhan Pelaksanaan Protap Perawatan Luka dengan Kejadian Infeksi Luka Post Sectio Caesarea (SC) di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pada penelitian ini didapatkan hasil perawat dan bidan di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar memiliki Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan Protap baik sebesar 22 (61,11%), perawat dan bidan yang memiliki Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan Protap kurang sebesar 8 (22,22%) dan buruk sebesar 6 ( 16,67%). Dan pada pasien post sectio sessaria di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta terdapat Kejadian Infeksi sebesar 9 (23,68%). 5. Penelitian Husodo, Agus, Fabri, Bambang, Mustopa Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Bagian Ilmu Bedah Orthopedi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (2003) dengan judul Pemeriksaan Kuman Sebelum dan Sesudah Pencucian Tangan. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 30 orang yang melakukan tindakan cuci tangan, 2 orang tidak diketemukan adanya kuman, baik sebelum atau sesudah melakukan tindakan cuci tangan, 21 orang tidak ditemukan adanya kuman sesudah melakukan tindakan surgical scrub, 1 orang menurun 26% dari semula, dan 2 orang menurun 85% dari semula, dan 4 orang lainnya memiliki jumlah kuman yang sama, baik sebelum atau sesudah melakukan tindakan surgical scrub.