PEDOMAN PRAKTIKUM KULIAH KERJA LAPANGAN II. Oleh : Drs. YB Sudjiman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Oleh : Vella Fitriana

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

Nama :. No :. Kelas : XI. BAB 2 PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

Walisongo. Walisongo berarti sembilan orang wali

BAB III SEJARAH KERAJAAN KALINYAMAT

BAB II KERUNTUHAN DEMAK

PERLAWANAN SUTAWIJAYA TERHADAP SULTAN HADIWIJAYA DARI PAJANG TAHUN 1578

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Konflik yang terjadi di kerajaan Demak berhubungan erat dengan

BAB II LATAR BELAKANG TERJADINYA KONFLIK DI KERAJAAN DEMAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

Oleh : Chusnul Hayati Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang. Abstract

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB IV AKHIR KONFLIK TAHUN 1549

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

RATU KALINYAMAT : RATU JEPARA YANG PEMBERANI. Oleh : Chusnul Hayati Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

Sunan Ampel memiliki silsilah hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW, yaitu : * Sunan Raden Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

Rp ,- / Pax START FROM SURABAYA NO MEAL AND HOTEL SERVICE

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

KONFLIK POLITIK KERAJAAN DEMAK SETELAH WAFATNYA SULTAN TRENGGONO TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Jepara adalah salah satu daerah terpenting di Jawa pada saat itu. Dalam

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM AWAL DI INDONESIA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta LAMPIRAN

Sejarah Sembilan Wali / Walisongo (wali9)

YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung MODUL 2 BAHASA INDONESIA XII MIA 3-6 & XII IIS 1-2 OLEH :

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling benar!

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

C. Masa Kerajaan Islam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

SILABUS MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA MADYA

PERKEMBANGAN POLITIK KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA ( KERAJAAN DEMAK, PAJANG dan MATARAM ISLAM )

Suatu hari, datanglah Sunan Kalijaga ke kediaman Ki Ageng Pandanaran dengan mengenakan pakaian compang-camping layaknya seorang tukang rumput.

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

Wali Songo. 1.Sunan Bonang

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO

ASAL MULA NAMA PANTARAN

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DAN ISLAM

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB III ASAL USUL SULTAN HADIWIJAYA

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

Asal Mula Candi Prambanan

BAB 3: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

Cagar Budaya Candi Cangkuang

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

Babilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h

Pendidikan Agama Islam

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melainkan juga dalam literatur Barat (Portugis, Belanda, Inggris, dan. Semeriramis istri dari Raja Babilonia

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Pendidikan Agama Islam

Misteri Gandrung dari Tiongkok

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

BAB II SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JEPARA. utara Pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu

Dikenal dengan nama Vulkan dalam mitologi Romawi. Ia adalah putra pertama dewa

Sejarah Kerajaan Samudra Pasai

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB III PROSES TERJADINYA KONFLIK

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

LAMPIRAN RINGKASAN CERITA SERAT SITI JENAR

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

RIWAYAT KELUARGA BESAR MANGUNDIKARA Berdasarkan Penuturan Folktale dan Petilasan Makam

RATU KALINYAMAT PENGUASA WANITA JEPARA TAHUN

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar

CERITA RAKYAT PERTAPAAN RATU KALINYAMAT DI DESA TULAKAN KECAMATAN KELING KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH (SEBUAH TINJAUAN FOLKLOR)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tidak seluruhnya dioptimalisasikan pengelolahan dan promosinya

KEBIASAAN DALAM NOVEL PANEMBAHAN SENOPATI KARYA GAMAL KOMANDOKO : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Transkripsi:

PEDOMAN PRAKTIKUM KULIAH KERJA LAPANGAN II Oleh : Drs. YB Sudjiman PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER, 2008 1

2

BAB I KULIAH KERJA LAPANGAN PERKULIAHAN SEJARAH INDONESIA ABAD XVI-XVIII A. Pengertian Kuliah kerja lapangan merupakan bentuk pembelajaran sejarah di luar kelas (out bond study). Kuliah ini berbobot 1 sks untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan nyata tentang materi pembelajaran yang dipelajari berkaitan dengan mata kuliah Sejarah Indonesia abad XVI-XVIII. B. Sejarah Indonesia Abad XVI-XVIII Untuk menentukan permasalahan, secara khusus harus mengkaji sifat mata kuliah dan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan. Kurikulum, materi, model pembelajaran, merupakan hal penting yang perlu dianalisis. Sejarah Indonesia Abad XVI-XVIII adalah mata kuliah wajib lulus bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah. Mata kuliah ini terdiri dari dua sks perkuliahan di kelas, dan 1 sks kuliah lapangan. Dosen yang mengampu mata kuliah ini terdiri dari dua dosen yakni M. Nur Rakhman M.Pd., dan Miftahuddin, M.Hum. Mereka merupakan team teaching dalam proses pembelajaran. Sistem perkuliahan selama ini adalah menggunakan model perkuliahan di kelas dan kunjungan lapangan. Dalam perkuliahan di kelas dosen menggunakan dua model pembelajaran, yakni ceramah dan diskusi. Pada kegiatan ceramah dosen menguraikan tentang materi perkuliahan, kemudian dalam kegiatan diskusi dosen membagi kelas dalam 5-7 kelompok terdiri 4-6 mahasiswa setiap kelompoknya. Kemudian mahasiswa 3

melaksanakan presentasi. Dalam melakukan diskusi, mahasiswa dibantu dan diarahkan untuk mendapatkan sumber-sumber literatur dan gambar-gambar yang menunjukkan materi yang sedang dipelajari. Di akhir perkuliahan mahasiswa diajak mengunjungi objek-objek bersejarah yang berhubungan dengan materi pengajaran. Dengan melihat secara langsung objek yang dikunjungi, diharapkan mahasiswa akan semakin mendalami materi yang dikaji dalam pembelajaran. Dalam perkuliahan yang sebagian besar menggunakan ceramah tersebut mahasiswa lebih banyak mempelajari topik secara verbal. Sebab objek-objek sejarah yang dibahas lebih banyak dalam bentuk cerita daripada melihat secara langsung. Baru pada fase akhir perkuliahan, mahasiswa diajak mengunjungi lapangan untuk melihat objek yang sesungguhnya. Lokasi objek sangat banyak dan luas sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi sangat kurang. Hal ini mengakibatkan mahasiswa sering tidak memperhatikan objek-objek penting yang seharusnya mereka amati di lapangan. Selain kendala tersebut, juga muncul kasus mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kunjungan lapangan karena alasan kesehatan. 4

BAB II SEKENARIO KULIAH KERJA LAPANGAN A. Pembekalan Pembekalan dilaksanakan selama 8 kali tatap muka perkuliahan dengan bobot satu sks. Dalam pembekalan dosen memfasilitasi dalam mengantar tema-tema yang akan dikaji dalam Kuliah Kerja Lapangan. B. Pembentukan Panitia Panitia seluruhnya adalah mahasiswa yang akan melaksanakan kuliah kerja lapangan. Panitia bertugas untuk : 1. Menyusun seksi-seksi, setidaknya terdiri dari : a. Ketua b. Sekretaris c. Bendahara d. Seksi keamanan e. Seksi kesehatan f. Seksi penyusunan laporan 2. Mencari jasa perjalanan yang akan mengantar kegiatan KKL 3. Menghubungi tiap pihak yang berwenang di lokasi perkuliahan yakni : a. Kuil Sampo Kong Semarang b. Masjid Demak c. Masjid Kudus d. Masjid Sultan Haldiri Jepara 5

e. Makam Sunan Kalijaga f. Makam Sunan Muria g. Makam Sunan Gunung Jati 4. Mengkoordinasikan pembayaran mahasiswa 5. Menyusun proposal dan mengurus perijinan kegiatan perkuliahan lapangan C. Kunjungan Lokasi Kunjungan lokasi dilakukan selama dua sampai tiga hari dengan urut-urutan waktu : a. Kuil Sampo Kong Semarang b. Masjid Demak c. Masjid Kudus d. Masjid Sultan Haldiri Jepara e. Makam Sunan Kalijaga f. Makam Sunan Muria g. Makam Sunan Gunung Jati D. Penyusunan Laporan 1. Pembagian tema Tema dibagikan pada saat awal atau akhir kegiatan perkuliahan lapangan, sesuai dengan kontrak desen dan mahasiswa. 2. Pembimbing Pembimbing terdiri dari dosen yang ditunjuk oleh koordinator KKL Sejarah Indonesia Abad XVI-XVIII. 6

3. Waktu penyusunan laporan Laporan diserahkan kepada dosen pembimbing maksimal 3 minggu setelah kunjungan lapangan selesai. E. Ujian 1. Waktu dan tempat Ujian dilakukan di kampus maksimal 1 bulan setelah kuliah kerja lapangan. Tempat dan waktu ujian dilakukan melalui kontrak dosen dan mahasiswa. 2. Sistem Sistem ujian dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan lisan. 3. Penilaian Penilaian meiputi : a. Keaktifan mahasiswa dalam pelaksanaan KKL : 30% b. Penyusunan laporan : 20% c. Peran serta mahasiswa dalam penyusunan laporan : 15 % d. Ujian : 35 % 7

BAB III SEKILAS TENTANG OBJEK KULIAH KERJA LAPANGAN A. Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Karena kaburnya sejarah, orang Indonesia keturunan cina menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng - mengingat bentuknya berarsitektur cina sehingga mirip sebuah kelenteng. Sekarang tempat tersebut dijadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut, di dalam gua batu itu diletakan sebuah altar, serta patungpatung Sam Po Tay Djien. Padahal laksamana cheng ho adalah seorang muslim, tetapi oleh mereka di anggap dewa. Hal ini dapat dimeklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tau menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka. Menurut cerita, Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati laut jawa ada seorang awak kapalnya yang sakit, ia memerintahkan membuang sauh. Kemudian ia merapat ke pantai utara semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai yang sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan itu sekarang telah berada di tengah kota Semarang di akibatkan pantai utara jawa selalu mangalami pendangkalan 8

diakibatkan adanya sedimentasi sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara. Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di desa Simongan dan kawin dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam. B. Masjid Agung Demak Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Jawa. Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak. Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia, terletak di pusat pekan Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Masjid ini dipercayai dibinakan oleh Wali Songo (sembilan ketua keagamaan) sewaktu pemerintah pertama Kesultanan Demak, [perlu petikan] Raden Patah sewaktu abad ke-16. Masjid adalah bukti kemegahan dicapai oleh kemaharajaan Demak Bintoro sebagai kemaharajaan Islam pertama di pulau Jawa. Ciri-ciri Masjid Tempat masuk utama Masjid Agung Demak terdiri dari dua pintu diukir dengan motif tumbuhan, pasu, mahkota, dan kepala haiwan dengan mulut berbuka dan gigi besar. Mereka berkata bahawa gambar tersebut menjelaskan jelasan guruh ditangkap oleh Ki 9

Ageng Selo, dan kerana itulah pintu pintu tersebut digelar Lawang Bledheg (pintu guruh). Ukiran dan peninggalan Bersejarah Masjid Agung Demak Ukiran di Lawang Bledheg juga diterjemahkan menurut kronogram berasaskan pengiraan bulan sebagai Naga mulat salira wani yang bermakna Tahun Saka 1388 atau 1466 M sebagai tahun yang mana Masjid Agung Demak bermuncul. Masjid Agung Demak telah menpunyai banyak ketinggalan bersejarah dan bendabenda unik, seperti Saka Tatal; Maksurah; Dhampar Kencana/pulpit; Saka Majapahit; dsb. Selain itu dalam persekitaran Masjid Agung Demak ada juga kubur-kubur Raja dan Sultan Demak dan sebuah muzium. C. Sunan Kudus Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak. Dalam melakukan dakwah penyebaran Islam di Kudus, Sunan Kudus menggunakan sapi sebagai sarana penarik masyarakat untuk datang untuk mendengarkan dakwahnya. Sunan Kudus juga membangun Menara Kudus yang merupakan gabungan 10

kebudayaan Islam dan Hindu yang juga terdapat Masjid yang disebut Masjid Menara Kudus. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah.Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini. D. Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah. Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang. 11

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" - bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga. 12

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang. E. Sunan Muria Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan. F. Ratu Kalinyamat Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana, putri Sultan Trenggana raja Demak (1521-1546). Pada usia remaja ia dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat. Pangeran Kalinyamat berasal dari luar Jawa. Terdapat berbagai versi tentang asalusulnya. Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Cina yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada Sunan Kudus. Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putra Sultan Mughayat Syah raja Aceh (1514-1528). Toyib berkelana ke Cina dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib. Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana bupati Jepara, sehingga istrinya itu 13

kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kesultanan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri. Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara. Pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan. Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal Sultan Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal. Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan. Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Ia kemudian bertapa telanjang di Gunung Danaraja, dengan sumpah tidak akan berpakaian sebelum berkeset kepala Arya Penangsang. Harapan terbesarnya adalah adik iparnya, 14

yaitu Hadiwijaya alias Jaka Tingkir bupati Pajang, karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan bupati Jipang. Hadiwijaya segan menghadapi Arya Penangsang secara langsung karena samasama anggota keluarga Demak. Ia pun mengadakan sayembara yang berhadiah tanah Mataram dan Pati. Sayembara itu dimenangkan oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan, berkat siasat cerdik Ki Juru Martani. Ratu Kalinyamat kembali menjadi bupati Jepara. Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, wilayah Demak, Jepara, dan Jipang menjadi bawahan Pajang yang dipimpin Sultan Adiwijaya sebagai raja. Meskipun demikian, Sultan tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior yang dihormati. Ratu Kalinyamat sebagaimana bupati Jepara sebelumnya (Pati Unus), bersikap anti terhadap Portugis. Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan sultan Kerajaan Johor untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan bangsa Eropa itu. Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka. Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan. Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai 15

Malaka, dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Malaka. Ratu Kalinyamat tidak pernah jera. Pada tahun 1565 ia memenuhi permintaan orang-orang Hitu di Ambon untuk menghadapi gangguan bangsa Portugis dan kaum Hative. Pada tahun 1564 Sultan Ali Riayat Syah raja Aceh meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Saat itu Demak dipimpin seorang bupati yang mudah curiga, bernama Arya Pangiri, putra Sunan Prawata. Utusan Aceh dibunuhnya. Akhirnya, Aceh tetap menyerang Malaka tahun 1567 meskipun tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal. Pada tahun 1573 sultan Aceh meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu baru tiba di Malaka bulan Oktober 1574. Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis. Pasukan Jepara yang terlambat datang itu langsung menembaki Malaka dari laut. Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak Portugis. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai terdesak, namun tetap menolak perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugis. Sementara itu, sebanyak enam kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat direbut Portugis. Pihak Jepara semakin lemah dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa. Meskipun dua kali mengalami kekalahan, namun Ratu Kalinyamat telah menunjukkan bahwa dirinya seorang wanita yang gagah berani. Bahkan Portugis 16

mencatatnya sebagai rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame, yang berarti "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani". Ratu Kalinyamat meninggal dunia sekitar tahun 1579. Ia dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di desa Mantingan. Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda. Yang pertama adalah adiknya, yaitu Pangeran Timur Rangga Jemuna putra bungsu Sultan Trenggana yang kemudian menjadi bupati Madiun. Yang kedua adalah keponakannya, yaitu Arya Pangiri putra Sunan Prawata yang kemudian menjadi bupati Demak. Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, yaitu Pangeran Arya Jepara putra Ratu Ayu Kirana (adik Sultan Trenggana). Ayah Pangeran Arya Jepara adalah Maulana Hasanuddin raja pertama Banten. Ketika Maulana Yusuf raja kedua Banten meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya masih kecil. Pangeran Arya Jepara berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi di Banten. Pangeran Jepara terpaksa mundur setelah ki Demang Laksamana, panglimanya, gugur di tangan patih mangkubumi Kesultanan Banten. 17

PANDUAN PRAKTIKUM KULIAH KERJA LAPANGAN II 18