FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS TECHNOLOGY FARMING SOYBEAN AFTER RICE FIELDS IN THE WAEKASAR VILLAGE MOKO DISTRICT, BURU DISTRICT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TEKNOLOGI USAHATANI KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH DI DESA WAEKASAR, KECAMATAN MAKO, KABUPATEN BURU, MALUKU

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Kelayakan Usahatani Varietas Unggul Kedelai di Kabupaten Sleman

Keragaan Usahatani Kacang Hijau di Lahan Suboptimal Kabupaten Sambas

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFISIENSI USAHA TANI PADI, JAGUNG, KEDELAI, DAN KACANG TANAH DI BANTUL EFFICIENCY OF CROP FARMING RICE, CORN, SOYBEAN AND PEANUT IN BANTUL REGENCY

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

LITKAJIBANGRAP. R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman, dan S. Agustini

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN PADI DI KECAMATAN SEBANGKI KABUPATEN LANDAK JURNAL PENELITIAN

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 13 PADA BERBAGAI AGROEKOLOGI LAHAN SAWAH IRIGASI

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MELALUI PENERAPAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT DI SULAWESI TENGGARA

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHA TANI KEDELAI DENGAN POLA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT): STUDI KASUS DI DISTRIK NIMBOKRANG, KABUPATEN JAYAPURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

14,3 13,1 11,1 8,9 27,4 26,4 4. 1,0 1,0 9,9 6. 7,0 15,6 16,1 6,5 6,2 8,5 8,3 10,0

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

REVITALISASI SISTEM AGRIBISNIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) DI DESA EMPAT BALAI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KEDELAI MENGGUNAKAN INOKULAN DI DESA GEDANGAN, KECAMATAN WIROSARI, KABUPATEN GROBOGAN, PROVINSI JAWA TENGAH

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

Kajian Ekonomi Usahatani Kedelai di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisis Usahatani Kacang Tanah sebagai Komoditas Unggulan di Lahan Kering Kabupaten Bantul

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

ANALISIS USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

ANALISIS USAHATANI KEDELAI LAHAN GAMBUT DESA PASIR PALEMBANG KABUPATEN MEMPAWAH

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

IV. METODE PENELITIAN

Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN VARIETAS KACANG HIJAU VIMA I DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENDUKUNGNYA DI LAHAN SAWAH

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TEKNOLOGI USAHATANI KEDELAI SETELAH PADI SAWAH DI DESA WAEKASAR KECAMATAN MAKO, KABUPATEN BURU FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS TECHNOLOGY FARMING SOYBEAN AFTER RICE FIELDS IN THE WAEKASAR VILLAGE MOKO DISTRICT, BURU DISTRICT Ismatul Hidayah 1) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi introduksi usahatani kedelai setelah padi sawah, yang telah dilakukan pada petani kedelai lahan sawah irigasi di Desa Waekasar, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada Tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar (Rp 2.557.000) dibandingkan dengan usahatani petani non-kooperator (1.165.000), dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,40 (petani kooperator), 1,33 (petani non-kooperator). Hasil analisis marginal B/C sebesar 1,36 menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara finansial layak dilakukan karena setiap Rp 100 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan tambahan penerimaan sebesar Rp 136. Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yaitu 556,60 kg/ha atau produktivitas minimal yang harus dicapai 1.486,60 kg/ha. Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg/ha pada petani kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg. Kata kunci : Analisis finansial, Introduksi teknologi, Kedelai, Waekasar - Buru ABSTRACT This study aimed to determine the financial feasibility of the introduction of technology of soybean after rice, which has been done on soy farmers irrigated land in the village of Waekasar, sub Mako, Buru regency in 2006. Used methods of participatory rural understanding of the two groups of farmers, namely farmer cooperators and non-cooperators. Data collected includes data components production.. The results showed that farm farmer cooperators to implement the introduction of technology to provide greater benefits (USD 2.557 million) compared to non-farm farmer cooperators (1.165 million), with a value of R/C respectively are 1.40 (farmers cooperators), 1.33 (non-cooperators farmer). The results of the analysis of marginal B/C of 1.36 indicates that changes in technology components tailored peasants with the introduction of technology is financially feasible for every U.S. $ 100 extra cost incurred by the farmer cooperators due to changing technology components causes additional revenue of Rp 136. Introduction of farming patterns infeasible additional breakeven production is 556.60 kg/ ha or productivity to be achieved at least 1486.60 kg/ha. With additional production of 850 kg/ ha in farmer cooperators then change the technology components worth doing if the price reduction did not reach below the breakeven price is USD 3274.12 / kg. Keywords : financial analysis, technology introduction, Soybean, Waekasar - Buru

PENDAHULUAN Laju permintaan kedelai terus berkecenderungan meningkat dan tingkat produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan kedelai untuk berbagai keperluan. Menurut Suryana (2005), kebutuhan kedelai pada tahun 2004 mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru 0,71 juta ton dan kekurangannya terpaksa di impor. Hanya sekitar 35% dari total kabutuhan yang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Keadaan tersebut tidak dapat dibiarkan terus menerus, mengingat potensi lahan cukup luas, teknologi dan sumberdaya lainnya cukup tersedia. Menghadapi tantangan tersebut diatas maka proses produksi pertanian harus semakin efisien dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, air, sarana produksi hingga penekanan akan susut (loss) produksi pada fase pasca panen. Untuk mendukung efisiensi tersebut teknologi produksi dengan muatan utama efisiensi harus tersedia sebagai acuan (Adie M, dkk, 2000). Aspek efisiensi usahatani menurut Swastika (2004) merupakan pertimbangan utama dalam pengembangan komoditas pertanian pada suatu wilayah. Hal tersebut disebabkan dalam era globalisasi pasar bebas, hanya produk yang dihasilkan secara efisien yang mampu bersaing baik di pasar domestik maupun internasional. Usahatani yang efisien ini dapat dicapai dengan penerapan teknologi tepat guna. Kabupaten Buru merupakan wilayah dengan zona agroekologi paling beragam di propinsi Maluku karena terbagi dalam dua Zona iklim yaitu iklim basah dan kering. Hampir semua jenis tanaman pangan bisa diusahakan karena secara biofisik ditunjang adanya agroekologi yang baik. Berdasarkan inventarisasi peta ZAE oleh Susanto (2003) terdapat areal seluas 84.405 ha (9,89 %) di Kabupaten Buru yang mempunyai potensi untuk pengembangan tanman pangan. Usahatani kedelai sudah cukup lama diusahakan oleh petani dikabupaten Buru, tetapi hasilnya masih jauh dibawah potensi hasil hasil penelitian. Berdasarkan data BPS (2004), produkstivitas rata rata kedelai di Kabupaten Buru tahun 2004 sebesar 1,2 ton/ha sedikit lebih rendah dari produktivitas rata rata nasional 1,3 ton/ha. Produktivitas kedelai di Kabupaten Buru selama enam tahun dari tahun 1999 sampai tahun 2004 mengalami penurunan dengan laju pertumbuhan -0.16 % hal tersebut ada kaitannya dengan laju pertumbuhan produksi yang lebih kecil dari laju pertumbuhan luas panen. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di kabupaten Buru ditunjukkan pada tabel 1. 2

Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai... Rendahnya tingkat produksi yang berakibat pada turunnya produktivitas tersebut disebabkan kebanyakan petani masih menerapkan teknologi minimal antara lain belum digunakannya varietas unggul dan pengelolaan yang kurang baik. Sehingga diperoleh gambaran bahwa keuntungan dari usahatani kedelai dilahan sawah cenderung menurun, akibatnya minat petani untuk menanam kedelai semakin menurun. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas kedelai di Kabupaten Buru selama 6 tahun ( 1999-2004) Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 342 388 346 213 371 294 391 463 422 253 373 347 1,19 1,19 1,20 1,18 1,90 1,18 Laju Pertumbuhan (%) 3,52 1,99-0,16 Sumber : Data BPS diolah Pernyataan tersebut diatas senada dengan pendapat Noor (2002) kebanyakan varietas kacang kacangan lokal yang ada dipandang tidak responsif terhadap perbaikan pengelolaan dan memiliki resiko hasil yang tinggi akibat mudah terpangaruh oleh stres biotik maupun abiotik oleh karena itu diperlukan penggunaan varietas unggul yang stabil, hasil tinggi dan tahan penyakit serta peningkatan perhatian pada pengelolaan tanaman yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Peluang peningkatan produksi dan produktivitas kedelai masih memungkinkan untuk dilakukan dengan peningkatan produktivitas lahan dan perbaikan teknologi budidaya kedelai, karena rata-rata produktivitas ditingkat petani masih dibawah potensi hasil atau hasil penelitian. Untuk mengetahui tingkat kelayakan komponen teknologi yang diintroduksikan kepada petani kedelai dilahan sawah maka dibutuhkan suatu analisis finansial yang bertujuan untuk menentukan nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total, marginal B/C serta nilai titik impas tambahan produksi dan titik impas harga yang merupakan tujuan dari penelitian ini. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di lokasi Pengkajian Peningkatan Produktivitas Lahan Berbasis Tanaman Pangan pada Lahan Sawah Irigasi di Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru, Maluku 3

pada Tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif secara terseleksi, materi diskusi ditekankan pada input komponen teknologi yang diterapkan petani dalam budidaya kedelai setelah padi sawah. Kelompok diskusi dibagi menjadi dua yaitu petani kooperator (menerapkan teknologi introduksi) terdiri dari 1 kelompok tani yang beranggotakan 10 petani dan kelompok petani non-kooperator (menerapkan teknologi asli) terdiri dari 2 kelompok tani yang beranggotakan 20 petani. Materi diskusi disusun dalam bentuk panduan yang berfungsi untuk mengarahkan diskusi menjadi tepat sasaran. Data yang dikumpulkan difokuskan pada data sarana produksi yang digunakan, biaya produksi, produksi fisik dan harga produksi persatuan fisik. Sebagai data pelengkap dilakukan pengumpulan data sekunder dari Kantor Desa, Dinas Pertanian dan informasi kunci dari PPL setempat. Tingkat kelayakan usahatani kedelai setelah padi sawah yang diterapkan petani kooperator dan teknologi asli yang diterapkan oleh petani non-kooperator ditentukan berdasarkan Analisis Anggaran Parsial. Sedangkan kelayakan usahatani akibat perubahan teknologi sesuai teknologi introduksi di analisis dengan Analisis Losses and Gains untuk mendapatkan nilai Marginal B/C ( MB/C = Total Gains/Total Losses). Selain itu digunakan juga Analisis Titik Impas Tambahan Produksi (TIP = Total Losses/Harga Jual ) dan Titik Impas Harga (TIH = Total Losses + Total Biaya semula/total Produksi) untuk mengevaluasi kelayakan perubahan komponen teknologi (Swastika, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Kelayakan suatu usahatani dapat ditentukan dari tingkat keuntungan yang dapat dicapai berdasarkan nilai indeks R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Sedangkan tingkat tambahan penerimaan dan keuntungan akibat penerapan suatu teknologi introduksi dapat di tentukan berdasarkan nilai marginal B/C (Swastika, 2004). Hasil analisis anggaran parsial untuk menentukan kelayakan suatu usahatani kedelai yang dilakukan petani nonkooperator dan petani kooperator disajikan pada Tabel 2 dan 3. Analisis Anggaran Parsial Usahatani Kedelai Petani Non-kooperator Dari hasil analisis di peroleh nilai R/C atas biaya tunai 1,33 berdasarkan harga jual kedelai yang berlaku saat itu yaitu Rp 5000/kg. Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara finansial usaha tani kedelai di lahan sawah dengan teknologi petani masih menguntungkan (layak secara finansial) dengan tingkat keuntungan 33 % dari total biaya tunai yang dikeluarkan. Keuntungan 4

Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai... finansial atas biaya tunai yang diperoleh petani non kooperator sebesar Rp 1.165.000. Dalam analisis tersebut opportunity cost dari lahan tidak diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya karena sebagian besar petani di desa Waekasar mengusahakan lahan sendiri. Tabel 2. Analisis Anggaran Parsial Sederhana Usahatani kedelai yang dikelola petani nonkooperator Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru A. Komponen biaya (Rp/ha/musim) Volume Satuan Harga Total harga 1. Sewa lahan 1 ha 500000 500000 2. Sewa traktor 1 Borong 600000 600000 3. Tenaga kerja - Mencangkul 7 HKP 30000 210000 - Menanam 16 HKW 20000 320000 - Memupuk 2 HKP 30000 60000 - Menyiang 10 HKW 20000 200000 - Menyemprot 9 HKP 30000 270000 - Panen 12 HKP 30000 360000 - Penjemuran 3 HKP 30000 90000 - Pembersihan 2 HKW 20000 40000 - Perontokan 1 Borong 300000 300000 Total biaya tenaga kerja 1850000 4. Bahan - benih 40 Kg 10000 400000 - pupuk urea 100 Kg 1500 150000 - Dithane M45 1 Kg 80000 80000 - Gusadrin 2 botol 35000 70000 - Sprin 5 botol 10000 50000 - Gandasil B 8 bungkus 5000 40000 Total biaya bahan 790000 5. Total biaya diluar bunga 3740000 6. Bunga modal (10 % x biaya tunai pra panen) 245000 7. Total biaya tunai 3485000 8. Total biaya 3985000 B. Penerimaan (Rp) 930 Kg 5000 4650000 C. Keuntungan finansial atas biaya tunai 1165000 Keuntungan finansial atas biaya total 665000 D. R/C rasio biaya tunai 1,33 R/C rasio biaya total 1,16 Sumber : Analisa Data Primer Sebagai informasi dalam berinvestasi opportunity cost dari lahan harus diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya, berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai R/C atas biaya total 1,16. Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 100 biaya total dari input produksi yang 5 dikeluarkan petani non kooperator mampu memberi imbalan penerimaan sebesar Rp 116, artinya secara finansial usahatani kedelai tersebut masih layak (menguntungkan). Keuntungan finansial atas biaya total yang diperoleh petani non

kooperator sebesar Rp 665.000 Tingkat penggunaan input produksi dan hasil 9000000 8000000 Teknologi petani Teknologi introduksi 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 Penerimaan Total biaya tunai Keuntungan Gambar 1. Grafik Penggunaan Komponen Biaya dan Pendapatan analisis usahatani kedelai disajikan pada Tabel 2. Bila dilihat dari penggunaan input produksinya yang berupa pupuk, pestisida, herbisida dan alokasi tenaga kerja, maka input teknologi petani non-kooperator masih tergolong input produksi rendah bila dibandingkan dengan teknologi introduksi, misalnya petani tidak terbiasa menggunakan pupuk organik yang sebenarnya pupuk tersebut tersedia banyak di lokasi, tingkat penggunaan input produksi oleh petani kooperator dan petani non kooperator di tunjukkan pada Gambar 1. Petani kooperator. Perubahan komponen teknologi yang dilakukan oleh petani kooperator mengakibatkan berubahnya struktur biaya dan pendapatan, perubahan biaya meliputi biaya bahan (benih, pupuk, pestisuda dan herbisida) dan biaya tenaga kerja seperti disajikan pada Tabel 2. Dari hasil analisis diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 1,40 artinya dari setiap Rp 100,0 biaya input produksi yang dikeluarkan petani kooperator mampu memberikan imbalan penerimaan Rp 140 atau tingkat keuntungan yang diperoleh 40% dari total biaya tunai yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan yang diperoleh akibat menerapkan teknologi introduksi Rp. 2.557.000. Sedangkan bila opportunity cost dari lahan diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya diperoleh nilai R/C atas biaya total sebesar 1,30 artinya tingkat keuntungan yang diperoleh sebesar 30% dari biaya total yang dikeluarkan dengan nilai keuntungan Rp. 2.057.000. Berdasarka kedua nilai dari R/C tersebut menunjukkan 6

Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai... bahwa teknologi introduksi yang diterapkan oleh petani kooperator secara finansial layak (menguntungkan). Tabel 2. Analisis Anggaran Parsial Sederhana Usahatani kedelai yang dikelola Petani Kooperator di Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru. A. Komponen biaya (Rp/ha/musim) Volume Satuan Harga Total harga 1. Sewa lahan 1 ha 500000 500000 2. Sewa traktor 1 Borong 600000 600000 3. Tenaga kerja - Mencangkul 7 HKP 30000 210000 - Menanam 16 HKW 20000 320000 - Memupuk 8 HKP 30000 240000 - Menyiang 21 HKW 20000 420000 - Menyemprot 12 HKP 30000 360000 - Pemberian mulsa jerami 4 HKP 30000 120000 - Panen 12 HKP 30000 360000 - Penjemuran 1 HKP 30000 30000 - Pembersihan 6 HKW 20000 120000 - Perontokan 1 Borong 300000 300000 Total biaya tenaga kerja 2480000 4. Bahan - benih 45 Kg 15000 675000 - pupuk urea 100 Kg 1500 150000 - pupuk KCL 150 Kg 3500 525000 - pupuk SP 36 100 Kg 3500 350000 - pupuk kandang (bhn organik) 40 Karung 5000 200000 - herbisida gramaxon 2 Liter 90000 180000 - herbisida paraquat 1 Liter 95000 95000 - herbisida regent 0,5 Liter 250000 125000 - herbisida spontan 1 Liter 200000 200000 - fungisida manconseb 0,5 Kg 120000 60000 - fungisida confidon 1 Liter 185000 185000 - Gandasil B 3 Bungkus 5000 15000 Total biaya bahan 2760000 5. Total biaya diluar bunga 6340000 6. Bunga modal (10 % x biaya tunai pra panen) 503000 7. Total biaya tunai 6343000 8. Total biaya 6843000 B.-Penerimaan 1( Rp) 1780 Kg 5000 8900000 C. Keuntungan finansial atas biaya tunai 2557000 Keuntungan finansial atas biaya total 2057000 D. R/C rasio biaya tunai 1,40 R/C rasio biaya total 1,30 Sumber : Analisa Data Primer Penggunaan input produksi oleh petani kooperator lebih produktif dibandingkan dengan petani nonkooperator, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Perbedaan nilai keuntungan antara petani kooperator (teknologi introduksi) dan non-kooperator (teknologi petani) lebih besar dibandingkan dengan 7

perbedaan nilai total biaya antara petani kooperator dan non-kooperator. Keadaan tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C atas biaya total dan biaya tunai yang lebih besar dari pada petani kooperator dibandingkan dengan petani non-kooperator. Analisis Parsial Perubahan Komponen Teknologi. Perubahan penggunaan komponen teknologi dievaluasi kelayakannya dengan menggunakan Analisis Losses and Gains (Tabel 3). Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi oleh petani dengan teknologi introduksi menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp 3,7 juta/ha/musim dan tambahan keuntungan Rp 1,6 juta/ha/musim dengan harga jual kedelai pada saat itu Rp 5000/kg. Tabel 3. Analisis Parsial Perubahan Komponen Teknologi Perubahan komponen teknologi Selisih Teknologi A. Losses (korbanan) 1. Tambahan biaya benih 275000 2. Tambahan biaya pupuk - Urea -75000 - KCL 525000 - SP36 350000 - Pupuk Kandang (bahan organik) 200000 3. Tambahan biaya Pestisida dan Herbisida 620000 4. Tambahan biaya tenaga kerja 630000 5. Tambahan bunga modal 258000 Total Losses 2783000 B. Gains (Perolehan) Tambahan penerimaan 3785000 C. Marginal B/C 1.36 Sumber : Analisa Data Primer Hasil analisis marginal B/C diperoleh nilai sebesar 1,36 nilai rasio tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi sesuai teknologi introduksi akan menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan sebesar Rp 1,36. Total tambahan biaya, total tambahan penerimaan dan total tambahan keuntungan akibat mengganti komponen teknologi ditunjukkan pada Gambar 2. 8

. 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 Tambahan penerimaan Tambahan Biaya Tambahan Keuntungan Gambar 2. Grafik Tambahan biaya, penerimaan, keuntungan Nilai marginal R/C menunjukkan angka >1, hal ini berarti bahwa perubahan komponen teknologi sesuai teknologi introduksi layak sekali untuk dilakukan dengan harga jual Rp..5000/kg. Analisis Titik Impas Tambahan Produksi dan Harga Analisis titik impas tambahan produksi dan harga dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan dari teknologi introduksi. Kedua analisis tersebut disajikan pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4. Analisis Titik Impas Tambahan Produksi Kedelai Perubahan komponen teknologi Nilai (Rp) A. Losses (korbanan) 1. Tambahan biaya benih 275000 2. Tambahan biaya pupuk 1000000 3. Tambahan biaya Pestisida dan Herbisida 620000 5. Tambahan biaya tenaga kerja 630000 6. Tambahan bunga modal 258000 Total Losses 2783000 B. Gains (Perolehan) Harga jual produksi x Tambahan Produksi (dy) 5000 dy C. Titik Impas Tambahan Produksi (dy) dalam Kg 556.60 Sumber : Analisa Data Primer Titik impas tambahan produksi untuk petani kooperator pada harga jual kedelai Rp 5000/kg (Tabel 4), adalah 556,60 kg. Artinya perubahan komponen teknologi

sesuai teknologi introduksi layak untuk dilakukan jika perubahan tersebut dapat meningkatkan tambahan produksi kedelai minimal 556,60 kg/ha. Dengan kata lain produktivitas kedelai yang dicapai petani harus lebih tinggi dari 1486,60 kg/ha, karena pada tingkat produksi tersebut keuntungan yang diperoleh petani akibat mengganti komponen teknologi akan sama dengan tingkat keuntungan petani non kooperator (tanpa merubah komponen teknologi). Dengan produktivitas 1780 kg /ha seperti yang dicapai petani kooperator maka perubahan komponen teknologi sesuai dengan teknologi introduksi layak untuk dilakukan. Hasil analisis pada Tabel 5 diperoleh titik impas harga kedelai (TIH) dengan tambahan produksi 850 adalah sebesar Rp 3.274,12/kg. Hal ini berarti bahwa dengan tambahan produksi 850 kg/ha maka perubahan komponen teknologi bisa dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga dari petani kooperator (harga semula Rp 5000/kg). Jika harga tetap Rp 5000/kg maka perubahan komponen teknologi (teknologi introduksi) layak sekali untuk dilakukan. Tabel 5. Analisis Titik Impas Harga Kedelai Perubahan komponen teknologi Nilai (Rp) A. Losses (korbanan) 1. Tambahan biaya benih 275000 2. Tambahan biaya pupuk 1000000 3. Tambahan biaya Pestisida dan Herbisida 620000 5. Tambahan biaya tenaga kerja 630000 6. Tambahan bunga modal 258000 Total Losses 2783000 B. Gains (Perolehan) Tambahan Produksi x harga jual produksi (Hy) 850 Hy C. Titik Impas harga (Hy) dalam Rp 3274.12 Sumber : Analisis Data Primer KESIMPULAN DAN SARAN 1. Usahatani kedelai setelah padi sawah baik petani kooperator (menerapkan teknologi introduksi) maupun petani non-kooperator (teknologi asli) menguntungkan atau layak secara finansial dengan nilai R/C atas biaya tunai yaitu 1,40 (kooperator) dan 1,33 (non-kooperator). 2. Usahatani pola introduksi (petani kooperator) mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani petani non-kooperator yaitu masing masing Rp 2.057.000/ha (kooperator), Rp 1.165.000./ha (non kooperator.). 3. Penggunaan input produksi petani kooperator lebih produktif dari pada 10

Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai... usahatani petani non-kooperator. Setiap Rp 100 biaya input produksi yang dikeluarkan petani kooperator mampu memberikan imbalan keuntungan Rp 40 sedangkan usahatani petani nonkooperator dengan jumlah input biaya yang sama memberikan keuntungan Rp 33. 4. Hasil analisis marginal B/C menunjukkkan bahwa untuk setiap Rp 100 tambahan biaya yang dikeluarkan petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi sesuai teknologi introduksi akan diperoleh tambahan penerimaan yaitu Rp 1,36 artinya perubahan komponen teknologi sesuai teknologi introduksi layak untuk dilakukan. 5. Perubahan komponen teknologi sesuai teknologi introduksi layak untuk dilakukan karena produktivitas kedelai petani kooperator sebesar 1780 kg/ha sedangkan produktivitas minimal yang harus dicapai petani kooperator yaitu 1.486,60 kg/ha berdasarkan titik impas tambahan produksinya (556,60 kg/ha). Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg maka perubahan komponen teknologi bisa dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg. DAFTAR PUSTAKA Adie,M.M. dkk., 2000. Laporan Tahunan Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian.. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanaman Pangan BPS Seri, 1999-2004. Maluku Dalam Angka 1999-2004. Badan Pusat Statistik Propinsi Maluku 1999-2004. Susanto, A.N. dan M.P. Sirappa. 2004. Arahan Penggunaan Lahan di Dataran Wai Apu, Kabupaten Buru. Provinsi Maluku. BPTP Maluku, Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Suryana. A. Dkk., 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Swastika. D. K. S. 2004. Beberapa Teknik Analisis Dalam Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.7, No.1, Januari 2004: 90 103. Noor, Z., 2002. Pemanfaatan Kacang kacangan Potensial daalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 11