HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO)

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dumping dan Anti Dumping

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

PENDAHULUAN EKONOMI LINGKUNGAN. EKONOMI LINGKUNGAN (ESL ) Pertemuan 1 Dept. Ekonomi Sumberdaya & Lingkungan

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BAHAN KULIAH. Safeguard TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

Definisi (1) Definisi (2) 3/20/2014

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum OLEH:

UPAYA PENGHAPUSAN BENSIN BERTIMBAL MELALUI INSTRUMEN HUKUM

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Norma, Moral, dan Etika dalam Bisnis Global

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

SKRIPSI. Oleh : SANDRA DODY TRISNA B

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan

Sessi. Dosen Pembina:

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap


BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FUNGSI KEPABEANAN Oleh : Basuki Suryanto *)

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Northeast Georgia Regional Development Center (1999) menjelaskan beberapa. indikator pencemaran sungai sebagai berikut:

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN. hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke-3 setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, manager produksi harus mempunyai

Isu Prioritas - Standar (SNI)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

STANDAR INDUSTRI HIJAU

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2017

Regulasi PCB di Indonesia

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BABI PENDAHULUAN mendasar, mudahnya perpindahan arus barangfjasa, faktor produksi dan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2017

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

PERTENTANGAN ANTARA FREE TRADERS DAN ENVIRONMENTALIST FREE TRADERS ENVIRONMENTALISTS menghendaki penghapusan semua hambatan perdagangan Khawatir isu perlindungan lingkungan hidup dijadikan sebagai alat proteksi khususnya oleh negara maju Peningkatan perdagangan internasional akan meningkatkan tambahan sumber daya untuk investasi dalam perlindungan lingkungan hidup akan ada konflik antara liberalisasi perdagangan dengan perlindungan lingkungan hidup Penghapusan hambatan-hambatan perdagangan akan melemahkan upaya perlindungan lingkungan hidup Perdagangan bebas akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya meningkatkan produksi dan konsumsi yang membawa konsekuensi pada peningkatan polusi serta tekanan terhadap sumber daya alam.

PERTENTANGAN KEPENTINGAN ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG NEGARA MAJU NEGARA BERKEMBANG menghendaki dan sangat mendukung upaya perlindungan lingkungan global Khawatir bahwa upaya memajukan ekonomi oleh negara berkembang melalui sektor perdagangan dilakukan dengan peingkatan produksi dan ekspor barang yang dapat merusak sumber daya lingkungan hidup Lebih mengutamakan tujuan ekonomi untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju Mengikuti jalan yang pernah diterapkan oleh negara-negara maju untuk meningkatkan pembangunan ekonomi; Perdagangan bebas akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya meningkatkan produksi dan konsumsi yang membawa konsekuensi pada peningkatan polusi serta tekanan terhadap sumber daya alam. Masalah lingkungan hidup harus diatur dalam sistem perdagangan internasional Cenderung akan dipergunakan oleh negara maju sebagai trade barrier

PERTENTANGAN PERATURAN PERATURAN INTERNASIONAL KETENTUAN WTO MULTILATERAL ENVIRONMENTAL AGREEMENTs (MEAs) Menghendaki perdagangan bebas termasuk barang-barang dan atau jasa yang potensial menggangu sumber daya lingkungan hidup, seperti produk rekayasa genetika, spesies yang terancam punah, limbah B3, jasa transportasi, energi dan jasa-jasa lain. Tidak membenarkan adanya diskriminasi atau perbedaan perlakuan antara negara-negara anggota WTO Menghendaki agar tindakan perdagangan selalu memperhatikan kehati-hatian terhadap dampak lingkungan hidup. Memungkinkan negara-negara anggota mengurangi tingkat perdagangan internasionalnya terhadap negara lain yang bukan anggota, terutama negaranegara yang buruk kebijakan lingkungan hidupnya. Tujuannya untuk mempengaruhi sikap negara bukan anggota. Merupakan bentuk diskriminasi

NATIONAL TREATMENT Article III.1GATT Tidak membenarkan adanya perlakuan diskriminasi terhadap barang impor. Barang harus diperlakukan sama terlepas apakah proses produksi ramah atau tidak terhadap lingkungan REMEDY Article III.1.2. GATT Terhadap barang yang serupa merupakan subjek pajak yang sama. Tidak menguntungkan bagi barang-barang yang produksinya sudah dikenai biaya lingkungan hidup SUBSIDIES Article XVI GATT Semua bentuk subsidi dilarang tanpa ada pembedaan tujuan subsidi. Dengan demikian subsidi berkenaan dengan upaya perlindungan lingkungan hidup juga dilarang KETENTUAN WTO LEBIH MENGUTAMAKAN PERDAGANGAN DARIPADA MASALAH PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP

KEBIJAKAN PERDAGANGAN DOMESTIK YANG TERKAIT DENGAN MASALAH LINGKUNGAN HIDUP TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN ATURAN GATT 1. Kasus Thai Cigarettes (Report of the Panel, Thailand Restriction on Importation of and Internal Taxes on Cigarettes, 7 November 1990, disadur dari Riyatno, Perdagangan Internasional dan Lingkungan Hidup, FH UI, 2005) Pada tahun 1990 Pemerintah Thailand mengontrol impor rokok melalui sistem lisensi dengan pertimbangan bahwa rokok impor, khususnya asal USA mengandung zat additive yang lebih berbahaya terhadap kesehatan dibandingkan dengan rokok produksi Thailand. Untuk mengatasi masalah tersebut Pemerintah Thailand mengenakan pajak internal (internal taxes) bagi produk rokok impor, termasuk rokok asal USA. Panel dalam memeriksa keberatan USA atas kasus ini berpendapat bahwa kebijakan pemerintah Thailand bertentangan dengan ketentuan-ketentuan WTO. Kebijakan yang ditempuh oleh Thailand dikategorikan sebagai hambatan perdagangan kuantitatif dan merupakan tindakan diskriminatif (internal taxes) antara barang impor dan barang buatan dalam negeri. Perlakuan diskriminatif didasarkan pada pengenaan internal taxes yang berbeda antara produk dalam negeri dan produk impor.

KEBIJAKAN PERDAGANGAN DOMESTIK YANG TERKAIT DENGAN MASALAH LINGKUNGAN HIDUP TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN ATURAN GATT 2. Kasus Reformulated Gasoline, the US Environmental Agency (disadur dari Riyatno, Perdagangan Internasional dan Lingkungan Hidup, FH UI, 2005) The US Environmental Protection Agency menetapkan peraturan bahan bakar bensin berkaitan dengan dampak komposisi dan emisi bensin, dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran udara di AS. Mulai 1 Januari 1995, peraturan bahan bakar bensin membolehkan hanya bensin yang spesifikasi kebersihan tertentu (reformulated gasoline) untuk dijual pada konsumen di daerah-daerah yang paling tercemar di USA. Di luar daerah-daerah tersebut hanya boleh bensin yang tidak lebih kotor daripada yang dijual pada tahun 1990 (conventional gasoline). Peraturan bensin dikenakan pada semua penyuling AS, pencampur dan importir bensin. Peraturan tersebut mewajibkan penyuling dalam negeri yang dalam pengoperasiannya setidak-tidaknya 6 bulan pada tahun 1990 untuk mendirikan tempat penyulingan sendiri, yang menghasilkan kualitas bensin yang diproduksi oleh penyuling tersebut pada tahun 1990. Panel dalam memeriksa keberatan Venezuella dan Brazil atas kebijakan The US Environmental Protection Agency tersebut berpendapat bahwa kebijakan US tersebut bertentangan dengan Article III GATT tentang national treatment.

TINDAKAN UNILATERAL TERKAIT LINGKUNGAN HIDUP TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN GATT Kasus Tuna Dolphine Amerika Serikat mengenakan embargo perdagangan terhadap tuna dan produk tuna asal Meksiko dengan alasan pengaturan lingkungan hidup karena berkurangnya dolphin di luar batas jurisdiksi USA yaitu di wilayah timur lautan pasifik. USA mempergunakan pasal XX tentang Pengecualian Umum khususnya karena alasan untuk tindakan yang melindungi kesehatan dan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya yang dapat habis dalam yurisdiksi mereka sendiri. Meskipun kejadian tersebut di luar yurisdiksi USA, mereka berpendapat bahwa karena sifat ikan yang mudah berpindah tempat, maka Pasal XX tetap dapat diterapkan dan disamping itu tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh untuk melindungi kelestarian lumbalumba. Panel WTO berpendapat bahwa tindakan unilateral dari USA tidak dapat diterima dan bertentangan dengan ketentuan WTO. Panel berpandangan bahwa GATT memang memperbolehkan negara anggota untuk menerapkan pembatasan impor untuk mengatur masalah lingkungan hidup akan tetapi masalah tersebut terjadi atau diperkirakan akan terjadi di dalam jurisdiksi nasionalnya. Panel menganjurkan agar pengaturan masalah lingkungan hidup di luar jurisdiksi diselesaikan secara internasional atau bilateral, bukan melalui tindakan-tindakan sepihak (unilateral).

PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA DAN HAMBATAN PERDAGANGAN BERDASARKAN ALASAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP Perdagangan Luar Negeri Indonesia Rentan Masalah LH Tujuan ekspor non-migas Indonesia terutama negara-negara maju yang peduli terhadap lingkungan hidup dan memiliki seumlah kebijakan yang ketat terhadap ingkungan hidup, seperti USA, EC dan Jepang. komoditi ekspor non-migas asal Indonesia terutama komoditi yang peka terhadap persoalan lingkungan hidup karena berbasis sumber daya alam, seperti udang, ikan, dan hasil laut lainnya, kulit, kayu, furniture, kimia, pupuk, buah-buahan, serta hasil hutan. Kemampuan SDM, sarana dan prasarana, dan teknologi di Indonesia belum mampu secara maksimal untuk menyiapkan atau mengadopsi teknologi produksi yang ramah terhadap lingkungan.

Secara substantif, sejumlah peraturan perundang-undangan telah tersedia dan menuntut berbagai standar mutu yang harus diperhatikan dalam melakukan aktifitas kegiatan usaha ; UU No. 23 Tahun 1997 PP No. 27 Tahun 1999 PP No. 41 Tahun 1999 PP No. 74 Tahun 2001 PP No. 82 Tahun 2001 UU No. 5 Tahun 1984 Pengelolaan Lingkungan Hidup Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pengendalian Pencemaran Udara Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Perindustrian UU Gangguan/ Hinder Ordonanntie Dll. Pendekatan : Command and Control melalui penetapan standard, persyaratan, perijinan dan ancaman sanksi yang keras

Kendala struktural Penegakan hukum lingkungan sangat terkait erat dengan permasalahan yang sifatnya teknis yang bersentuhan langsung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. penegakan hukumnya tidak saja membutuhkan aparatur yang mengerti substansi hukum, akan tetapi sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi terkait dengan lingkungan hidup ; Sumber daya manusia, sarana dan prasarana termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi muncul sebagai kendala ; Kendala Kultural Kebanyakan pelaku usaha dalam kegiatannya lebih mengutamakan pertimbangan dimensi ekonomi (profit) dari pada pelestarian lingkungan hidup Mental aparatur dan pelaku usaha

TERIMA KASIH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum