50 Media Bina Ilmiah ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

III. METODE PENELITIAN. menggunakan pre dan post-test design. Pre-test pada penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. seperti informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

repository.unimus.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gliserol dengan tiga asam lemak. Orang dewasa mengonsumsi rata-rata sekitar 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang

Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap Kadar HDL dan LDL-Kolesterol pada Tikus Putih Hiperkolesterolemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH EKSTRAK CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUSTECENS L) TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS PUTIH JANTAN

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.3 Hal , September-Desember 2014, ISSN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PEPAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA

BAB I PENDAHULUAN. dan pembuluh darah (Setiati S, 2014). kronik ataupun akut (Sudoyo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan spektrum luas dari abnormalitas lipid dalam

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

Transkripsi:

50 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 EFEKTIVITAS PEMBERIAN FILTRAT LABU SIAM (Sechium Edule) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA DARAH HEWAN COBA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STRAIN WISTAR Oleh: Ida Bagus Rai Wiadnya Siti Zaetun Wiwik Lina Sari Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram Abstrak : Perkembangan pola hidup masyarakat yang cenderung banyak mengkonsumsi makanan berlemak berakibat pada peningkatan kolesterol dalam darah. Penderita penyakit hiperkolesterolemia dapat diberikan obat kimia penurun kadar kolesterol darah yaitu golongan statin. Pemberian obat kimia dalam jangka panjang memiliki efek samping, oleh karena itu perlu pengobatan alternatif yaitu labu siam (Sechium edule). Labu siam mengandung pektin yang berfungsi mencegah penyerapan lemak dan kolesterol, karena serat merangsang sekresi (pengeluaran) getah empedu yang membuat lemak menjadi emulsi dan terbuang bersama feses (kotoran) sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar. Jenis penelitian ini adalah True experiment di laboratorium dengan rancangan The Pretest-Postest Control Group Design. Data yang dikumpulkan dianalisa statistik menggunakan Paired T-Test.Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) sebelum diberikan diet hiperkolesterolemia adalah 50,5 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 168 mg/dl dan rerata kadar kolesterol total setelah pemberian filtrat labu siam adalah 131,8 mg/dl Pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) efektif terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar dengan nilai p (0.000 < 0.05 ). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kadar kolesterol total darah sebelum dan setelah. Kata kunci : Kadar kolesterol total, tikus putih (Rattus norvegicus), labu siam (Sechium edule) PENDAHULUAN Kelebihan kolesterol dalam darah merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2004 di Indonesia menunjukkan peningkatan kadar kolesterol terbanyak antara 200 249 mg/dl. Jumlah orang yang mempunyai kolesterol tinggi dengan usia antara 25 34 mencapai 9,3% dan usia antara 55 64 mencapai 15,5%. Dalam hal ini, wanita lebih banyak dibanding pria. Di perkotaan, kecenderungan ini lebih banyak dibanding masyarakat yang hidup dipedesaan. Hal tersebut diakibatkan oleh penyakit yang akan ditimbulkan dari kelebihan kolesterol tersebut. Volume 8, No. 1, Februari 2014 Kelebihan kolesterol dalam darah akan mengakibatkan penyakit jantung dan stroke (Mulyanto, 2012). Salah satu cara menurunkan kadar kolesterol adalah dengan mengkonsumsi obat kimia yaitu obat golongan statin. Efek samping dari statin diantaranya kerusakan otot, mulai myositis (radang otot), hingga rhabdomyolisis yaitu nyeri otot disertai pecahnya protein otot (Michele, 1992). Mengingat banyaknya efek samping yang dapat diakibatkan oleh pengobatan secara kimia, akhir-akhir ini upaya pencegahan dan pengobatan penyakit diarahkan pada potensi kekayaan alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah51 terbesar di dunia untuk dimanfaatkan secara rasional yang berkhasiat dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan risiko efek samping lebih ringan salah satunya adalah labu siam (Shecium edule) (Priantono, 2005). Labu siam adalah tumbuhan suku labu-labuan yang dapat dimakan buah dan pucuk mudanya. Labu siam dikenal masyarakat sebagai sayuran yang mudah didapat dan mempunyai banyak kandungan gizi salah satunya serat nabati yang dapat mengurangi penyerapann kolesterol dalam usus. Serat nabati termasuk golongan pektin dapat menurunkan kolesterol darah. Labu siam juga mengandung sejenis alkaloid yang berkhasiat menormalkan tekanan darah (Agustini, 2006). Labu siam mengandung pektin yang berkadar metoksil rendah sehingga labu siam dapat dijadikan serat makanan (Agustini, 2006). Pektin merupakan serat makanan yang dapat larut (soluble dietary fibers) yang diketahui dapat mencegah hiperkolesterolemia, kanker usus dan diabetes. Mekanisme kerja pektin adalah pektin mampu mengikat kolesterol yang terdapat pada sistem pencernaan, sehingga mencegahnya untuk diserap menuju aliran darah (Sharma, 2006). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia Agustini (2006), membuktikan bahwa mengkonsumsi labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, namun khasiat filtrat labu siam dalam menurunkan kadar kolesterol darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) masih kurang informasinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas terhadap penurunan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar. (Zainuddin, 2005; Notoatmojo, 2005). Jumlah unit percobaan dalam penelitian ini adalah 10 hewan coba tikus putih. Hewan coba tikus putih yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar yang berjenis kelamin jantan, sehat fisik, berumur 3 4 bulan dengan berat 100 300 gram dan telah diaklimatisasi selama 7 hari terhadap air, makanan, hawa dan kondisi laboratorium. Aklimatisasi hewan coba selama 7 hari dengan tujuan untuk membiasakan pada kondisi laboratorium dan mengontrol kesehatan (Harmita dan Maksum, 2008). Adapun teknik sampling yang digunakan adalah non random purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoatmojo, 2005). Adapun kriteria hewan coba yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah : Sehat fisik, Berjenis kelamin jantan, berat badan tikus 150-300 gram, umur 2-3 bulan dan telah diaklimatisasi selama 7 hari terhadap air, makanan, hawa, dan kondisi laboratorium. HASIL PENELITIAN Sebelum pemeriksaan kadar kolesterol total hewan coba dilakukan penimbangan berat badan terlebih dahulu. Hasil penimbangan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 1. Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus Putih Sebelum dan Setelah Hiperkolesterolemia (gr) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experiment di laboratorium dengan rancangan The Pretest-Postest Control Group Design yaitu pengelompokan anggota kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dilakukan berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan pretest pada kedua kelompok dan yang diikuti intervensi pada kelompok perlakuan. Setelah beberapa waktu dilakukan post test pada kedua kelompok tersebut http://www.lpsdimataram.comvolume 8, No. 1, Februari 2014

52 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Dari data tabel 1 di atas menunjukkan bahwa rerata berat badan tikus putih sebelum hiperkolesterolemia adalah 174,6 gr dan rerata berat badan tikus putih setelah hiperkolesterolemia adalah 200,9 gr.hasil pemeriksaan kadar kolesterol total terhadap 10 hewan coba sebelum dan setelah hiperkolesterolemia dengan pemberian kuning telur puyuh dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Data Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Pada Darah Hewan Coba Tikus Putih Sebelum dan Setelah Hiperkolesterolemia (mg/dl) Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum hiperkolesterolemia adalah 50,5 mg/dl dan rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) setelah pemberian kuning telur puyuh (kondisi hiperkolesterolemia) adalah 179,5 mg/dl. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) sebesar 129 mg/dl. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total terhadap 10 hewan coba yang terdiri dari 5 ekor kontrol dan 5 ekor perlakuan sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam (Sechium edule), dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini Volume 8, No. 1, Februari 2014 Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Pada Darah Hewan Coba Tikus Putih Dari data tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa kadar kolesterol total terendah pada kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan adalah 145 mg/dl dan kadar kolesterol total tertinggi pada kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan adalah 230 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 191 mg/dl dan rerata kadar kolesterol total setelah perlakuan adalah 188,8 mg/dl. Sedangkan pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa kadar kolesterol total terendah sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 149 mg/dl dan kadar kolesterol total tertinggi sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 189 mg/dl. Sedangkan kadar kolesterol total terendah setelah pemberian filtrat labu siam adalah 115 mg/dl dan kadar kolesterol tertinggi setelah pemberian filtrat labu siam adalah 156 mg/dl. Rerata kadar kolesterol total sebelum perlakuan adalah 168 mg/dl dan rerata kadar kolesterol setelah perlakuan labu siam adalah 131,8 mg/dl. Hal tersebut menunjukkan bahwa filtrat labu siam (Sechium edule) dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam darah sebesar 36,2 mg/dl, dengan persentase 21,55%. Data hasil pemeriksaan perbedaan kadar kolesterol total pada darah tikus putih sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam dilakukan analisis data menggunakan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh hasil analisis sebagai berikut : http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah53 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Hasil uji Shapiro Wilk menunjukkan data kadar kolesterol total sebelum pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) dengan nilai probabilitasnya adalah 0.631 > 0.05 yang menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Data kadar kolesterol total setelah dengan nilai probabilitasnya adalah 0.714 > 0.05 yang menunjukkan bahwaa data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis Paired T-Test menunjukkan kadar kolesterol total tikus putih sebelum dan setelah memiliki perbedaan yang bermakna karena nilai probabilitasnya adalah 0.000 < 0.05, dengan demikian Ha yang menyatakan ada perbedaan kolesterol sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam diterima, yang artinya pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) efektif terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar dan Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan kadar kolesterol sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam ditolak. http://www.lpsdimataram.comvolume 8, No. 1, Februari 2014 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah diberikan pakan standar ditambah pemberian kuning telur puyuh selama 1 minggu sebanyak 3 kali/hari dan setiap kali pemberian masing masing tikus putih (Rattus norvegicus) mendapatkan 3 butir kuning telur puyuh mengalami peningkatan berat badan dan kolesterol total. Rerata kadar kolesterol total sebelum hiperkolesterolemia pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) adalah 50,5 mg/dl sedangkan kadar kolesterol total setelah hiperkolesterolemia pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) adalah 179,5 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) sebesar 129 mg/dl. Peningkatan kadar kolesterol total setelah pemberian pakan tinggi kolesterol ini dipengaruhi oleh makanan tinggi lemak yang berasal dari kuning telur puyuh. Padaa setiap 100 gram telur puyuh mengandung 844 mg/dl kolesterol dan 3,56 gram asam lemak jenuh. Asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol yang dikonsumsi akan mengakibatkan peningkatan asam lemak di dalam usus. Di dalam usus, lemak yang berasal dari makanan mengalami pemecahan menjadi asam lemak bebas, fosfolipid, trigliserida dan kolesterol. Kolesterol kemudian masuk ke dalam kilomikron untuk disalurkan ke hati. Sebagian besar kolesterol akan diekskresikan hati dalam bentuk VLDL. Di dalam darah, VLDL yang bermuatan triasilgliserol, kolesterol dan ester kolesterol akan dimetabolisme menjadi IDL. Kandungan triasilgliserol dalam IDL akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol, sehingga akan terbentuk LDL yang kaya akan kolesteroll dan esternya. Kolesterol yang terdapat dalam LDL mengandung ikatan tidak jenuh yang rentan terhadap reaksi peroksidasi oleh radikal bebas. Peningkatan kolesterol terjadi karena penyerapan LDL oleh reseptor LDL menuju membrane sel, sintesis kolesterol dan hidrolisis ester kolesterol oleh enzim ester kolesterol hidrolase (Mayes, 2006). Pemeriksaan kadar kolesterol total dilakukan sebelum dan setelah pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) selama 9 hari, pada kelompok kontrol yang telah hiperkolesterolemia tanpa

54 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 pemberian perlakuan tidak terjadi penurunan secara signifikan Sedangkan kelompok perlakuan terjadi penurunan. Rerata kadar kolesterol total pada darah hewan coba tikus putih sebelum pemberian filtrat labu siam adalah 168 mg/dl sedangkan rerata kadar kolesterol setelah pemberian filtrat labu siam adalah 131,8 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa filtrat labu siam mampu menurunkan kadar kolesterol total daram darah sebesar 21,55%. Berdasarkan hasil uji statistik pemberian filtrat labu siam terhadap penurunan kadar kolesterol memiliki perbedaan yang bermakna karena nilai probabilitasnya adalah 0.000 < 0.050 sehingga dapat dijelaskan bahwa filtrat labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol total yang diberikan diet tinggi kolesterol. Labu siam memiliki beberapa kandungan zat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total dalam darah. Labu siam (Sechium edule) mengandung pektin. Pektin merupakan serat makanan yang dapat larut (soluble dietary fibers). Serat makanan didefinisikan sebagai karbohidrat yang resisten terhadap hidrolisa enzim pencernaan manusia (Srivastava dan Malviya, 2011). Pektin merupakan bagian diet dari manusia yaitu merupakan serat larut dalam air. Mekanisme kerja pektin adalah pektin mampu mengikat kolesterol yang terdapat pada sistem pencernaan, sehingga mencegahnya untuk diserap menuju aliran darah. Semakin tinggi viskositas pektin, maka akan semakin efektif didalam menyerap kolesterol. Pektin dengan viskositas yang tinggi akan menurunkan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan eksresi asam empedu feses dan sterol netral. Pektin yang memiliki viskositas tinggi tersebut akan berperan dalam membentuk misela dan asam empedu dengan laju difusi rendah melalui bolus untuk mengikat kolesterol pada saluran pencernaan (Sharma dkk, 2006). Labu siam (Sechium edule) mengandung banyak vitamin. Vitamin C yang terdapat di dalamnya mempunyai efek membantu reaksi hidroksilasi dalam pembentukan asam empedu sehingga meningkatkan ekskresi kolesterol. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai anti oksidan. Kandungan vitamin B3 (niacin) dalam labu siam Volume 8, No. 1, Februari 2014 (Sechium edule) dapat menurunkan produksi VLDL, sehingga kadar IDL dan LDL menurun. Labu siam (Sechium edule) juga mempunyai kandungan vitamin A dan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Kurnia Agustin (2006) tentang pengaruh lama pemberian ekstrak labu siam (Sechium edule) terhadap penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida tikus putih jantan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol total pada darah tikus putih, hal ini disebabkan karena adanya senyawa pektin pada labu siam yang berfungsi mencegah penyerapan lemak dan kolesterol, karena serat merangsang sekresi (pengeluaran) getah empedu yang membuat lemak menjadi emulsi dan terbuang bersama feses (kotoran) (Kurnia, 2012). PENUTUP a. Simpulan 1. Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) sebelum diberikan diet hiperkolesterolemia adalah 50,5 mg/dl 2. Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) setelah diberikan diet hiperkolesterolemia adalah 179,5 mg/dl 3. Rerata hasil pemeriksaan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) setelah pemberian filtrat labu siam adalah 131,8 mg/dl. 4. Pemberian filtrat labu siam (Sechium edule) efektif terhadap penurunan kadar kolesterol (Rattus norvegicus) strain wistar dengan nilai p (0.000 < 0.05 ). b. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan zat bioaktif murni dari labu siam dengan berbagai variasi konsentrasi atau dengan meneliti perbedaan hasil penurunan kolesterol total dengan menggunakan labu http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah55 siam yang dimasak atau dikukus terlebih dahulu. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang lebih bervariasi dan jangka waktu yang lebih lama agar pengaruh terhadap kadar kolesterol total dapat terlihat lebih jelas. DAFTAR PUSTAKA Agustini Kurnia. 2006. Pengaruh lama pemberian formula ekstrak buah labu siam terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida Tikus Putih Jantan, Departemen Farmasi Universitas Indonesia: Jakarta. www.pps.ui.ac.id/ui- Jurnal.pdf. Diakses Sabtu, 20 Maret 2013, pukul 11.00 wita. Harmita & Maksum Radji, 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Kedokteran EGC Mayes A, Peter. 2009. Biokimia Harper. Edisi 28. Jakarta: Kedokteran EGC Mulyanto, Devinda. 2012. Panjang Umur dengan Kontrol Kolesterol dan Asam Urat. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sharma dkk. 2006. Time Food Processing Journal, June-July Issu. Sitepoe Mangku. 1992. Kolesterol Fobia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Srivastava, Malviya. 2006. Sources Of Pectin Extraction and Its application in pharmaceutical industri an overview. Journal of natural Products and Resources vol 2 Zainuddin, Muhammad. 2000. Metodelogi Penelitian. Surabaya. PT Widyantara http://www.lpsdimataram.comvolume 8, No. 1, Februari 2014