BAB I PENDAHULUAN. negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sosial politik di Indonesia mulai mengalami perubahan dari

Program Kekhususan HUKUM TATA NEGARA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

NAGARI ANDALEH KECAMATAN BATIPUH KABUPATEN TANAH DATAR WALI NAGARI ANDALEH PERATURAN NAGARI NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasar

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi reformasi yang mengakibatkan pergantian sistem sentralisasi dengan sistem

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, namun secara geografis berjarak cukup jauh dari pusat kekuasaan di

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

WALI NAGARI TARATAK TINGGI KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN NAGARI TARATAK TINGGI NOMOR 8 TAHUN 2017 T E N T A N G PUNGUTAN NAGARI

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

I. PENDAHULUAN. pemerintah pusat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMERINTAHAN NAGARI DALAM MENYUSUN PERATURAN NAGARI (LEGAL DRAFTING) DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat, sehingga pada tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG. PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

Pedoman Wawancara Wali Nagari, Sekretaris Nagari, Anggota Bamus Nagari Atau Kerapatan Adat Nagari Tabel.1 Pertanyaan tentang UU no 6 tahun 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian masyarakat pedesaan. Namun masih banyak wilayah pedesaan yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN IV. b. menyusun dan mengkoordinasikan petunjuk teknis pelaksanaan. sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Pasal 23 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara, Indonesia telah mengalami berbagai macam bentuk sistem pemeritahan. Sebelum reformasi bergulir, Indonesia adalah sebuah negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada berasal dari Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah hanya sebagai pelaksana urusan administratif, sehingga akibat dari sistem yang sentralistik ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara pusat dan daerah terutama dibidang pembangunan. Kesenjangan tersebut yang kemudian melahirkan tuntutan terhadap perbaikan disetiap lini pemerintahan. Salah satu hasil dari tuntutan terhadap perbaikan tersebut dengan ditetapkannya undang-undang tentang pemerintah daerah. Undang-undang tentang Pemerintah Daerah yang berlaku pada saat ini adalah perbaikan dari UU no 22 tahun 1999 dan UU no 32 tahun 2004, yaitu UU no 23 tahun 2014. Tujuan dari ditetapkannya undang-undang itu adalah agar terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan mendekatkan hubungan antara pemerintah dan masyarakat, serta inti dari penetapan undang-undang ini demi melaksanakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah memberikan keleluasaan kepada daerah otonom untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan

peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi yang luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi keanekaragaman daerah dalam sistim Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 1 Otonomi daerah memberi kesempatan kepada setiap daerah untuk mengelola pemerintahan sampai ketingkat terendah. Dengan begitu setiap daerah berkesempatan kembali pada sistem pemerintahan yang menjadi ciri khas dan adat istiadat daerahnya masing-masing. Dimana sebelumnya, sistem pemerintahan terendah diseragamkan kedalam bentuk Desa. Begitu juga yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat, sistem pemerintahan terendah yang berbentuk Nagari yang diseragamkan menjadi Desa kemudian kembali lagi menjadi Nagari pasca ditetapkannya undang-undang pemerintah daerah tersebut. Sistem pemerintahan Nagari pada prinsipnya setingkat dengan Desa, namun tentu saja keduanya memiliki perbedaan. Secara umum dapat disederhanakan bahwa pemerintahan nagari adalah pemerintahan demokratis yang dalam pembuatan keputusannya bersifat bottomup. Maka, akan mampu mendekatkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Maksudnya bahwa masyarakat tidak hanya sebagai sasaran dari kebijakan atau keputusan yang dibuat, akan tetapi juga terlibat dalam proses pembuatan keputusan. Tujuan dari keterlibatan yang aktif oleh masyarakat dalam dinamika pemerintahan nagari tidak hanya untuk mewujudkan tata kelola 1 DR. J. Kaloh, Mencari bentuk otonomi daerah, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm, 72.

pemerintahan yang baik tetapi juga mewujudkan tata kelola pemerintahan yang demoktratis. Tata kelola pemerintahan yang demokratis (democratic govenance) adalah dimana warga negara mempunyai hak (otonomi) yang cukup luas untuk mengelola sendiri persoalan publik sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah disepakati. 2 Nagari di Sumatera Barat seringkali diidentikkan sebagai sebuah republik mini, yaitu salah satu bentuk pemerintah terendah yang juga memakai konsep trias politica. Bahkan didalam pelaksanaannya nagari telah menerapkannya jauh sebelum republik Indonesia ini lahir. Oleh karena itu, menarik untuk melihat bagaimana pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang demokratis (democratic governance) khususnya dalam bidang pembangunan di tingkat nagari. Pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan fisik dan non-fisik. I.2. Rumusan Masalah Ada sebuah ungkapan, untuk meningkatkan kualitas kehidupan suatu bangsa dimulai dari tingkat paling bawah atau akar rumput. Otonomi daerah memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas hidup mulai dari tingkat paling rendah. Hal tersebut dikarenakan setiap daerah berhak untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Nagari merupakan bentuk pemerintahan terendah yang ada di Sumatera Barat. Maka, pembangunan di Sumatera Barat dimulai dari tingkat 2 Syaiful dan Andri Rusta, Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional, Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Hak Dasar Rakyat (Right-Based) dan Infomal Institution : Strategi Menuju Democratic Governance, Universitas Andalas, 2012. Hal. 18.

Nagari. Gunanya agar memudahkan dalam mengontrol dan meningkatkan kualitas pembangunan itu sendiri. Untuk menjaga peningkatan pembangunan di daerah, setiap tahunnya Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan. Tujuan dari ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut adalah untuk penguatan kelembagaan, peningkatan motivasi dan swadaya gotong royong masyarakat di Desa dan Kelurahan. Sehingga ada standar dalam menilai keberhasilan pembangunan Desa dan Kelurahan yang lebih terkoordinasi, terarah, terpadu, dan berkelanjutan. Kriteria atau indikator yang dipakai berdasarkan permendagri no. 13 th 2007 tertera pada pasal 9, yaitu (1) Pendidikan, (2) kesehatan masyarakat, (3) Ekonomi masyarakat, (4) Keamanan dan ketertiban, (5) Partisipasi masyarakat, (6) Pemerintahan, (7) Lembaga kemasyarakatan (8) Pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014, setelah melalui rangkaian penilaian yang dimulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota hingga Provinsi, maka Nagari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah datar menjadi yang terbaik di

Sumatera Barat, 3 artinya pembangunan di Nagari Pandai Sikek adalah yang terbaik di Sumatera Barat pada periode tersebut. Menjadi Nagari terbaik tidak terlepas dari program-program pembangunan yang dibuat dan diterapkan secara efektif dan efisien. Akan tetapi sebagai wujud demokrasi ditingkat paling rendah, pembuatan kebijakan harusnya tidak bertumpu kepada Pemerintah Nagari saja sebagai pembuat kebijakan dan keputusan, didalamnya ada masyarakat yang juga ikut terlibat dalam proses perumusan, pelaksanaan hingga pengawasan. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam sebuah sistem pemerintahan yang demokratis, masyarakat tidak hanya sebagai objek dari pembangunan, melainkan juga sebagai subjek dari pembangunan tersebut. Sistem demokrasi sudah sewajarnya berbanding lurus dengan partisipasi masyarakat, artinya semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat maka semakin bagus proses demokrasi yang terjadi. Dan sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat maka semakin buruk proses demokrasi yang terjadi. Dalam upaya pembangunan di Nagari Pandai Sikek, tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari temuan survey awal yang peneliti lakukan guna 3 http://www.kabaluhaknantuo.com/index.php?option=com_content&view=articel&id=1122:nagari -pandai-sikek-kecamatan-x-koto-dinilai-tim-penilai-lomba-desanagari-tingkatnasional&catid=2:profil-nagari&itemid=3 diakses tanggal 28 februari 2015, pukul 12:49.

menunjang penelitian ini. Berikut akan dipaparkan proses pembangunan yang menunjukkan tingkat partispasi masyarakat Nagari Pandai Sikek. Pertama dimulai dari tahap perencanaan pembangunan yang disebut dengan Musyawarah Rencana Pembangunan (musrenbang) Nagari Pandai Sikek. Dalam kegiatan ini, setiap elemen masyarakat yang ada di Nagari Pandai Sikek aktif dalam mengirimkan perwakilannya untuk hadir pada kegiatan musrenbang. Setiap perwakilan yang hadir menyampaikan aspirasi dari apa yang diwakilinya. Seperti pewakilan jorong, akan menyampaikan aspirasi masyarakat yang ada di jorongnya. Begitu juga dari kalangan pemuda, bundo kanduang, niniak mamak, dan lain-lain juga menyampaikan aspirasi serta pendapatnya agar dapat dimusyawarahkan arah pembangunan yang menjadi prioritas atau yang didahulukan. 4 Kedua, dari hasil musyawarah mengenai pembangunan yang telah disepakati, selanjutnya adalah tahap pelaksanaan operasional pembangunan. Pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan dalam bentuk fisik dan nonfisik. Pembangunan fisik berupa pembangunan sarana dan prasarana nagari. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana ini yang pertama berbentuk materi atau uang. Dalam kurun waktu tahun 2012 sampai tahun 2013 total dana swadaya dari masyarakat Nagari Pandai Sikek sebesar 5.712.000.000 rupiah. 5 Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat 4 Hasil Wawancara Dengan Pelmi Dt. Sati Mahadirajo selaku Sekretaris Nagari Pandai Sikek. Di Kantor Pemerintahan Nagari Pandai Sikek. Tanggal 3 Januari 2015. Pukul 11.30 Wib 5 Data pembangunan Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar tahun 2012-2013.

besar untuk jangka waktu pembangunan selama dua tahun yang bersumber dari swadaya masyarakat. Kemudian partisipasi dalam bentuk tenaga. Warga masyarakat nagari melakukan gotong royong untuk membangun sarana dan prasarana tersebut. Selanjutnya dalam bentuk barang, sebuah eskavator yang dipinjamkan oleh salah seorang perantau beserta operatornya selama 120 hari kerja, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk peminjaman. Yang terakhir adalah hibah tanah sepanjang 13 kilometer dengan lebar 6 meter oleh warga masyarakat yang tanahnya menjadi akses jalan pertanian. 6 Kemudian pembangunan non-fisik, program-program yang berkaitan dengan pembangunan non-fisik di Nagari Pandai Sikek adalah dibidang pendidikan serta pelatihan-pelatihan keterampilan. Bentuk partisipasi masyarakat dibidang pendidikan berupa keikut sertaan dalam memberikan beasiswa anak berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu. Total dana yang telah disalurkan melalui program beasiswa ini sebesar 70 juta rupiah. Sedangkan untuk pembangunan non-fisik dibidang pelatihan-pelatihan keterampilan, Bentuk partisipasi dibidang ini adalah keikutsertaan masyarakat sebagai peserta dalam berbagai macam program pelatihan yang diselenggarakan. Program ini lebih ditujukan pada kalangan pemuda, agar dapat melestarikan potensi unggulan Nagari Pandai Sikek, yaitu kerajinan tenun dan kerajinan ukiran. 7 Berdasarkan pemaparan dari hasil survey awal yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa 6 Expose Wali Nagari dalam lomba nagari berprestasi tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2014. 7 Ibid.

tingkat partisipasi masyarakat Nagari Pandai Sikek dibidang pembangunan sangat tinggi. Dalam pengelolaan pembangunan oleh Pemerintah Nagari Pandai Sikek tentu saja masih terdapat kekurangan ataupun permasalahan. Menurut penuturan salah seorang tokoh dari Lembaga Kerapatan Adat Nagari Pandai Sikek, terdapat beberapa kekurangan dari pemerintah nagari dalam pegelolaan pembangunan. Pertama, Wali Nagari sendiri kurang turun ke masyarakat, padahal selain menjabat sebagai kepala eksekutif di Nagari, Wali Nagari juga merupakan seorang tokoh alim ulama di Nagari Pandai Sikek. Karena faktor Wali Nagari yang kurang turun ke masyarakat ini mampu mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. 8 Kedua, Pemerintah Nagari kurang transparan dalam melaporkan pembukuan keuangan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang tokoh dari lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) tadi, bahwa salah satu bentuk kurang transparannya pemerintah nagari dalam hal keuangan adalah kurang jelasnya laporan hasil sumbangan masyarakat baik yang berada di rantau maupun di ranah. Hal ini ditakutkan akan menyebabkan antusias masyarakat untuk berpartisipasi di bidang pembangunan akan berkurang. 9 Ketiga, salah satu lembaga tinggi di Nagari yaitu BPRN kurang aktif dalam menjalankan tugasnya, atau lebih jelasnya BPRN dalam beberapa tahun 8 Temuan survey awal: Wawancara dengan ketua lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) Pandai Sikek. 9 Ibid.

terakhir tidak ada mengesahkan peraturan nagari. Akibat dari tidak jalannya BPRN sebagai fungsi legislatif di Nagari, menurut ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) menyebabkan koordinasi di dalam pemerintahan menjadi tidak jalan. Paling tidak, seharusnya BPRN ada mengesahkan peraturan yang mengatur mengenai partisipasi dan pengelolaan sumber daya nagari yang akan menjadi sumber pendapatan asli nagari, yang tujuannya untuk menunjang pembangunan di Nagari. 10 Berdasarkan permasalahan yang terjadi baik masalah di dalam pemerintahan maupun masalah dalam pengelolaan pembangunan nagari, tidak dapat dipungkiri bahwa masalah-masalah tersebut akan mempengaruhi tata kelola pemerintahan yang demokratis di Nagari Pandai Sikek. Partisipasi masyarakat itu penting karena merupakan unsur dalam menciptakan sebuah tata kelola pemerintahan yang demokratis (democratic governance). Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, bahwa democratic governance diartikan sebagai sebuah tata kelola pemerintahan yang memposisikan masyarakat sebagai subjek dari kebijakan atau keputusan yang dibuat. Dimana para warga negara mempunyai hak (otonomi) yang cukup luas untuk mengelola sendiri persoalan publik sesuai dengan aturan dan prosedur yang telah disepakati. 11 Sehingga yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan 10 Temuan survey awal: Wawancara dengan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Pandai Sikek. 11 Suharko (2004); Brinkerhoff (2000). Dalam Syaiful dan Andri, Akuntabilitas Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Hak Dasar Warga (Right-Based) dan Informal Institution: Strategi Menuju Democratic Governance, 2012, Universitas Andalas, Padang.

prinsip-prinsip democratic governance dalam bidang pembangunan di Nagari Pandai Sikek? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis pelaksanaan prinsip-prinsip democratic governance dalam bidang pembangunan di Nagari Pandai Sikek. I.4. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu memperkaya kajian tentang democratic governance. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan, menganalisis dan memberi masukan pada pemerintah nagari dalam menerapkan tata kelola pemerintahan yang demokratis kuhusunya dalam bidang pembangunan.