BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

Gigih Juangdita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. misalnya Kotabaru yang memiliki citra sebagai kawasan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh. ada hubungan-nya dengan pengunjung obyek wisata itu sendiri yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

Hotel Resort Bintang 3 di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Penekanan Desain pada Arsitektur Hemat Energi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Banyaknya Pengunjung obyek-obyek wisata pantai di Gunung Kidul Mancanegara (Man) dan Nusantara (Nus)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEKALONGAN BATIK CENTER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake sampai saat ini baru berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menikmati suatu obyek dan daya tarik wisata secara sukarela, meskipun hal

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia saat ini banyak sekali mendatangkan komoditi yang sangat

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Proyek Dewasa ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia semakin meningkat, dimana negara indonesia sendiri telah banyak melakukan promosi ke dunia luar tentang potensi wisata yang ada di Indonesia sendiri. Akhirnya banyak wisatawan yang berkunjung ke Indonesia untuk menikmati panorama alam yang disajikan oleh keindahan alam Indonesia itu sendiri. Selain wisata alam yang ditawarkan, terdapat juga wisata budaya, wisata religi dan wisata-wisata lainnya. Dalam kaitannya dengan kota Lubuk Linggau, kota Lubuk Linggau sendiri khususnya untuk provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu tujuan wisata yang potensial karena merupakan kawasan yang memiliki potensi wisata alam seperti air terjun, pegunungan dan banyak potensi alam lainnya. Kakayaan wisata yang ditawarkan oleh Lubuk Linggau tidak hanya dari wisata alamnya tetapi juga dari segi budaya, adat istiadat, dan keseniannya. Dimana Lubuk Linggau sendiri merupakan kota transit dari berbagai kota yang ada di Pulau Sumatera seperti Medan, Padang, Aceh, Bengkulu, dan Palembang. Tabel 1.1 Tabel Statistik Jumlah Kunjungan Wisata di Kota Lubuk Linggau Statistik Jumlah Kunjungan Wisata di Kota Lubuk Linggau : Tahun Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara 2006 12.647 537 2007 13.216 783 2008 ( Sumber : Dinas Pariwisata Kota Lubuk Linggau, 2008) 1

Dari Tabel 1 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah pengunjung yang cukup signifikan, baik jumlah wisatawan domestik maupun mancanegara dalam periode 1 tahun. Jumlah prosentase kenaikan jumlah pengunjung domestik 4,5% dan 45,8% untuk pengunjung mancanegara. Dengan mempertimbangkan angka prosentase yang diperoleh, dibuat suatu prediksi mengenai kemungkinan adanya peningkatan jumlah pengunjung untuk beberapa periode mendatang. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lubuk Linggau membawa dampak positif dan potensi untuk pengembangan sektor kerajinan di kawasan tersebut, sehingga dibutuhkan suatu hal yang baru yang dapat mengundang daya tarik tersendiri bagi wisatawan agar dapat mengoptimalkan kawasan wisata tersebut. Hal yang baru tersebut adalah berupa pusat penjualan produk kerajinan khas daerah yang dapat digunakan untuk menampilkan hasil kerajinan wilayah setempat yang dapat menjadi icon kekhasan daerah. Disamping potensi wisata alam, budaya, adat istiadat dan keseniannya, Lubuk Linggau juga mempunyai kerajinan khas yang dapat ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Lubuk Linggau, seperti kerajinan kain songket, kerajinan kayu khas, kerajinan pandai besi dan kerajinan rotan. Dari 4 kategori kerajinan tersebut dimana kerajinan kain songket dibagi menjadi 4 item. Kerajinan kain songket khas Lubuk Linggau ini berbeda dengan kain songket yang ada di Palembang karena mempunyai sejarah tersendiri. Kerajinan kayu khas dibagi menjadi 10 item dimana kerajinan kayu khas ini terbuat dari kayu meranti dan kulit cangkang telur serta labu kayu, kerajinan pandai besi dibagi menjadi 7 item dimana kerajinan pandai besi ini dibuat menjadi senjata khas Lubuk Linggau dan kerajinan rotan dibagi menjadi 2 item. Dimana 4 kategori tersebut tidak hanya memiliki 23 item saja. Dimana dihari mendatang terjadi peningkatan jumlah pengunjung, peluang adanya penambahan item-item yang baru dari masing-masing pengrajin semakin tinggi 1 1 Papeja online store, 2008 2

Kerajinan-kerajinan khas Lubuk Linggau tadi dihasilkan oleh 400 unit pengrajin dengan 1500 tenaga kerja baik untuk sektor formal maupun sektor informal dimana nantinya kerajinan kerajinan khas Lubuk Linggau tadi akan dipromosikan dan dipasarkan. Di Lubuk Linggau sendiri masih sangat minim wadah atau sarana yang dapat mendukung aktifitas wisata berupa tempat dimana wisatawan nantinya ingin membeli kerajinan atau souvenir asli/khas Lubuk Linggau. Menurut Disperindag kota Lubuk Linggau, 2008, Untuk saat ini penjualan kerajinan-kerajinan khas Lubuk Linggau terpecah dan tidak terpusat pada satu titik, dan juga penjualan kerajinan khas Lubuk Linggau untuk saat ini juga hanya dipasarkan dan dipamerkan melalui ONLINE Store 2. Selain permasalahan belum adanya wadah atau sarana yang dapat menampung kerajinan khas Lubuk Linggau tersebut, ada juga visi dan misi dari pemerintah kota Lubuk Linggau yang menyebutkan akan menumbuhkembangkan pusat bisnis, perdagangan, industri dan jasa secara terpadu 3. Keberadaan pusat penjualan produk kerajinan khas Lubuk Linggau dapat menjadi pendukung bagi kawasan Lubuk Linggau sebagai kawasan wisata alam, budaya, kesenian, dan kawasan industri pariwisata (kawasan komersial) sekaligus dapat meningkatkan kualitas perekonomian. Sesuai dengan arti kata pusat, yaitu tempat yang letaknya di bagian tengah atau pokok pangkal yang jadi tumpuan (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dan arti kata penjualan yaitu kegiatan jual beli barang/jasa. Sehingga menjadi pusat yang dapat menampung berbagai kegiatan (jualbeli, rekreasi), dan pusat penjualan berupa produk khas Lubuk Linggau (kerajinan). Pusat penjualan produk kerajinan khas Lubuk Linggau tidak hanya dinikmati oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara, namun juga untuk masyarakat Lubuk Linggau sendiri, karena itu seiring berkembangnya Lubuk Linggau, masyarakat di Lubuk Linggau juga mulai menunjukkan perubahan dalam karakteristik atau pola kehidupannya, 2 Disperindag kota Lubuk Linggau, 2008 3 www.lubuklinggau.go.id, 2008 3

mulai mengarah ke urban (mengkota). Terbukti dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi, bermunculan fungsi-fungsi bangunan baru, yaitu swalayan, butik baju (fashion), rental VCD, komputer, warnet, kios-kios dengan gaya modern. Selain itu dengan adanya pusat penjualan produk kerajinan khas Lubuk Linggau, dapat memberikan lahan/lapangan pekerjaan bagi masyarakat Lubuk Linggau karena masyarakat lokal dapat bekerja di Pusat penjualan produk kerajinan khas Lubuk Linggau. 1.1.2. Tinjauan Pustaka Kerajinan khas Lubuk Linggau sendiri nantinya akan mengacu pada bangunan-bangunan komersil (toko suvenir) dan galeri. Untuk pengertian toko suvenir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti toko yaitu, bangunan permanen tempat menjual barang-barang, sedangkan arti suvenir yaitu, tanda mata, cenderamata, atau kenang-kenangnan. Jadi arti dari toko suvenir adalah bangunan permanen tempat menjual barangbarang berupa tanda mata, cenderamata, atau kenang-kenangan. Sedangkan arti galeri sendiri yaitu, sebuah bangunan, aula, atau ruangan yang digunakan untuk pameran benda-benda seni secara umum 4. Jadi pusat penjualan ini merupakan tempat menampung, mempromosikan, memamerkan, dan memasarkan kerajinan khas Lubuk Linggau. Selain sebagai tempat menampung, mempromosikan, memamerkan, dan memasarkan hasil kerajinan, pusat penjualan ini nantinya akan menjadi icon pariwisata yang ada di Lubuk Linggau, karena pusat penjualan ini menyediakan beraneka ragam kerajinan khas Lubuk Linggau seperti kerajinan kain songket, kerajinan kayu khas, kerajinan pandai besi dan kerajinan rotan. Tuntutan arsitektural yang ada dalam ruang - ruang pusat penjualan seperti galeri dan toko seperti sirkulasi pengunjung, pencahayaan ruang dalam menciptakan kenyamanan pengunjung pada saat melihat pameran dan berbelanja. Untuk itu hal - hal spesifik yang 5Microsoft Encarta Encyclopedia 2005 4

perlu dipertimbangkan adalah pada ruang ruang display, ruang workshop, gift/art shop, kantor pengelola, ruang rapat. Lubuk linggau merupakan kawasan yang masih menghargai dan peduli terhadap alamnya, jadi dengan mengutamakan harmonisasi atau keselarasan antara bangunan dengan alam sebagai wujud nyata arsitektur berupa fisik. Konsep dasar dari pusat penjualan ini dibangun dengan melakukan pendekatan terhadap arsitektur hijau. Menurut McLennan, 1996 komponen arsitektur hijau disini lebih ditekankan pada arsitektur yang memiliki dasar menghargai penggunaan energi, menghargai tempat, menghargai sumber daya, menghargai manusia/pengguna, menghargai lokasi, dan menghargai siklus hidup. 5 Sedangkan untuk landsekapnya ditekankan pada kondisi dan bentuk tapak, air dan vegetasi. Aplikasi arsitektur hijau kedalam elemen arsitektural bangunan pusat penjualan secara garis besar merupakan usaha menganyam kedua hal tersebut. 1.2. Rumusan Masalah 1. Perlunya merancang Pusat Penjualan Produk Kerajinan Khas di Lubuk Linggau sebagai wadah penjualan, promosi dan pameran hasil kerajinan, dengan penggunaan arsitektur hijau sebagai pendekatan desain bangunan. 2. Perlunya Pusat Penjualan Produk Kerajinan Khas di Lubuk Linggau yang dapat mendukung pariwisata terutama sentra kerajinan khas Lubuk Linggau melalui atraksi pembuatan kerajinan khas di Lubuk Linggau 1.3. Tujuan Merancang Pusat Penjualan Produk Kerajinan Khas Lubuk Linggau di Lubuk Linggau, Musi Rawas, Sumatera Selatan sebagai wadah penjualan, promosi dan pameran hasil kerajinan, dengan penggunaan arsitektur hijau sebagai pendekatan desain bangunan 5

1.4. Sasaran 1. Melakukan studi tentang pusat penjualan dengan mengacu pada bangunan Galeri dan toko 2. Melakukan studi tentang produk kerajinan khas Lubuk Linggau 3. Melakukan studi tentang Lubuk Linggau 4. Melakukan studi tentang penjualan 5. Melakukan studi tentang promosi 6. Melakukan studi tentang pameran 7. Melakukan studi tentang arsitektur hijau 1.5. Lingkup Pembahasan 1. Pusat penjualan produk kerajinan khas dibatasi pada bangunan yang mengacu pada bangunan galeri dan toko 2. Kerajinan khas Lubuk Linggau dibatasi pada kerajinan kain songket, kerajinan kayu khas, kerajinan pandai besi, dan kerajinan rotan 3. Lubuk Linggau dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk bangunan tersebut 4. Kegiatan penjualan dibatasi pada kegiatan display dan jual beli 5. Kegiatan promosi dibatasi pada kegiatan display, workshop, dan jual beli 6. Kegiatan pameran dibatasi pada kegiatan display dan jual beli 7. Arsitektur hijau dibatasi pada penggunaan bahan ramah lingkungan (minimum dampak lingkungan) serta penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui 1.6. Metode 1.6.1. Metode Mencari Data 1. Wawancara Wawancara ditujukan kepada para pengrajin kerajinan khas di Lubuk Linggau, kantor Disperindag Lubuk Linggau, penjual kerajinan khas Lubuk Linggau. 6

2. Kuesioner Diberikan kepada pecinta / penikmat kerajinan khas Lubuk Linggau. 3. Observasi Observasi melalui pengumpulan informasi yang dilakukan pada toko cinderamata dan para pengrajin di Lubuk Linggau. 4. Studi pustaka / literatur Mempelajari buku-buku tentang kerajinan khas di Lubuk Linggau, toko cinderamata, dan arsitektur hijau. 5. Studi banding Melakukan studi banding pada fungsi bangunan sejenis secara langsung di kawasan Kotegede Yogyakarta atau melalui referensi. 1.6.2. Metode Menganalisis Data 1. Kuantitatif Dari tabulase jumlah pengrajin di Lubuk Linggau Contoh: kerajinan khas Lubuk Linggau dihasilkan oleh 400 unit pengrajin dengan 1500 tenaga kerja dan belum ada sarana atau wadah yang dapat menampung dan memasarkan kerajinan khas Lubuk Linggau. ( Sumber : Disperindag Kota Lubuk Linggau, 2008) 2. Kualitatif Jadi dapat disimpulkan dengan adanya kerajinan-kerajinan khas Lubuk Linggau yang dihasilkan oleh 400 unit pengrajin dengan 1500 tenaga kerja dan belum adanya sarana atau wadah yang dapat menampung dan memasarkan kerajinan khas Lubuk Linggau tersebut maka dibutuhkan suatu wadah atau sarana yang dapat menampung atau memasarkan kerajinan khas Lubuk Linggau yaitu sebuah Pusat Penjualan Kerajinan Khas. 7

1.6.3. Metode Perancangan Menggunakan prinsip-prinsip perancangan dari ide awal perancangan dari proyek yang akan didesain ini adalah dengan menentukan peruangan yang ada di dalam proyek Pusat Penjualan Produk Kerajinan Khas seperti ruang display, art/gift shop, kantor pengelola, workshop, ruang rapat/ruang meeting. Serta mengerti dan memahami secara benar fungsi dari peruangan yang sudah ditentukan tadi. Dengan demikian kita akan tahu apa saja yang akan diwadahi dalam proyek yang akan didesain nantinya. Dengan mengunakan metode arsitektur hijau dalam mendesain pusat penjualan produk kerajinan khas ini seperti penggunaan bahan yang ramah lingkungan seperti batu alam, kayu, bambu dan bahan ramah lingkungan lainnya (minimum dampak lingkungan) serta penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui. 1.7. Sistematika Penulisan BAB 1. PENDAHULUAN Menggunakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan. BAB 2. TINJAUAN PRODUK KERAJINAN KHAS DI LUBUK LINGGAU Mengungkapkan potensi dan jenis kerajinan di Lubuk Linggau beserta segala fasilitas yang menyertainya / yang ada. Jenis kerajinan khas Lubuk Linggau yaitu kerajinan kain songket, kerajinan kayu khas, kerajinan pandai besi, dan kerajinan rotan. BAB 3. TINJAUAN TEORITIS PUSAT PENJUALAN PRODUK KERAJINAN KHAS LUBUK LINGGAU, MUSI RAWAS, Mengungkapkan design requirement Pusat Penjualan Produk Kerajinan Khas. Design requirement yang ada pada Pusat Penjualan Produk Kerajinan Khas adalah ruang 8

display, art/gift shop, kantor pengelola, workshop, ruang rapat/ruang meeting, parkir. BAB 4. TINJAUAN TEORITIS ARSITEKTUR HIJAU Mengungkapkan teori-teori arsitektur hijau yang dapat diterapkan pada desain bangunan pusat penjualan seperti penggunaan bahan yang ramah lingkungan (minimum dampak lingkungan) serta penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui. Contoh: pengolahan dinding, langitlangit dan bukaan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dalam bangunan. BAB 5. ANALISIS MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENJUALAN PRODUK KERAJINAN KHAS LUBUK LINGGAU, MUSI RAWAS, Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi atau site tertentu. Dengan menentukan pola peruangan yang ada di pusat penjualan seperti ruang display, art/gift shop, kantor pengelola, workshop, ruang rapat/ruang meeting, parkir dimana nantinya penggunaan arsitektur hijau sebagai pendekatan desain bangunnan yang menggunakan bahan ramah lingkungan (minimum dampak lingkungan) serta penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui. BAB 6. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENJUALAN PRODUK KERAJINAN KHAS LUBUK LINGGAU, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan kedalam rancangan fisik arsitektural Seperti: tapak, bentuk tampilan bangunan, sirkulasi, orientasi bangunan, proses pembentukan masa bangunan dan 9

utilitas, dan pemilihan bahan ramah lingkungan (minimum dampak lingkungan) serta penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui, yang dapat diaplikasikan di dalam pusat penjualan. 10