BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Kepariwisataan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN WISATA AGRARIS

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB II URAIAN TEORITIS. Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi diberbagai negara tidak diragukan lagi.

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. 2.1 Beberapa Pengertian Tentang Kepariwisataan

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB II URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB II PEMBAHASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB II TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Umum dalam Sistem Kepariwisataan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Oleh : Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

Oleh : Slamet Heri Winarno

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

TINJAUAN PUSTAKA. atraksi di tempat tujuan (Suyitno, 2006). Wisata memiliki karakteristik. kembali ke tempat asalnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata

BAB II URAIAN TEORITI TENTANG PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA)

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB II URAIAN TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian-pengertian mengenai pariwisata yang menitikberatkan pada

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ) menjelaskan pengertian pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Undang- Undang tahun 1990, tentang kepariwisataan menyebutkan defenisi dari wisata, wisatawan, kepariwisataan, dan pariwisata sebagai berikut : a. Wisata adalah: kegiatan perjalanan atau sebagaian dari kegiatan tersebut yang di lakukan secara suka rela bersifat sementara untuk memilih objek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah : orang yang melakukan kegiatan wisata yang tujuannya bukan untuk menetap dan untuk tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. c. Pariwisata adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengelola objek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggara pariwisata. d. Kepariwisataan adalah : segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggara pariwisata, yang artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang di lakukan pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat. e. Objek dan Daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi perjalanan wisata meliputi :

Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna seperti pemandangan alam, panorama indah hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatangbinatang langka. Karya buatan manusia yang berwujud dalam beberapa bentuk, berupa museum, peninggalan purba kala,peninggalan sejarah, seni budaya, wisata pertanian (agro), wisata air (tirta) wisata petualangan (minat khusus), taman rekreasi dan tempat hiburan. Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, goa, sungai air deras, tempat ibadah, perbelanjaan, dan lain-lain. Selain batasan tersebut diatas, banyak defenisi lain yang dikemukakan oleh ahli pariwisata antara lain adalah ( Kodhyat : 1983 : 4 ) menjelaskan bahwa Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut pendapat Spillane ( 1982 : 20 ), pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain. Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000 : 46-47 ), Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciriciri pengertian pariwisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, dilakukan untuk sementara waktu, berpinda h-pindah,

dan paling khasnya selalu dikaitkan dengan pertamasyaan, rekreasi dan tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. 2.2 Industri dan Produk Wisata 2.2.1 Industri Pariwisata Bila kita mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan adalah suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap dengan mempergunakan mesin. Demikianlah gambaran industri pada umumnya, tetapi tidak demikian dengan industri pariwisata. Industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travel pada umumnya. ( Yoeti, 1996 : 172 ). Sedangkan menurut Parmadji ( dalam Yoeti 1996 : 153 ), Industri Pariwisata adalah rangkuman daripada berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa / pelayanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun secara tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya. Industri pariwisata mulai dikenal di indonesia setelah dikeluarkan instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, di mana dalam Bab II pasal 3 disebutkan usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan dimana ia sedang dalam perjalanan atau perlawatannya. 2.2.2 Produk Pariwisata Produk Pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lainnya memiliki ciri-ciri berbeda, tidak hanya barang melainkan fasilitas- fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup wisatawan selaku konsumen selama ia dalam

mengadakan perjalanan. Untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata tersebut, ada beberapa pendapat ahli yang akan menjadi acuan. Menurut Burkat dan Medlik, produk pariwisata dapat merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah kepada konsumen (wisatawan/tourist). Sedangkan Medlik dan Middleton menyatakan bahwa, produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi ketempat asalnya. Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3(tiga) unsur yang membentuk suatu Produk Pariwisata, yaitu : Daya Tarik dari Destinasi Fasilitas dari Destinasi Kemudahan dari Destinasi Ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap suatu destinasi, baik atau buruk. Berikut terdapat 6 (enam) unsur produk pariwisata yang membentuk suatu paket pariwisata terpadu yang diuraikan berdasarkan kebutuhan wisatawan, antara lain: Objek dan Daya Tarik Wisata. Jasa Travel Agent & Tour Operator. Jasa Perusahaan Angkutan. Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan. Jasa Souvenir (Cinderamata). Jasa Perusahaan Pendukung. Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memahami ciri-ciri produk pariwisata, antara lain:

Produk pariwisata tidak dapat dipindahkan. Produk pariwisata tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan. Produk pariwisata tidak dapat ditimbun atau disimpan. Produk pariwisata sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis. Produk pariwisata tidak dapat dicoba atau dicicipi. Produk pariwisata sangat tergantung pada faktor manusia. Produk pariwisata memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi. Produk pariwisata tidak memiliki standar atau ukuran yang objektif dalam menilai tingkat mutu produk. serta yang ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaanya ( Suwantoro 1997 : 6 ). 2.2.3 Pengertian Wisata Alam Pariwisata jenis ini sangat banyak menarik wisatawan dari kalangan yang relatif muda karena selain menguras tenaga yang banyak, untuk menikmati wisata ini juga dibutuhkan adrenalin yang tinggi. Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan sumber daya alam yang memiliki daya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaanya ( Suwantoro : 1997 : 6 ). Alam yang menawarkan sejuta keindahannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan wisata, hanya saja sebagai orang yang menjalankan kegiatan wisata ada baiknya memikirkan segala dampak buruk yang terjadi karena eksploitasi alam yang diperuntukkan bagi kegiatan wisata. Untuk itu perlu adanya pelestarian terhadap alam untuk menjaga kelestarian alam, dan juga dapat mengurangi dampak buruk yang terjadi karena ulah manusia terhadap alam. Jenis wisata ini banyak menarik kaum remaja pada umumnya yang memerlukan keuletan dan sikap pantang menyerah. Wisata alam mengandung banyak resiko, karena itu yang menggemari jenis wisata ini perlu memahami resiko-resiko yang tidak boleh

diabaikan karena dapat menyebabkan kecelakaan. Keindahan alam Indonesia dengan berbagai flora dan faunanya merupakan salah satu daya tarik utama kepariwisataan alamnya. 2.3 Uraian Teoritis Tentang Objek dan Atraksi Pariwisata Menurut Yoeti ( 1996 : 172 ) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pariwisata menjelaskan bahwa obyek wisata adalah obyek yang tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain obyek tersebut diadakan tanpa bantuan orang lain. Dan yang dikatakan atraksi merupakan sinonim dari pengertian entertainment, yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dengan melibatkan orang lain. Namun pada dasarnya obyek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu. Menurut Marioti dalam Yoe ti ( 1996 : 174 ) ada 3 hal yang menjadi daya tarik suatu daerah. Ketiga hal tersebut adalah : Hasil ciptaan manusia (man made supply), yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan, kesenian dan keagamaan. Benda- benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural amenities), yang termasuk dalam kelompok ini adalah : iklim, flora dan fauna, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar dan lain-lain. Tata cara hidup masyarakat (the way of life), misalnya : Kerja Tahun / pagelaran acara gendang Karo (Guro-guro), pembakaran mayat di Bali (Ngaben), dan upacara Sekaten di Yogyakarta. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek dan atraksi wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sasaran wisata. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, ada dua jenis objek dan daya tarik wisata yaitu : a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna. Objek dan daya tarik wisata ciptaan tuhan ini merupakan suatu kawasan yang berisi flora dan fauna yang dikuasai dan dikelola untuk dijadikan suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan wisata. Objek dan daya tarik wisata ini dapat dibedakan atas 3 kelompok, yaitu : Objek wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan,dan peternakan. Objek wisata laut, pantai, gunung, dan sebagainya. Objek wisata lembah, gua, gunung, dan sebagainya. Adapun unsur yang membentuk daya tarik sumber daya alam dan sebagai objek wisata adalah keindahan, keunikan dan kelangkaan, banyaknya sumber daya alam yang menonjol yang memiliki ciri-ciri potensi untuk daya tarik pengunjung, keutuhan sumber daya alam kebersihan udara lingkungan. b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia dapat berupa peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata berburu, taman rekreasi dan

tempat hiburan. Jenis-jenis dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia dengan budayanya adalah sebagai berikut : Peninggalan sejarah purbakala. Aneka ragam budaya seperti : adat istiadat, budaya keagamaan, perkawinan, pemakaman, dan lain-lain. Hasil kerajinan tangan dan karya arsitektur. 2.4 Motivasi Perjalanan Wisata Motivasi adalah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, sedangkan Perjalanan wisata dilakukan oleh wisatawan dan di pengaruhi oleh motivasi, profil wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata. Beberapa bentuk motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata adalah sebagai berikut (Yoeti, 1996 : 82 ) : a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahu, untuk mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-puast wiasatawan. b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin ditempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut, misalnya ditepi pantai, pegunugan,pusat-pusat peristrihatan, obyek-obyek wisata, serta wisat alam lainya. c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism). Jenis pariwisata ini biasanya ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, monumen bersejarah peninggalan pradaban masa lalu, atau monumen besar masa kini, dan tempat-tempat besejarah lainnya.

d. Pariwisata untuk urusan dagang (Busines Tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan untuk kegiatan atau urusan-urusan bisnis atau dagang semata, dan berkaitan dengan urusan-urusan bisnis lainnya. e. Pariwisata untuk urusan konferensi (Comvention Turism). Jenis pariwisata mencakup kegiatan konferensi pertemuan baik nasional atau Internasional. f. Pariwisata untuk olah raga (Sports Tourism). Jenis pariwisata olah raga ini dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu: Big sport event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olimpiade Games,kejuaraan ski dunia atau turnamen olah raga lainnya yang banyak menarik penonton. Sportying tourism of the practioners, yaitu peristiwa bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktikan sendiri olah raga tersebut untuk kepentingan mereka sendiri. Seperti pendaki gunung, naik kuda dan olah raga pariwisata lainnya. 2.5 Sarana Dan Prasarana Pariwisata 2.5.1 Sarana Pariwisata Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana kepariwisataan ini harus tetap di jaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhan pengunjung. Ada 3 jenis sarana yang menjadi dasar dalam pariwisata : a. Sarana pokok kepariwisataan Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya tergantung pada kedatangan orang yang melakukan kunjungan dan perjalanan wisata yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Biro perjalanan umum. Perusahaan angkutan umum. Hotel dan akomodasi lainnya.

Restoran, bar, rumah makan dll. Objek dan atraksi wisata ( Yoeti, 1996 :193 ). b. Sarana Pelengkap kepariwisataan Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan yang menyediakan fasilitasfasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedmikian rupa sehingga berfungsi untuk dapat memperpanjang masa tinggal wisatawan di tempat atau di daerah yang di kunjunginya, yang termasuk dalam sarana pelengkap adalah sarana olahraga yaitu, lapangan golf, lapangan tenis, kolam renang, daerah perburuan, permainan bilyard, jackpot dan lain-lain. c. Sarana penunjang Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas- fasilitas yang di perlukan wisatawan, khususnya wisata bisnis yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok tetapi juga membuat para wisatawan lebih betah tinggal di daerah yang di kunjungi tersebut, (Yoeti 1996 : 203) yang termasuk dalam kelompok ini : Nigth club. Casino. Steambath. Olahraga ketangkasan. 2.5.2 Prasarana Pariwisata Prasarana Pariwisata di Berastagi Baik prasarana maupun sarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan Tourist Supply yang perlu dipersiapkan atau di sediakan bilamana akan mengembangkan suatu industri pariwisata karena dalam kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekonomian juga dengan prasarana, semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat

memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. (Yoeti, 1996 : 193). Yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah : a. Prasarana umum, yaitu Prasarana yang menyangkut kebutuhan bagi perekonomian, dan yang termasuk dalam prasarana umum adalah : System penyediaan air bersih. Pembangkit tenaga listrik. Jaringan jalan raya dan jembatan. Airport, seaport, terminal dan stasiun. Telekomunikasi. Alat angkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain. b. Kebutuhan masyarakat banyak, yaitu Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak, dan yang termasuk dalam hal ini adalah : Rumah sakit, apotik. Bank. Pompa bensin. Kantor polisi. Prasarana prasarana di atas diperuntukkan bagi umum dan secara tak langsung juga mendukung dunia pariwisata di suatu daerah, karena keberadaannya dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang tak terduga selama kegiatan wisata berlangsung. Tanpa adanya prasarana tersebut, sukarlah sarana-sarana kepariwisataan untuk dapat memenuhi fungsinya dan memberikan pelayanan bagi wisatawan. Berastagi juga memiliki prasarana prasarana seperti di atas yang dikelola negara

dan juga pihak swasta. Prasarana prasarana tersebut sangat membantu pariwisata yang ada di daerah Berastagi. 2.6 Pengembangan Objek dan Atraksi Wisata Objek wisata merupakan salah satu unsur terpenting dalam pengembangan suatu daerah, karena tujuan merupakan tujuan wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Oleh sebab itu, pengembangan perlu di kelola sebaik-baiknya. Pengelolaan itu tidak saja semata-mata untuk mengelola objek dan daya tarik wisata itu sendiri, namun juga perlu usaha-usaha untuk membangun dan mengembangkan serta mengelola sarana dan prasarana yang mendukung objek dan atraksi wisata. Seorang wisatawan tidak akan dapat menikmati objek dan atraksi wisata apabila untuk mencapai objek itu sendiri sangat sulit dan memakan biaya yang sangat besar. Pengembangan objek wisata adalah suatu usaha untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi nasional di bidang pariwisata sebagai suatu industri penghasil devisa (Yoeti :1985: 64). Perlu kita sadari bahwa ada berbagai alasan utama orang untuk melakukan suatu kegiatan wisata antara lain, alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konverensi, semiar dan lain-lain. Dan pada umumnya mereka sangat mengharapkan kenyamanan, serta keindahan dan kebersihan pada objek yang mereka tuju. Maka untuk itu perlu usaha pengembangan dan pembinaan terhadap objek-objek dan daya tarik wisata tersebut ( Yoeti, 1985 :5 ). Ada beberapa unsur-unsur yang sangat kuat untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata, antara lain : a. b. Harus mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan dan pengembangan.

c. d. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat. Dan menurut UU No. 9/1990 yang merupakan prinsip dasar dalam usaha pengembangan objek dan atraksi wisata antara lain : a. Mampu mendorong peningkatan dan perkembangan kehidupan ekonomi sosial budaya dalam masyarakat. b. Memperhatikan nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. c. Memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. d. Memperhatikan kelestarian usaha pariwisata itu sendiri. Untuk mengelola, mengembangkan suatu objek dan daya tarik wisata tersebut bukanlah hal yang mudah. Karena melibatkan berbagai potensi yaitu potensi sumber daya alam, potensi flora dan fauna, dan potensi sumber daya manusia. Hal ini merupakan tugas masyarakat Indonesia baik dari pemerintah, dunia usaha, juga masyarakat sekitar harus saling mendukung serta memperhatikan potensi sumber daya alam yang dimiliki menjadi tidak rusak dan dapat di gunakan dalam jangka waktu yang lama. Hal yang terpenting agar usaha pengelolaan dan pengembangan objek dan atraksi wisata tersebut dapat memberikan suatu hal yang menarik dan memotivasi wisatawan untuk berkunjung adalah terpenuhinya tiga syarat utama yang harus ada di objek wisata tersebut yaitu : a. Something to do / sesuatu untuk di lakukan. Artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat di lihat dan di saksikan, harus pula di sediakan fasilitas rekreasi dan hiburan yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat itu. b. Something to see / sesuatu untuk di lihat. Artinya di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki

oleh daerah lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus yang tersendiri. Disamping itu harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat di jadikan sebagai entertainments bila orang datang kesana. c. Somethig to buy / sesuatu untuk di beli. Artinya di tempat tersebut selain banyak di lihat dan di lakukan di daerah objek wisata tersebut, harus pula di sediakan fasilitas penjualan souvenir untuk buah tangan dari tempat kunjungan tersebut ke pengunjung, agar nantinya bisa teringat dan kembali lagi mengunjungi objek tersebut ( Yoeti : 1996 : 178 ). Selain dari ketiga hal di atas, dukungan masyarakat adalah yang utama dalam pengembangan objek dan atraksi wisata, baik dukungan dalam bentuk moril maupun materil. Agar terciptanya tujuan dari kegiatan pariwisata seperti dalam GBHN 1993 : Mengamanatkan peranan penting kepariwisataan sebagai sektor andalan, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan berusaha, mendorong pembangunan daerah,melestarikan keindahan alam,budaya dan menjalin kerjasama antar bangsa.