Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

dokumen-dokumen yang mirip
LOGO Potens i Guna Lahan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

[ TEKNIK PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN]

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

KONSEP EVALUASI LAHAN

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Klasifikasi Kemampuan Lahan

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

Menilai subklas Kemampuan Lahan di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN FOTO UDARA Oleh : Hendro Murtianto

II. TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI LAHAN H n e d n r d o r o M u M r u t r i t a i n a t n o t, o, M. M S. c

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB II METODE PENELITIAN

Teknik Skoring untuk berbagai analisis AY 11

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN DI KECAMATAN CILINCING, JAKARTA UTARA

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan Lahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN DAS TERPADU

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

19 Oktober Ema Umilia

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PEMETAAN MANUAL KEMAMPUAN LAHAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH DENGAN METODE DESCRITIF

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan, Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS LAHAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Transkripsi:

LOGO Contents Potensi Guna Lahan AY 12 1 2 Land Capability Land Suitability Land Capability Klasifikasi Potensi Lahan untuk penggunaan lahan kawasan budidaya ataupun lindung dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya itu adalah variabel-variabel kapabilitas lahan Iklim Variabel-variabel Kemampuan Lahan Lereng -> bahaya erosi Kedalaman Tanah Tekstur Tanah Permeabilitas Drainase Menampilkan Potensi Kemampuan Tanah Penyiapan dan Pengkodean Data Lingkungan Metode Penilaian Kapabilitas Lahan Prosedur Penilaian Kapabilitas lahan mencakup: Mempersiapkan Peta Dasar. Peta Dasar mencakup: topografi, hidrologi, keterangan penggunaan lahan, prasarana wilayah. 1. Penyiapan dan Pengkodean data lingkungan 2. Penentuan nilai kapabilitas lahan 3. Pembobotan kapabilitas lahan 4. Perhitungan Bobot nilai kapabilitas lahan Memasukkan Faktor-faktor lingkungan yang telah teridentifikasi dan diklasifikasikan menjadi beberapa subkelas 1

Penentuan Nilai Kapabilitas Lahan Kelas I : Tanah dengan sedikit faktor pembatas. Kelas II : Tanah dengan faktor pembatas yang mengurangi pilihan jenis tanaman atau yang memerlukan konservasi tanah sederhana Penentuan Nilai Kapabilitas Lahan Kelas III : Tanah dengan faktor pembatas yang cukup sehingga mengurangi jumlah pilihan jenis tanaman yang cocok dan atau memerlukan upaya konservasi tanah secara khusus. Kelas IV: Tanah dengan faktor pembatas serius sehingga membatasi pilihan tanaman yang cocok dan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati Kelas V : Tanah basah (wetland) dengan sedikit atau tanpa bahaya erosi tetapi mempunyai faktor-faktor pembatas yang lain sehingga hanya cocok untuk padang rumput penggembalaan (pasture, range), hutan atau cagar alam. Kelas VI: Tanah dengan faktor-faktor pembatas serius sehingga terbatas untuk padang rumput penggembalaan, hutan dan cagar alam Kelas VII: Tanah dengan faktor-faktor pembatas sangat serius sehingga hanya untuk penggembalaan, hutan dan cagar alam secara alami. Kelas VIII : Tanah dengan faktor-faktor pembatas yang tidak memungkinkan untuk tanaman budidaya dan terbatas untuk rekreasi, cagar alam dan sumber air. Pembobotan kapabilitas lahan Kerikil dan Batu Kerikil = bahan kasar yang berdiameter > 2mm-7,5 cm (jika berbentuk bulat) atau sampai 15 cm sumbu panjang (jika berbentuk pipih). Kerikil didalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan: b0 = Tidak ada atau sedikit (<15% volume tanah) b1 = Sedang (15-50% volume tanah) b2 = Banyak (50-90% volume tanah) b3 = Sangat Banyak (>90% volume tanah) Batu Batuan terbagi atas batu lepas dan batu tersingkap. Penyebaran batuan dipermukaan dikelompokkan: b0 = Tidak ada atau sedikit (<0,01% luas area) b1 = Sedikit (0,01-3% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah dengan rekayasa agak terganggu b2 = Sedang (3-15% permukaan tanah tertutup); pengolahan tanah sangat sulit. b3 = Banyak (15-90% permukaan tanah tertutup); Pengolahan tanah menjadi lebih sulit b4 = Sangat banyak (>90% permukaan tanah tertutup) tanah sama sekali tidak dapat diolah Bahaya banjir/genangan Dapat dikelompokkan menjadi: O0= Tidak pernah O1= Kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur dalam periode <satu bulan) O2= Selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran untuk selama > 24 jam O3= Selama 2 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam O4= Selama waktu > 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya > 24 jam Salinitas Dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan listrik ekstrak tanah: g0 = bebas (<0,15% garam larut; 0-4 (ECx10 3 )mmhos per cm pada suhu 25 o C) g1 = sedikit terpengaruh (0,15-0,35% garam larut; 4-8 (ECx10 3 )mmhos per cm pada suhu 25 o C) g2 = cukup terpengaruh (0,35-0,65% garam larut; 8-15 (ECx10 3 )mmhos per cm pada suhu 25 o C) g3 = sangat terpengaruh (>0,65% garam larut; 15 (ECx10 3 )mmhos per cm pada suhu 25 o C) 2

Membuat Kelas Kemampuan Tanah Cara: kumpulan beberapa jenis sifat fisik tanah dijadikan sebagai parameter untuk menyusun kelas kemampuan tanah. Pembuatan Kelas Kemampuan Tanah cara ini dapat dilihat pada klasifikasi Kemampuan Tanah dari the United States Department of Agriculture (USDA) yang sering dijadikan pedoman global Faktor Penghambat/ Pembatas Perhitungan Bobot nilai kapabilitas lahan Kelas Kemampuan Lahan I II III IV V VI VII VIII 1.lereng A B C D A E F G 2.kepekaan erosi KE1,K2 KE3 KE4,KE5 (*) (*) (*) (*) (*) 3.Tingkat erosi e0 e1 e2 e3 (**) e4 e5 (*) 4. Kedalaman tanah 5. Tekstur Lapisan Atas 6. Tekstur Lapisan Bawah k0 k1 k2 k2 (*) k3 (*) (*) t1,t2,t3 t1,t2,t3 t1,t2,t t1,t2,t t1,t2,t3 t1,t2,t3 t1,t2,t t1,t2,t (*) t1,t2,t (*) t1,t2,t t1,t2,t t1,t2,t 7. Permeabilitas P2,P3 P2,P3 P2,P3,P4 P2,P3 P1,P4 (*) (*) P5 8. Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (**) (**) d0 9. Kerikil/batuan b0 b0 b1 b2 b3 (*) (*) b4 t5 t5 10.Bahaya banjir O0 O1 O2 O3 O4 (**) (**) (*) 11.Garam/salinitas g0 g1 g2 g3 (*) g3 (*) (*) Land Suitability Langkah-langkah penyusunan kelas kesesuaian lahan Apa itu kesesuaian Lahan? Penilaian mengenai kesesuaian suatu bentang tanah terhadap penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang wajar, dengan tetap memperhatikan kelestarian produktifitas dan lingkungannya (Soetarto & Taylor 1983 dalam Rencana Pengelolaan Sumberdaya Lahan dalam Rangka Pemetaan Ruang Wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur) Pelajari sifat-sifat tanah yang cocok untuk jenis pertanian tertentu dipedesaan atau penggunaan lahan tertentu di perkotaan Pilih beberapa sifat-sifat tanah yang erat kaitannya dengan kebutuhan tanaman/bangunan tersebut untuk digunakan sebagai parameter kelas kesesuaian Membuat klasifikasi untuk setiap parameter secara berjenjang sesuai dengan ketelitian yang dikehendaki. Membuat kombinasi antar kelas parameter-parameter untuk membuat tingkat kesesuaian 3

Contoh Kelas Kesesuaian lahan Kelas Tingkatan Ketentuan S1 S2 S3 S4 T Sesuai Kesesuaian Sedang Kesesuaian Kecil Sesuai bersyarat Tidak Sesuai Tanah tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk jenis penggunaan tertentu secara berkelanjutan, atau hanya memiliki pembatas yang sangat kecil Tanah yang mempunyai pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat sedang untuk jenis penggunaan tanah tertentu secara berkelanjutan Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat berat untuk penggunaan tertentu secara berkelanjutan Tanah yang memerlukan perlakuan khusus atau tanah dimana memerlukan persyaratan tambahan yang harus dipenuhi untuk berhasilnya suatu penggunaan tanah Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang kritis sehingga dianggap tidak sesuai bagi penggunaan tanah tertentu menurut kriteria yang digunakan Ilustrasi Penilaian Kesesuaian Lahan Faktor Lingkungan untuk kemiringan lereng dan vegetasi Faktor Lingkunga n Sudut Lereng Kelas Lereng 0-5% 1 Peruntukan lahan untuk Perumahan No. Indeks Bobot Nilai Kapabilita s 5 20 Bobot Nilai Kapabilita s Bobot Peruntukan Lahan untuk Pertanian Nilai Kapabilita s 5 25 5-15% 2 4 16 3 15 15-30% 3 4 2 8 5 2 10 30-50% 4 1 4 1 5 50%+ 5 0 0 0 0 Vegetasi Rumput 1 4 12 5 5 Semak 2 3 9 3 3 Rumput Gajah Hutan Jati Hutan Campur 3 5 15 2 2 3 1 4 2 6 1 1 5 1 3 1 1 Bobot Nilai Kapabilita s Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Padi Sawah Kelas Lereng (%) PARAMETER DAN KRITERIA Tekstur Kedalaman Pengatusan Banjir tanah tanah (cm) internal Potensi Erosi Jumlah dan jenis parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tiap-tiap penggunaan bisa bervariasi S1 (Sesuai) 0-2 Sangat berat 75 100 Tak Tidak ada Rendah (dalam sempurna - amat dalam) buruk S2 2 4 Berat 50 75 Sedang - Banjir Sedang (Kesesuaian (sedang) baik musiman sedang) tidak merusak S3 4 8 Sedang 25 50 - Banjir Tinggi (Kesesuian (dangkal) musiman kecil) merusak S4 (Sesuai 8 40 - - - - Sangat bersyarat) Tinggi T (Tidak Sesuai > 8 Ringan < 25 (sangat dangkal) Berlebihan Banjir musiman merusak berat Kelewat Tinggi Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Permukiman KELAS PARAMETER Potensi Air Tanah (liter/ detik) Drainase Lereng (%) Bahaya Lingkungan Banjir Potensi Erosi/Longsor S1 (Sesuai) > 20 Baik 0-8 Tidak ada Rendah S2 (Kesesuaian sedang) S3 (Kesesuaian Kecil) 20-40 Sedang 8-15 Tergenang Setelah Hujan 10-20 Kurang Baik 15-25 Banjir musiman Sedang Tinggi S4 (Sesuai 2,5 10 Jelek 25-35 Sering banjir Sangat Tinggi dengan bersyarat) T (Tidak sesuai) < 2,5 Sangat Jelek > 35 Selalu Banjir Kelewat Tinggi 4

Kriteria Daya Dukung Permukiman Tabel. Kriteria Daya Dukung Fisik Permukiman Kesesuaian Lahan Satuan Baik Sedang Buruk untuk Permukiman (3) (2) (1) Subsiden Total % - - 30 Tidak Ada Tidak Ada Jarang- Banjir Sering Air Tanah cm >75 45-75 <45 Kelerengan % <8 8-15 >15 Kedalaman Hamparan cm >100 50-100 <50 Batuan Keras Kedalaman Hamparan cm <50 <50 - Batuan Tipis Longsor - - Ada Jarak dari Sarana m 100-400 50-100 <50 Jalan Jarak dari Tepi Pantai m >200 50-100 <50 Sumber : Pedoman Analisis Daya Dukung Wilayah Pesisir (KKP) Tabel. Klasifikasi Daya Dukung Kawasan Pesisir Untuk Kegiatan Permukiman Kecamatan Towea No Nilai Keterangan Luas (Ha) 1 13-15 Sangat Tidak Sesuai 1088 2 16-17 Tidak Sesuai 916 3 18 Cukup sesuai 300 4 19-20 Sesuai 198 5 21-22 Sangat sesuai 68 Jumlah 2.570 Kriteria Daya Dukung Permukiman Contoh aplikasi kesesuaian lahan dalam TGPL Tujuan Pencarian lokasi komersial pada suatu Perkotaan Untuk memberikan gambaran bagaimana teknologi SIG bekerja dalam membantu pengambilan keputusan Memberikan informasi kemampuan Analisis Spasial dalam perencanaan kota/ wilayah 5

ANALISIS SPASIAL (ANALISIS KESESUAIAN LAHAN) TARGET : MENCARI LOKASI PEMBANGUNAN TOKO/ MAL Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai minimal 36,407 m 2. Kemiringan tidak lebih dari 21 % 3. Jarak dari rel kereta minimal 26 m 4. Jarak dari jalan raya maksimal 50 m 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) 6. Pada daerah Bangunan Komersial 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada minimal 0.8 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada minimal 2 m Langkah Proses 1. Perencanaan dan Penentuan Parameter 2. Pemrosesan Dasar Citra 3. Digitasi data dan Pembangunan basis data SIG 4. Klasifikasi dan Pembuatan Peta Tematik sesuai atribut 5. Transformasi ke Grid/ Raster GIS 6. Formulasi perhitungan/ Analisis 7. Penentuan hasil secara automatis CASI - Data Dasar Hasil Digitasi on screen BOGOR False Colour - Rectified, Uncontrolled Mozaik Peta Tematik Vegetasi (dalam bentukgrid) Peta Tematik Bangunan (dalam bentuk Grid) 6

Peta Tematik Jalan Peta Tematik Slope/ (dalam bentuk Grid) Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Sungai (dalam bentukgrid) Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Jalan (dalam bentuk Grid) Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Rel Kereta Api (dalam bentuk Grid) Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Bangunan (dalam bentuk Grid) 7

Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Vegetasi (dalam bentuk Grid) Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Jalan (dalam bentuk Grid) Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Bangunan/ Perumahan (dalam bentuk Grid) METODA BOLEAN Berdasarkan : Ya/ Tidak yang memenuhi seluruh syarat HASIL PEMODELAN HASIL PEMODELAN Daerah yang sesuai berwarna biru Daerah yang sesuai berwarna biru 8

METODA INDEKS Berdasarkan perhitungan skor kesesuaian lahan Kalkulasi menggunakan rumusan/ model matematis tertentu Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai : semakin jauh semakin baik 2. Kemiringan : semakin landai semakin baik 3. Jarak dari rel kereta : semakin jauh semakin baik 4. Jarak dari jalan raya : semakin dekat semakin baik 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) semakin baik 6. Pada daerah Bangunan Komersial semakin baik 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m HASIL PEMODELAN Hasil di Indeks sesuai perhitungan kesimpulan aplikasi Menghasilkan Informasi Lebih Cepat Menampilkan Informasi Lebih Akurat Membuat Analisis Lebih Cepat dan Akurat Membantu Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Dinamis, Cepat dan Tepat Efisiensi pada Waktu, Tempat dan Lebih Ekonomis Ukuran Dasar Guna Lahan Guna lahan dalam kota menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan Setiap petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar yaitu : Jenis kegiatan, Intensitas penggunaan Hubungan antar guna lahan. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek yaitu: Umum. Menyangkut penggunaannyaseperti perdagangan, industridan permukiman Khusus Menyangkut sejumlah ciri yang lebih rinci seperti ukuran, luas, fungsinya dalam lingkungan perkotaan Sumber data yang dapat membantu adalah foto udara, badan perencanaan, sigi lapangan dan lain-lain. 9

Intensitas Guna Lahan Ukuran intensitas guna lahan ditunjukkan oleh kepadatan bangunan dan dinyatakan dengan nisbah (perbandingan) luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini belum dapat mencerminkan intensitas kegiatan pada lahan yang bersangkutan, dan untuk mengetahuinya diperlukan ukuran lain, misalnya jenis kegiatan. Intensitas guna lahan dalam tiap zone diukur dengan menggunakan dua macam angka banding yaitu: Koefisien dasar bangunan KDB = Luas dasar bangunan x 100% Luas petak lahan Hubungan Antar Guna Lahan Ukuran ini berkaitan dengan jarak yang harus ditempuh orang dan barang untuk mencapai lokasi tertentu, sering sudah termasuk dalam pengertian daya hubung. Koefisien lantai bangunan KLB = Luas seluruh lantai bangunan x 100% Luas petak lahan Koefisien Dasar Hijau KDH = Luas seluruh ruang terbuka hijau diluar bangunan x 100% Luas Petak Lahan Proses Perencanaan Tataguna lahan Secara umum proses perencanaan tataguna lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua): Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan Umumnya ditujukan untuk satu jenis peruntukan lahan, seperti Lahan untuk lokasi perumahan (real estate) Lahan untuk lokasi pabrik Lahan untuk areal rekreasi Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor publik Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor publik Penetapan Peruntukan Lahan Menekankan pada hubungan antara berbagai jenis peruntukan lahan, seperti Hubungan antara lokasi industri, lokasi permukiman, lokasi pertanian, lokasi daerah resapan air, lokasi pembuangan limbah dan lain sebagainya. Ekonomi Sosial Politik Fisik Pola Tataguna Lahan lama Umpan Balik Pola Tataguna Lahan baru Hubungan timbal balik antara penentuan tataguna lahan dan pola tataguna lahan 10

Sistem Tata Guna Lahan - Transportasi Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan). Besarnya arus dan pola pergerakan lalulintas sebuah kota dapat memberikan umpan-balik untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru pula In tegrasi Sistem Tata Guna lahan Transportasi dapat dikaji dengan menetapkan kebijakan sistem meliputi: A. Sistem Kegiatan B. Sistem Jaringan C. Sistem Pergerakan LOGO 11