BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Beberapa teori yang mendasari perusahaan untuk mengungkapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam Purwanto (2011: 16) mengemukakan konsep Triple Bottom Line yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary disclosure) maupun secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan euangan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PENDAHULUAN. Preparatory Meeting of Bilateral Economic Working Groups RI-Singapura

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial, yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi, 2011:93). Stakeholder merupakan

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pada perkembangannya saat ini, kegiatan Corporate. dilakukan menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB II LANDASAN TEORI. Tanggungjawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan:

BAB I PENDAHULUAN. investasi di pasar modal berakibat pada meningkatnya investor yang beralih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Konsep Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility. sosial perusahaan, serta prosedur pengukurannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya pada tempat yang memiliki sisi profitable yang aman dan pasti.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. para stakeholders, terutama para investor dan calon investor sebagai pemilik dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka memberikan informasi tentang pertanggung triple bottom line,

BAB 1 PENDAHULUAN. social disclosure, corporate social responsibility, social accounting (Mathews,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. leverage, dan likuiditas terhadap pengungkapan sukarela. sektor bank di Brazil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Beberapa teori yang mendasari perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility), yaitu : 1. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Menurut Lawrence dan Weber (2007) stakeholder didefinisikan sebagai semua pihak (orang perorangan atau kelompok) yang mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh perusahaan. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaan. Semakin kuat posisi stakeholder, semakin kuat pula kecendrungan perusahaan untuk mengadaptasi dirinya sesuai dengan keinginan stakeholder. Dalam hal ini, pengungkapan sosial harus dianggap sebagai wujud dialog antara manajemen dengan stakeholder. Ghozali dan Chairi (2011) menyatakan bahwa dalam stakeholder theory perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, supplier, pemerintah, masyarakat, analis perusahaan, dan pihak lainnya). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh para stakeholder. 12

13 2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Reverte (2008) mendefinisikan legitimasi sebagai berikut : Legitimacy as a generalized perception or assumption that the actions of an entity are desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of norms, values, beliefs, and definitions. Dari definisi diatas, dapat dijelaskan bahwa meskipun perusahaan mempunyai kebijakan operasi dalam batasan institusi, kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma ataupun adat yang diterima masyarakat, akan mengancam legitimasi serta sumber daya perusahaan, yang akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Indrawati (2009) teori legitimasi dimaksudkan sebagai suatu kondisi atau status yang terjadi manakala sistem nilai suatu entitas sesuai dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar yang merupakan bagian dari entitas tersebut. Sehingga apabila terjadi perbedaan dari kedua sistem nilai tersebut akan dapat mengancam legitimasi entitas itu sendiri. Ghozali dan Chairi (2007) menyatakan bahwa kegiatan perusahaan dapat menimbulkan dampak sosial, sehingga praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik. Pengungkapan tersebut memberikan informasi dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan baik dalam pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Pengungkapan perusahaan melalui laporan keuangan tahunan merupakan usaha perusahaan untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sehingga

14 kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Perusahaan akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kontrak sosial dengan masyarakat disekitarnya (Suaryana, 2011). 3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang disebut corporate social responsibility merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). Konsep triple bottom lines menjelaskan bahwa tanggung jawab sosial memiliki tiga elemen penting, yaitu : 1. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap Profit, yaitu untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. 2. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap People, yaitu untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan masyarakat. 3. Perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap Planet, yaitu untuk menjaga dan meningkatkan kualitas alam serta lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.

15 Menurut Anggraini (2006) mendefinisikan pertanggungjawaban sosial adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Menurut Sembiring, Eddy (2005) tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab perusahaan, di luar peran konvensionalnya untuk menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Implementasi atas tanggung jawab tersebut dikomunikasikan dalam laporan tahunan perusahaan. 4. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pengungkapan tanggung jawab sosial, menurut Global Reporting Initiative (GRI) menyatakan bahwa : Corporate social reporting/sustainability reporting is a process for publicly disclosing an organization s economic, enviromental, and social performance. Pengungkapan mengandung arti bahwa sebuah laporan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Ghozali dan Chairi, 2007). Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting atau corporate social responsibility merupakan proses

16 pengkomunikasian dampak social dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Farizqi, 2010). Menurut Ghozali dan Chairi (2007), ada tiga konsep pengungkapan yang umumnya dianjurkan, yaitu : 1. Pengungkapan yang cukup (adequate) Pengungkapan ini merupakan pengungkapan yang paling umum digunakan karena mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. 2. Pengungkapan yang wajar (fair) Pengungkapan ini menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. 3. Pengungkapan yang lengkap (full) Pengungkapan ini mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2009) paragraf 12 secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut :

17 Perusahaan dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri yang faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. Pengungkapan kinerja sosial pada laporan tahunan seringkali dilakukan secara sukarela, karena belum ada aturan standar yang ditetapkan oleh regulator. Ada berbagai motivasi yang mendorong manajemen secara sukarela mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial. Menurut Ghozali dan Chariri (2007), beberapa alasan perusahaan dengan sukarela mengungkapkan tanggung jawab sosialnya antara lain : 1. Keinginan untuk memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang-undang. 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (economic rationality). Atas dasar ini, praktik pengungkapan pertanggungjawaban sosial memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan hal yang benar dan alasan ini mungkin dipandang sebagai motivasi utama. 3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas atau pertanggungjawaban untuk melaporkan. Artinya, manajer berkeyakinan bahwa orang memiliki hak yang tidak dapat dihindari untuk memperoleh informasi yang memuaskan dan manajer tidak peduli dengan cost yang diperlukan untuk menyajikan informasi tersebut. 4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan peminjaman. Lembaga pemberi pinjaman, sebagai bagian dari kebijakan manajemen resiko mereka, cenderung meghendaki peminjam untuk secara periodic memberikan

18 berbagai item informasi tentang kinerja dan kebijakan sosial dan lingkungannya. 5. Untuk memenuhi atau menyesuaikan dengan ekspektasi masyarakat. 6. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan. 7. Untuk me-manage kelompok stakeholder tertentu yang powerful. 8. Untuk menarik dana investasi. 9. Untuk memenuhi persyaratan industri (code of conduct) tertentu. Sehingga terdapat tekanan tertentu untuk memenuhi aturan tersebut yang selanjutnya dapat mempengaruhi persyaratan pelaporan. 10. Untuk memenangkan penghargaan laporan tertentu. Hal ini memiliki implikasi positif terhadap reputasi perusahaan pada stakeholder. 5. Ukuran Dewan Komisaris Dewan Komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Menurut Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) dewan komisaris berfungsi untuk memonitor dan mengendalikan CEO. Semakin besar

19 anggota dewan komisaris (DK), maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dewan Komisaris adalah pihak yang berperan penting dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang reliable (Chtorou et al., 2001 dalam Antonia 2008). Dewan Komisaris memiliki wewenang untuk mengawasi dan memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen untuk mengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan mengungkapkan informasi sosial perusahaan, image perusahaan akan semakin baik (Gray et al., 1988 dalam Anggraini, 2006). Formulasi dari ukuran dewan komisaris adalah sebagai berikut : Ukuran Dewan Komisaris = Dewan Komisaris Perusahaan 6. Profitabilitas Menurut Heinze (1976) dalam Anggraini (2006) profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara luas, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin luas pengungkapan informasi sosial. Beberapa penelitian yang menguji pengaruh profitabilitas didasarkan pada stakeholder theory yang mengakui adanya hubungan antara kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Sun et al., 2010). Perusahaan

20 dengan manajemen yang memiliki pengetahuan akan mampu menciptakan profit dan akan memahami pentingnya tanggung jawab sosial, yang pada akhirnya akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan analisis rasio. Terdapat dua golongan rasio, golongan pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan kedua adalah berdasarkan pada tujuan penganalisa (Munawir, 2001). Menurut Hendra S. Raharjaputra (2009) rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity). Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, salah satunya yaitu return on assets (ROA). Return on assets menujukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Formulasi dari return on assets atau ROA adalah sebagai berikut : ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Asset 7. Leverage Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang berasal dari pihak luar

21 (kreditor) dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Harahap, 2007). Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka akan semakin besar pula agency cost atau hal yang terkait biaya-biaya yang dikeluarkan kreditur sebagai pengawasan terhadap perusahaan dengan mempunyai tingkat utang tinggi (leverage), mampukah perusahaan tersebut melunasi hutangnya sehingga mendorong kreditur meningkatkan tingkat agensinya. Manajer dalam hal ini kaitannya dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan memilih metode akuntansi, memaksimalkan laba sekarang lebih tinggi dari pada laba yang akan datang, dengan melaporkan laba yang lebih tinggi akan mengurangi perusahaan yang melanggar perjanjian hutang. Kontrak hutang tersebut biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan akan menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), modal kerja dan ekuitas pemegang saham. Dengan pelaporan yang tinggi maka manajer harus mengurangi biayabiaya termasuk biaya untuk pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Watt & Zimmerman (1990) dalam Anggraini (2006). Rasio leverage yang digunakan adalah debt to equity ratio (DER) untuk membandingkan total utang dan ekuitas pemegang saham perusahaan. Formulasi dari debt to equity ratio atau DER adalah sebagai berikut : DER = Total Utang Total Ekuitas

22 8. Ukuran Perusahaan Penelitian tentang hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) telah banyak dikaji antara lain oleh Siregar (2010); Munif (2010); Mahdiyah (2008); dan Zaleha (2005). Semakin besar perusahaan maka semakin banyak mempunyai sumber daya untuk melaksanakan aktivitas yang menjadi tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial harus dilaporkan dalam laporan tahunan sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 66 UU nomor 40 Tahun 2007. Ukuran sebuah perusahaan dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki, baik aset lancar maupun aset tidak lancar. Tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva. Hartono (2000) menyatakan bahwa besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva atau besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva. Ball dan Foster s (1982) dikutip oleh Indrawati (2009) memandang ukuran perusahaan sebagai proxy untuk mengukur biaya dan keuntungan yang akan diperoleh dari pengungkapan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Logaritma natural dari aktiva dilakukan untuk mentransformasi data total aktiva sampel perusahaan yang sangat beragam. Size = Logaritma natural total aktiva

23 9. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial ternyata menunjukkan hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut : 9.1 Sembiring (2003) Penelitian ini menguji pengaruh kinerja keuangan, political visibility, ketergantungan pada hutang terhadap pengungkapan CSR. Hasilnya, hanya variabel ukuran perusahaan (size) sebagai salah satu proksi political visibility yang terbukti signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada alpha 5%. Sementara variabel lainnya, seperti tingkat leverage, profitabilitas, umur perusahaan, dan earning per share tidak terbukti adanya pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. 9.2 Branco dan Rodriguez (2008) Penelitian ini menghubungkan variabel international experience, company size, industry affiliation, dan media exposure terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan di Portugal dengan variabel kontrol profitabilitas dan leverage. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel size dan media exposure yang terbukti signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial di laporan tahunan. Variabel lainnya (pengalaman internasional afiliasi industri) tidak terbukti berpengaruh. Variabel kontrol (profitabilitas dan

24 leverage) juga tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. 9.3 Reverte (2008) Penelitian ini mengungkap beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar di Spanyol. Ia menghubungkan variabel media exposure, international listing, profitabilitas, size, struktur kepemilikan, sensitivitas industri dan leverage terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya menunjukkan hanya variabel profitabilitas dan leverage yang tidak terbukti signifikan berpengaruh. Variabel media exposure, international listing, size, struktur kepemilikan, sensitivitas industri terbukti berpengaruh. 9.4 Hasibuan (2001) Penelitian ini mengungkapkan beberapa pengaruh karakteristik seperti size, rasio kepemilikan publik, profile perusahaan, basis perusahaan dan jenis industri. Hasilnya menunjukkan size dan profile berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, rasio kepemlikan publik, basis, perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 9.5 Anggraini (2006) Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan. Hasilnya

25 menunjukkan bahwa hanya variabel prosentase kepemilikan manajemen dan tipe industri yang terbukti mempunyai hubungan positif signifikan. Sementara variabel lainnya (leverage, size dan profitabilitas) tidak terbukti adanya pengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. 9.6 Rahmawati Indah Dewi Utami (2005) Menemukan bahwa ada hubungan positif antara ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, umur perusahaan dengan pengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Secara simultan ditemukan bahwa tingkat pengaruh variabel independen terhadap corporate social responsibility disclosure yang ditemukan cukup rendah yaitu sebesar 8,1% (Adjusted R Square). Hal ini berarti bahwa secara simultan ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan umur perusahaan mampu mempengaruhi tingkat corporate social responsibility disclosure sebesar 8,1%. Hasil penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama Penelitian 1 Sembiring (2003) Judul Penelitian Pengaruh Karekteristik Perusahaan terhadap Pegungkapan Variabel Penelitian Size, Profitabilitas, profile, ukuran dewan Hasil Penelitian Size, profile dan ukuran dewan komisaris berpengaruh dan signifikan terhadap penungkapan tanggung

26 3 2 Branco dan Rodriguez (2008) Reverte (2008) 4 Hasibuan (2001) Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahan yang Tercatat (Go Public) di Bursa Efek Jakarta Factors Influencing Social Responsibility Disclosure by Portuguese Companies Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms Pengaruh Karakteristik Perusahan Terhadap Pengungkapan Sosial komisaris, leverage dan pengungkapa n tanggung jawab sosial dan perusahaan International experience, company size, industry affiliation, media exposure, leveragedan profitabilitas Media exposure, international listing, profitabilitas, size, struktur kepemilikan, sensitivitas industri dan leverage Size, Rasio kepemilikan publik, profile perusahaan, basis perusahaan dan jenis industri jawab sosial perusahaan. Sedangkan profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Size dan media exposure yang terbukti signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial di laporan tahunan. Sedangkan pengalaman internasional afiliasi industri, profitabilitas dan leverage tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial media exposure, international listing, size, struktur kepemilikan, sensitivitas industri terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan profitabilitas dan leverage yang tidak terbukti signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Size dan profile berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, rasio kepemlikan publik, basis, perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

27 5 6 Anggraini (2006) Rahmawati Indah Dewi Utami (2005) Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing dan Umur Perusahaan Terhadap Penungkapan CSR Prosentase kepemilikan manajemen dan tipe industri, leverage, size dan profitabilitas Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing Umur Perusahaan dan Prosentase kepemilikan manajemen dan tipe industri yang terbukti mempunyai hubungan positif signifikan. Sedangkan variabel lainnya (leverage, size dan profitabilitas) tidak terbukti adanya pengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing dan Umur Perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR B. Rerangka Pemikiran Telaah pustaka tentang penelitian ini dimulai dengan beberapa empiris yang fokus membahas hubungan antara ukuran dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji pengaruh ukuran dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Model penelitian ini merupakan penelitian kualitas yang menguji pengaruh variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan

28 ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Ada empat variabel independen dalam penelitian ini yang diprediksi berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dan perusahaan yaitu Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Kerangka pemikiran teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut : Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Teoritis Penelitian Ukuran Dewan Komisaris Profitabilitas Leverage Pengungkapan Corporate Social Responsibility Ukuran Perusahaan C. Hipotesis Dalam penelitian ini diusulkan empat hipotesis penelitian sebagaimana digambarkan dalam kerangka pemikiran pada Gambar 2.1. Ada empat variabel independen yaitu : ukuran dewan komisaris, profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan yang diprediksikan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap

29 pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Pengembangan hipotesis penelitian dijelaskan pada sub bab berikut : 2.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility) Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas (PT) yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Implementasi pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan hasil dari kebijakan strategis perusahaan yang melibatkan seluruh manajemen tingkat atas dan juga komisaris. Pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial lebih optimal pada perusahaan yang mendapat dukungan penuh dari dewan komisaris (Juholin, 2004). Penelitian empiris yang mendukung pengaruh positif antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, antara lain dilakukan oleh Cooper (2004), Juholin (2004), dan Sembiring (2005). Penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa dewan komisaris merupakan pendukung utama dalam kegiatan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nofandrila (2008) yang menyatakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (Rahmawati dan Utami, 2005).

30 Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis pertama yang diajukan adalah : H1 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) 2.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Beberapa penelitian yang menguji pengaruh profitabilitas didasarkan pada legitimacy theory yang mengakui adanya hubungan antara kebijakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan profitabilitas manajemen yang bersangkutan (Sun et al., 2010). Perusahaan dengan manajemen yang memiliki pengetahuan akan mampu menciptakan profit dan akan memahami pentingnya tanggung jawab sosial yang pada akhirnya akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Giner (1997) dalam Sun et al. (2010) menyatakan bahwa dalam kontens teori keagenan, manajemen yang profitable akan menyajikan informasi pengungkapan tanggung jawab sosial untuk mendukung posisi para manajer yang bersangkutan dan mendapatkan kompensasi. Sedangkan menurut teori stakeholder, profitabilitas dapat dipandang sebagai variabel yang diprediksikan mempengaruhi tanggung jawab sosial baik secara negatif maupun positif tergantung apakah perusahaan mengalami keuntungan, perusahaan akan memberikan pengungkapan yang relatif sedikit dengan alasan karena masih sedikitnya kegiatan sosial. Tapi sebaliknya apabila dalam kondisi yang tidak untung maka perusahaan dapat mengungkapkan banyak kegiatan investasi untuk

31 tanggung jawab sosial sebagai alasan banyaknya pengeluaran untuk pelaksanaan tanggung jawab yang bersangkutan. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nurkhin (2010) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial. Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis kedua yang diajukan adalah : H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) 2.3 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya satu hutang. Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan strukur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang

32 obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur, Schipper (1981) dalam Anggraini (2006). Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini diantara lain adalah penelitian Belkoui & Karpik (1989). Akan tetapi tidak semua peneliti mendukung hubungan leverage dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini ditemukan oleh Sembiring (2005). Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis ketiga yang diajukan adalah : H3 : Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) 2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Ukuran dari perusahaan dapat menjadi dasar bagi pengungkapan tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan perusahaan akan menjadi sorotan masyarakat sehingga dituntut untuk memberikan informasi yang lebih terbuka dan detail kepada masyarakat. Ukuran sebuah perusahaan dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki, baik aset lancar maupun aset tidak lancar. Penentuan jumlah asset yang dimiliki perusahaan didasarkan kepada total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Cowen et al (1987) dikutip Untari (2010) mengungkapkan bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak, menyebabkan dampak yang lebih

33 besar terhadap lingkungan, memiliki lebih banyak pemegang saham yang mungkin berkepentingan dengan program sosial perusahaan, dan laporan keuangannya menyediakan alat yang efisien dalam menginformasikan informasi sosial perusahaan. Lerner (1991) sebagaimana dikutip oleh Siregar (2010) juga menyatakan bahwa semakin besar aset sebuah perusahaan maka akan semakin besar tanggung jawab sosialnya, dan hal ini akan dilaporkan dalam laporan tahunan sehingga pengungkapannya juga semakin luas. Berdeda dengan Anggraini (2006) dalam penelitiannya menunjukkan tidak adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis keempat yang diajukan adalah : H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).