BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu. perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak yang paling. mengeluarkan opini going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. bermasalah (Petronela, 2004 dalam Santosa dan Wedari 2007). Going concern. (Syahrul, 2000 dalam Rahman dan Siregar, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. tahun Dampak negatif dari krisis ekonomi dan politik tidak hanya dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. dan Utama, (2013). Menurut IAI (2011), Going concern merupakan. mengurangi secara material skala usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan-perusahaan go public yang mengalami kebangkrutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan usaha. Selain strategi, perusahaan juga memerlukan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan (going concern). Banyaknya kasus manipulasi data

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan meyakini isi dan makna suatu statemen keuangan secara

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang diambil oleh pengguna (user) akan selalu berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, tidak hanya untuk daya hidup satu periode saja namun juga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan


BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang berlangsungnya AEC (Asean Economic Community), terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dari suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tentu selalu berupaya untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kita sebut Going Concern. Mengingat tujuan utama suatu entitas dalam

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian (TPI), PT. Dirgantara Indonesia, Batavia Airlines kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas (http://perusahaan Indonesia yang mengalami kebangkrutan pada tahun 2014). Fakta ini memunculkan pertanyaan mengapa perusahaan yang dinyatakan mendapat opini wajar tanpa pengecualian bisa berhenti beroperasi. Banyak kongres dengar pendapat selama bertahun-tahun telah mengkritik auditor karena tidak memberikan peringatan dini yang memadai tentang kegagalan perusahaan yang akan datang dalam laporan audit (U.S. House of Representatives 1985, 1990, 2002a). Suatu entitas bisnis dalam menjalankan aktivitas bisnis perusahaan tentu selalu berupaya untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, di samping untuk mencapai tujuan utama, yaitu meningkatkan profitabilitas. Going concern berarti bahwa suatu entitas yang diaudit akan terus eksis di masa mendatang (Rouhi et al., 2012 dalam Verdiana dan Utama, 2013). Salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada masyarakat, khususnya para pemegang saham adalah berupa laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, 1

2 dan perubahan posisi keuangan. Manajemen merupakan pihak yang memberikan informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya berdasarkan laporan keuangan tersebut. Agar laporan keuangan yang telah dibuat oleh perusahaan dapat dipercaya, maka dibutuhkan auditor yang berperan dalam menjembatani kepentingan pengguna laporan keuangan dan penyedia laporan keuangan. Pernyataan auditor melalui opininya akan membuat data-data yang ada di dalam laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan. Kondisi keuangan perusahaan mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan yang informasinya bisa diandalkan oleh para pengguna hasil laporan. Perusahaan yang mengalami masalah keuangan, akan banyak ditemui masalah going concern (Wulandari, 2014). Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (Pernyataan Standar Auditing 2011, No. 30). Auditor juga mempunyai peranan penting dalam menghubungkan antara kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Jika auditor tidak memberikan peringatan dini yang memadai tentang kegagalan perusahaan yang akan datang dalam laporan auditnya, maka hal ini akan menimbulkan kerugian bagi para investor yang sangat mengandalkan informasi yang dikeluarkan oleh auditor (Muttaqin dan Sudarno, 2012).

3 Data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Dalam hal ini auditor dituntut untuk tidak hanya melihat sebatas pada halhal yang ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan (Januarti, 2009). Ketika auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini audit modifikasi going concern. Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga (Mulawarman, 2009 dalam Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Keputusan Ketua Bapepam dan LK No: Kep-310/BL/2008 dalam Peraturan No. VIII.A.2 tentang independensi akuntan publik yang memberikan jasa di pasar modal, menyebutkan bahwa Kantor Akuntan Publik wajib mempunyai pengendalian mutu dengan tingkat keyakinan yang memadai bahwa Kantor Akuntan Publik atau karyawannya dapat menjaga sikap independen. Tetapi ketika

4 hubungan antara klien dengan KAP telah berlangsung bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber penghasilan bagi KAP, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP (Yuvisa et al. 2008). Hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian Geiger dan Rama (2006). Analisis regresi multivariate menunjukkan bahwa indikator keuangan, tipe bukti dan disclosure mempengaruhi opini going concern (Junaidi dan Hartono, 2010). Auditor harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan kondisi yang sebenarnya. Opini yang diberikan oleh auditor mempunyai kandungan informasi, oleh sebab itu informasi yang ada harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Informasi yang berkualitas hanya dapat diberikan oleh auditor yang berkualitas juga. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan (Januarti dan Fitrianasari, 2009). Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern (Werastuti, 2013). Oleh karena itu, auditor bertanggung jawab untuk tetap menjaga kepercayaan publik dan menjaga nama baik auditor sendiri serta KAP tempat auditor tersebut bekerja dengan mengeluarkan opini yang sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya (Verdiana dan Utama, 2013). Dalam Pernyataan Standar Auditing No.30 (SPAP, IAI 2011:341), indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan audit

5 adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default) (Werastuti, 2013). Selanjutnya penelitian ini juga menguji pengaruh disclosure terhadap opini going concern, karena belum banyak yang mengungkap pengaruhnya terhadap opini going concern di Indonesia. Disclosure yang memadai atas informasi keuangan perusahaan tersebut menjadi salah satu dasar auditor dalam memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan (Ardiani, et al. 2012). Penelitian ini menguji secara empiris faktor keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi penerbitan opini going concern. Faktor keuangan yang diuji yaitu profitabilitas, rasio leverage, dan rasio harga pasar, sedangkan faktor non keuangan adalah tenure, reputasi KAP, disclosure, dan size perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010). Penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit sudah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia (Januarti dan Fitrianasari, 2009). Permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor dan dimasukkan dalam opini auditnya pada saat opini audit itu diterbitkan jika terdapat indikasi kebangkrutan yang sangat kuat pada perusahaan. Auditor bertanggung jawab mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas (Rudyawan dan Badera, 2008 dalam Muttaqin dan Sudarno 2012). Kesangsian besar auditor terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya mengharuskan auditor untuk mengkomunikasikan resiko kebangkrutan tersebut kepada investor dan para pemakai laporan keuangan lainnya setelah dilakukan evaluasi terhadap rencana

6 manajemen terlebih dahulu. Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Faktor yang mendorong auditor mengeluarkan opini audit going concern penting untuk diketahui karena opini ini dapat dijadikan referensi investor berkaitan dengan investasinya. Kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern tetap dapat diprediksi. Terkait dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan Pengembangan dari penelitian yang dilakukan Junaidi dan Hartono (2010) yang menggunakan variabel Reputasi Auditor, Tenure, Disclosure, Ukuran Perusahaan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi dikeluarkannya Opini Audit Going Concern. Hasil penelitian yang didapat dari penelitian Junaidi dan Hartono (2010) adalah bahwa tenure, reputasi auditor, disclosure berpengaruh signifikan terhadap opini going concern, dan ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh terhadap opini going concern. Hasil ini menunjukkan bahwa opini audit yang dikeluarkan oleh auditor diharapkan oleh pengguna adalah kualitas informasinya, karena sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi. Namun dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan menambahkan variabel yang digunakan Muttaqin dan Sudarno (2012) yang menggunakan Rasio Profitabilitas, Rasio Laverage dan Rasio Harga Pasar sebagai indikator dikeluarkannya opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio profitabilitas, Rasio harga pasar secara signifikan mempengaruhi penerimaan opini audit going

7 concern. Di sisi lain pengaruh Rasio leverage tidak mempengaruhi pada penerimaan opini audit going concern. Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hasil yang diperoleh akan sama atau berbeda dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul penelitian FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN PADA OPINI GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah faktor keuangan yang meliputi Rasio profitabilitas, Rasio leverage, Rasio harga pasar mempengaruhi opini going concern pada perusahaan manufaktur? 2. Apakah faktor non keuangan yang meliputi Reputasi Auditor, Tenure, Disclosure, ukuran Perusahaan mempengaruhi opini going concern pada perusahaan manufaktur? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan masalah penelitian ini adalah: 1. Menganalisis apakah faktor keuangan yang meliputi Rasio profitabilitas, Rasio leverage, Rasio harga pasar, mempengaruhi opini going concern pada perusahaan manufaktur.

8 2. Menganalisis apakah faktor non keuangan yang meliputi reputasi auditor, Tenure, Disclosure, Ukuran perusahaan mempengaruhi opini going concern pada perusahaan manufaktur. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai masalah going concern. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan referensi pengetahuan, bahan diskusi, dan bahan kajian lebih lanjut bagi pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan opini going concern. 2. Bagi Auditor Independen Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pedoman, bahan pertimbangan dan bahan referensi bagi auditor dalam melaksanakan proses auditnya terutama dalam hal pemberian opini audit going concern. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti, bahwa opini going concern tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keuangan saja, namun faktor non keuangan juga mempunyai peranan dalam pemberian opini going concern oleh auditor.

9 E. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hal-hal yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang menjadi dasar untuk melakukan penelitian serta terdapat perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tentang teori keagenan, faktor keuangan yang meliputi Rasio profitabilitas, Rasio leverage, Rasio harga pasar dan faktor non keuangan yang meliputi reputasi auditor, Tenure, Disclosure, Ukuran perusahaan dan opini going concern serta kerangka penelitian dan pengembangan hipotesis. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, devinisi operasional variabel, uji kualitas data dan teknik analisis data. BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi deskripsi objek penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. BAB V : Penutup Bab ini berisi kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya.