BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketika berbicara soal makanan, bisa dipastikan hampir semua menyukai

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasak adalah suatu proses menciptakan sebuah. makanan dengan mengurutkan konsep yang ada yaitu langkahlangkah

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tarik wisatawan domestik maupun asing. Selain itu Jakarta juga sebagai kota

Soto Betawi. Penyusunan Data Master Referensi Nilai Budaya Takbenda Untuk Output Layanan Data Dan Informasi Kota Administrasi Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjemahan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Di dalam beberapa karya pustaka kuno (naskah kuno) baik langsung

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. merupakan makanan pokok umum bagi masyarakat di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB 2 DATA DAN ANALISA

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia, terdiri dari berbagai suku. Tiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sebagai sumber pendapatan tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah-wilayah yang mempunyai potensi objek wisata (Aripin, 2005).

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dalam jenis, teknologi, dan penyajian kuliner tradisional. Keberadaan kuliner tradisional pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari adat istiadat suatu masyarakat tertentu, sehingga kuliner tradisional dapat menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Wisata kuliner saat ini sedang menjadi tren wisata baru, baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Pencarian wisatawan terhadap kuliner lokal, sangat erat kaitannya dengan ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi tempat yang mereka percaya sebagai komunitas asli masyarakat lokal. Beberapa kuliner di Surakarta memiliki sisi historis yang unik, misalnya nasi liwet. Makanan yang terdiri dari nasi putih gurih, irisan daging ayam, sambal goreng labu siam, kumut (santan kental) dan telur kukus ini, pada awalnya adalah menu hidangan Raja-raja Kraton Surakarta. Resepnya diwariskan turun temurun dan telah berusia ratusan tahun. Seiring berjalannya waktu, nasi liwet bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Begitu pula dengan hidangan kuliner kraton lainnya, yang saat ini dapat digemari dan dinikmati masyarakat luas. Pada tanggal 9-10 Juli 2010, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta bekerjasama dengan kraton Surakarta menyelenggarakan Kraton Art Festival II. Kegiatan ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat dan wisatawan, bahwa kraton tidak hanya sebagai peninggalan sejarah yang berupa bangunan dan 1

benda-benda pusaka saja, tetapi juga membuktikan eksistensi kraton dalam menjalankan tata cara dan upacara adat Jawa. Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Surakarta dengan daya tarik Surakarta sebagai kota budaya. Dalam Kraton Art Festival II memperlihatkan kuliner yang biasa disuguhkan di dalam kraton yang saat ini sudah mulai ditinggalkan, seperti buah siwalan yang dimasak dengan gula aren, pisang raja yang dikukus dengan daun pisang hingga mengeluarkan madu, dan beberapa makanan lain yang saat ini sudah jarang ditemukan. Surakarta dikategorikan sebagai kota besar dan menjadi salah satu kota penting di Indonesia walaupun bukan merupakan ibukota propinsi. Masyarakat Surakarta masih mempertahankan kehidupan tradisionalnya dengan menempatkan kraton sebagai poros kebudayaan Jawa. Berbagai tradisi untuk menyajikan makanan dan minuman, terbagi dalam aktifitas keseharian Raja sebagai pemimpin kraton, kegiatan upacara tradisi yang diselenggarakan kraton, kegiatan upacara tradisi yang dilakukan masyarakat, serta penyajian makanan dan minuman tradisional masyarakat Surakarta sehari-hari. Selain masih mempertahankan kehidupan tradisionalnya, masyarakat Surakarta juga mengadopsi kehidupan modern, seperti munculnya hotel berbintang, kafe, pub, bar, diskotik, dan tempattempat hiburan lain yang sengaja dibangun untuk mengikuti kebutuhan jaman. Dalam kajian historis, Surakarta telah menjadi kota kosmopolitan pada awal abad ke-20 dengan tumbuhnya pusat-pusat hiburan maupun pusat gaya hidup baru kaum modern. Pengaruh gaya hidup Eropa yang dibawa oleh orang-orang Belanda yang tinggal di Surakarta, membawa bentuk-bentuk kesenian kota, hiburan, serta berbagai macam bentuk rekreasi yang bersifat modern. Bentuk-bentuk kesenian, hiburan, dan rekreasi modern tersebut, commit berhasil to user menjadi tren baru yang juga 2

digemari dan disukai oleh masyarakat pribumi, terutama golongan menengah ke atas. Dengan tumbuhnya tempat-tempat hiburan berskala modern, membawa konsekuensi terhadap perkembangan kuliner di Surakarta yang menyesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan jaman. Surakarta sejak lama telah berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Kehadiran bangsa-bangsa lain maupun etnis-etnis lain dari luar Surakarta, menyebabkan pertemuan beberapa kebudayaan yang berlainan menjadi semakin erat. Kebudayaan asing yang dibawa oleh masing-masing etnik, mempunyai struktur sosial yang berbeda-beda dan bercampur di wilayah Surakarta. Akibat pertemuan dan persinggungan kebudayaan tersebut, kebudayaan Jawa di Surakarta diperkaya dengan berbagai unsur kebudayaan lain. Lambat laun, pengaruh tersebut semakin besar dan mempengaruhi berbagai bidang serta unsur kebudayaan Jawa, termasuk juga kuliner. Perkembangan kuliner di Surakarta dipengaruhi oleh sentuhan-sentuhan kebudayaan lain, seperti kebudayaan Eropa yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda dan kebudayaan Timur Asing. Dinamika perkembangan kuliner di Surakarta mengalami banyak perubahan yang signifikan sejalan dengan perubahan stratifikasi sosial dalam masyarakatnya, setelah kraton Surakarta tidak lagi memiliki kekuasaan mengatur kehidupan sosial masyarakat di Surakarta. Kraton Surakarta kini hanya menjadi simbol dan poros kebudayaan Jawa, tetapi tidak lagi memiliki kekuasaan yang dapat mengatur masyarakatnya. Kraton Surakarta sudah tidak lagi memiliki kekuatan politik dan birokratik dalam konteks nasional, pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa kraton memiliki akumulasi pengetahuan kejawen dan merupakan warisan budaya yang commit tidak to ternilai user besarnya. Kraton Surakarta 3

merupakan a living heritage, tonggak sejarah dan budaya. Dengan demikian, hal utama yang perlu dilakukan adalah pemeliharaan, pelestarian, dan pengembangan warisan akumulasi pengetahuan kejawen. Hal ini dilakukan demi menjamin kelanjutan eksistensi kraton Kasunanan ke masa depan. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin kompleks, sangatlah menarik untuk diketahui bagaimanakah perkembangan kuliner kraton hingga saat ini. Kuliner kraton Kasunanan kini dihadapkan pada sejumlah tantangan, akankah terus berdiri kokoh di tengah arus globalisasi yang semakin menguat, atau mampukah kuliner kraton menempatkan diri untuk memperkokoh eksistensi budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Surakarta? Mungkinkah perkembangan arus globalisasi justru melemahkan dan menghilangkan kuliner kraton? Pertanyaan-pertanyaan dasar tersebut, dipandang perlu untuk mengadakan penelitian ilmiah guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam, berikut dengan pengkajiannya. B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Menggarisbawahi latar belakang masalah tersebut diatas, secara garis besar mengandung pengertian: a. Kuliner merupakan salah satu hasil kebudayaan dan merupakan identitas budaya lokal. Kuliner adalah penanda identitas yang tidak terlalu jelas. Akan tetapi, memasak dan makanan memungkinkan adanya aturan-aturan yang didefinisikan secara sosial. Keduanya secara langsung mempengaruhi tubuh si individu (Nordholt (ed.), 2005:223). Suatu analisis mengenai 4

perkembangan kuliner di Kraton Surakarta, dapat memberikan pengetahuan mengenai identitas budaya yang berkembang di lingkungan kraton. b. Kuliner merupakan perangkat simbolis dalam upacara tradisi yang diselenggarakan oleh kraton Surakarta. Pada hakekatnya, perangkat simbolis bermakna sebagai pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat. Simbol-simbol tidak hanya sekedar mengandung makna, tetapi juga merangsang manusia untuk bersikap sesuai dengan makna simbol. c. Dinamika perkembangan kuliner sejalan dengan perubahan stratifikasi sosial dalam masyarakatnya, setelah kraton Surakarta tidak lagi memiliki kekuasaan dalam kehidupan sosial masyarakat. Perubahan ini mempengaruhi sikap dan cara berpikir, serta bertindak sesuai dengan tuntutan jaman. Perubahan yang terjadi, memunculkan permasalahan baru mengenai kuliner dan hubungannya dengan stratifikasi sosial yang berkembang di dalam kraton Surakarta. Dengan demikian, dipandang perlu mengadakan penelitian ilmiah untuk mendapatkan informasi mengenai kuliner di dalam kraton Surakarta dan juga untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kuliner dengan stratifikasi sosial yang berlaku dalam masyarakat Surakarta. 2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara lebih mendalam, perlu dibuat batasan-batasan khusus, agar dapat ditelusuri langkah-langkah identifikasi masalah dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan dalam penelitian. Unit analisa dalam penelitian ini, adalah perkembangan kuliner dan kaitannya dengan status sosial commit masyarakat to user Jawa dalam lingkungan kraton 5

Surakarta. Penelitian ini menganalisis mengenai perkembangan kuliner dan usaha masyarakat dalam mengidentifikasikan dirinya (berkenaan dengan kuliner) dengan kemajuan jaman, baik secara sosial maupun politik. Penelitian ini mengambil lingkup spasial dengan pertimbangan bahwa Surakarta sebagai kota kosmopolitan, memiliki kemajuan yang cukup pesat pada awal abad XX dengan dinamika kehidupan sosial dan politik yang tinggi. Masyarakat Surakarta juga mempunyai segregasi sosial yang khas dengan pembagian masyarakat tradisionalnya, yaitu: Raja, priyayi, dan kawula. Namun, segregasi sosial masyarakat Surakarta mengalami banyak perubahan yang signifikan setelah kraton Surakarta tidak lagi memiliki kekuasaan dalam tatanan kehidupan sosial di Surakarta. 3. Perumusan Masalah Terkait dengan dasar pemikiran pada latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: a. Jenis kuliner apa saja yang berkembang di dalam kraton Surakarta, terkait dengan jenis kuliner asli dan jenis kuliner yang diadaptasi dari luar kraton Surakarta? b. Bagaimana proses akulturasi dan adaptasi budaya kuliner di kraton Surakarta? c. Kuliner apa saja yang digunakan dalam upacara tradisi kraton Surakarta dan makna simbolik yang terkandung didalamnya? d. Apakah ada hubungan antara kuliner dan stratifikasi sosial di lingkungan kraton Surakarta? 6

C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini difokuskan untuk mencari, menemukan makna simbolis, dan mendiskripsikan secara mendalam dan menyeluruh melalui kajian terhadap kuliner di kraton Surakarta. Tujuan tersebut secara rinci, adalah sebagai berikut: 1. Mencari dan menguraikan jenis-jenis kuliner yang dianggap asli dari kraton Surakarta dan yang diadaptasi dari luar. 2. Mendeskripsikan proses akulturasi dan adaptasi budaya kuliner di kraton Surakarta. 3. Mendeskripskan kuliner yang digunakan dalam upacara tradisi dan mengkaji makna simbolis yang terkandung dalam kuliner pendukung upacara tradisi sebagai ekspresi budaya Jawa dalam bentuk materi. 4. Mengkaji ada atau tidaknya hubungan antara kuliner dengan stratifikasi sosial yang berlaku dalam masyarakat. Hasil kajian tersebut akan digunakan untuk verifikasi dan sekaligus untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara umum maupun khusus. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi kajian budaya Jawa. Indonesia sangatlah kaya akan keanekaragaman makanan tradisionalnya, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memaparkan perkembangan kuliner, khususnya yang ada di dalam kraton Surakarta. Perkembangan kuliner di kraton Surakarta, mencakup 7

makanan keseharian dan kegemaran Raja sebagai pemimpin kraton, dan makanan untuk kegiatan upacara tradisi kraton. 2. Secara Praktis Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang akan mengkaji mengenai perkembangan kuliner di kraton Surakarta dengan paradigma ataupun fenomena budaya yang lain. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan panduan awal bagi para pembaca yang masih awam atau belum mengetahi mengenai perkembangan kuliner di kraton Surakarta. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: Bab I pendahuluan, pada bab ini meliputi: latar belakang masalah, masalah penelitian yang mencakup: identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah; tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis, dan yang terakhir adalah sistematika penulisan. Bab II landasan teori dan kerangka pikir. Pada bab ini akan membahas mengenai teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang diteliti. Teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan, meliputi: konsep kuliner, budaya kraton dan luar kraton, ekspresi budaya dalam bentuk materi, dan yang terakhir adalah simbol status. Selain teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan, pada bab ini juga disertai dengan kerangka pikir untuk memperjelas alur berpikir dalam penelitian ini. Bab III metode penelitian. Bab ini memberikan garis besar kerangka pemikiran dengan gambaran rinci dan runtut mengenai prosedur penelitian dengan memperhatikan masalah penelitian commit yang to telah user dikemukakan. Penelitian ini 8

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan strategi studi kasus tunggal. Tenik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipasi pasif dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposif dan snowball sampling. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan tiga komponen, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menguraikan dan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi: jenis kuliner yang dianggap asli dari kraton dan yang diadaptasi dari luar, proses adaptasi dan akulturasi budaya kuliner, kuliner yang digunakan dalam upacara tradisi kraton, makna simbolis kuliner sebagai ekspresi budaya Jawa, dan yang terakhir adalah hubungan antara kuliner dengan stratifikasi sosial yang berlaku dalam masyarakat Surakarta. Bab V kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan mulai dari pendahuluan hingga hasil penelitian dalam bentuk pernyataan singkat yang menjawab semua masalah penelitian. Selain kesimpulan, bab ini juga menguraikan rekomendasi-rekomendasi sehubungan dengan hasil penelitian. 9