HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

PENGARUH PENULISAN DIANOSIS DAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS TERHADAP KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

HUBUNGAN BEBAN KERJA CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP BERDASARKAN ICD-10 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011

ENI NUR RAHMAWATI J

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

PERBEDAAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN PERSALINAN ANTARA METODE PEMBIAYAAN JAMPERSAL DAN LANGSUNG DI RSUD KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. dan Sri, 2013). Bentuk dari pengolahan dan penyajian diagnosis berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

HUBUNGAN KESESUAIAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE PENYAKIT PASIEN JAMKESMAS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

KAJIAN PENULISAN DIAGNOSIS DOKTER DALAM PENENTUAN KODE DIAGNOSIS LEMBAR RINGKASAN MASUK DAN KELUAR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

HUBUNGAN ANTARA KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN AUTOPSI VERBAL DENGAN KEAKURATAN PENENTUAN SEBAB UTAMA KEMATIAN DI PUSKESMAS WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

Hubungan Ketepatan Terminologi Medis dengan Keakuratan Kode Diagnosis Rawat Jalan oleh Petugas Kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

SKRIPSI. HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

Transkripsi:

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HAMID J410 111 013 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Disusun Oleh : Hamid NIM : J410 111 013 Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, Maret 2013 Pembimbing I Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes. NIK. 0160819750420042 ii

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul : HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Disusun Oleh : Hamid NIM : J 410 111 013 Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 18 Maret 2013 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Surakarta, Maret 2013 Ketua Penguji Anggota Penguji I Anggota Penguji II : Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes : Tri Puji Kurniawan, SKM, M.Kes : Sri Darnoto, SKM, MPH iii

ABSTRAK Hamid. J 410 111 013 HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG xii + 55 + 12 Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan penulisan diagnosis adalah karena dokter tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar yang berdampak penetapan kode diagnosis tidak akurat dan akan mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan, data dan informasi laporan RS tidak benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah dokumen rekam medis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun 2012 sebanyak 2.392 berkas. Pengambilan sampel dengan systematic random sampling sebanyak 96 dokumen rekam medis. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang ditunjukkan dengan nilai p = 0,001. Kesimpulan bahwa ternyata ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis dan disarankan kepada dokter untuk menulis diagnosis harus menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar Kata Kunci : Ketepatan Diagnosis, Keakuratan Kode, Terminologi Medis Kepustakaan : 19, 2006-2012 Pembimbing I Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes NIK. 0160819750420042. Mengetahui Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) NIK. 863

PENDAHULUAN Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu faktor pendukung terpenting. Dalam Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis telah disebutkan pengertian,fungsi dan kegunaan rekam medis. Menurut Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan, seorang perekam medis harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10). Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan penyakit-penyakit yang sejenis ke dalam satu group nomor kode penyakit sejenis sesuai dengan International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10) untuk istilah penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Kasim dalam Hatta, 2011). Dengan ICD-10, semua nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan akan menjadi sama diseluruh dunia dengan diterjemahkan ke dalam bentuk alphabet, numerik maupun alfanumerik sesuai dengan kode yang ada dalam ICD-10 (WHO, 2004). Hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis adalah keakuratan dalam pemberian kode diagnosis. Pengkodean yang akurat diperlukan rekam medis yang lengkap. Rekam medis harus memuat dokumen yang akan dikode seperti pada lembar depan (RM I, lembaran operasi dan laporan tindakan, laporan patologi dan resume pasien keluar). (Hatta. 2011) 1

Selain ke-15 rumah sakit yang berpartisipasi dalam sistem case mix / INA CBG s sebagian rumah sakit di Indonesia (sekitar 65%) belum membuat diagnosis yang lengkap dan jelas berdasarkan ICD-10 serta belum tepat pengkodeannya. (Depkes RI. 2008). Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan penulisan diagnosis adalah karena dokter tidak menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar sehingga terjadi kesalahan diagnosis. Dampak yang terjadi bila penulisan diagnosis tidak tepat adalah pasien mengorbankan biaya yang sangat besar, pasien yang seharusnya tidak minum obat antibiotika tetapi harus diberi antibiotika dan dampak yang lebih fatal beresiko mengancam jiwa pasien. (Hatta. 2011). Sugiarsi dan Ninawati (2012), mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel beban kerja dan ketepatan terminologi medis terhadap keakuratan kode diagnosis pada nilai p=0,001. Nilai RR 2 = 0.537, berarti variabel beban kerja dan ketepatan terminologi medis mempunyai kontribusi sebesar 53,7% terhadap keakuratan kode diagnosis utama. Ketidakakuratan kode diagnosis akan mempengaruhi data dan informasi laporan, ketepatan tarif INA-CBG s yang pada saat ini digunakan sebagai metode pembayaran untuk pelayanan pasien jamkesmas. Dalam hal ini apabila petugas kodefikasi (coder) salah mengkode penyakit, maka jumlah pembayaran klaim juga akan berbeda. Tarif pelayanan kesehatan yang rendah tentunya akan merugikan pihak rumah sakit, sebaliknya tarif pelayanan kesehatan yang tinggi terkesan rumah sakit diuntungkan dari perbedaan tarif tersebut sehingga merugikan pihak penyelenggara jamkesmas maupun pasien. 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis Menurut Departemen Kesehatan R.I, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien selama di rawat di rumah sakit. Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tertib administrasi rumah sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Dengan majunya teknologi informasi, kegunaan rekam medis dapat dilihat dalam 2 kelompok besar. Pertama, yang paling berhubungan langsung dengan pelayanan pasien (primer). Kedua, yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan langsung secara spesifik (sekunder) (Hatta, 2011). Menurut Mc. Gibony, kegunaan rekam medis dapat dikatakan mencakup unsur : A-L-F-R-E-D yakni Administration (administrasi), Legal (hukum), Financial (keuangan), Research (penelitian), Education (pendidikan), Documentation (dokumentasi). 3

B. Kompetensi Perekam Medis Kompetensi perekam medis digolongkan menjadi 2 kompetensi, yaitu kompetensi pokok dan kompetensi pendukung. Salah satu kompetensi pokok adalah klasifikasi dan kodefikasi penyakit/tindakan. Pada kompetensi tersebut diharapkan perekam medis harus mampu menentukan nomor kode diagnosis, mengumpulkan kode diagnosis pasien untuk memenuhi sistem pengelolaan, penyimpanan data pelaporan untuk kebutuhan analisis sebab tunggal penyakit yang dikembangkan dan mengklasifikasikan data kode diagnosis yang akurat bagi kepentingan informasi morbiditas dan sistem pelaporan morbiditas yang diharuskan. C. ICD-10 International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision atau disingkat dengan ICD-10 adalah sistem klasifikasi yang komprehensif dan diakui secara internasional. ICD-10 berisi pedoman untuk merekam dan memberi kode penyakit, disertai dengan materi baru yang berupa aspek praktis penggunaan klasifikasi (WHO, 2004). D. Keakuratan kode Kecepatan dan ketepatan pengkodean dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut, yaitu: Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis, tenaga perekam medis sebagai pemberi kode dan tenaga kesehatan lainnya 4

Menurut Kasim dan Erkadius dalam Hatta (2011), Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode, antara lain : 1. Menentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan membuka buku ICD-10 volume 3 alphabetical index (kamus). 2. Kata panduan (leadterm) untuk penyakit dan cedera 3. Membaca dengan seksama dan mengikuti petunjuk volume 3. 4. Membaca istilah yang terdapat dalam tanda kurung ( ) sesudah leadterm 5. Mengikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan perintah see dan see also yang terdapat di dalam indeks. 6. Melihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling tepat. 7. Mengikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang pilih 8. Menentukan kode yang dipilih. 9. Melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data yang dikode E. Terminologi Medis Terminologi medis adalah ilmu peristilahan medis yang merupakan bahasa khusus antar profesi medis/kesehatan yang merupakan sarana komunikasi antara mereka yang berkecimpung langsung/tidak langsung di bidang asuhan/pelayanan medis /kesehatan. Oleh karena itu, istilah medis ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap profesi kesehatan agar dapat terjalin komunikasi yang baik. 5

Terminologi medis terbentuk terdiri dari 3 komponen/unsur kata yaitu: Root (akar kata) ; Prefix (awalan) dan Suffix (akhiran) Tidak semua istilah medis mengandung unsur kata prefix atau root atau suffix secara lengkap. Contoh: 1) Hyperlipoproteinemia a. Prefix : hyper = berlebihan b. Root : lip/o = lemak ; protein = protein c. Suffix : -emia = kondisi darah Jadi Hyperlipoproteinemia adalah: kondisi darah yang ditandai dengan jumlah lemak dan protein yang berlebihan. 2) Ectopic pregnancy a. Prefix : ec = luar ; ectopic = di luar b. Root : pregnancy = hamil / kehamilan Ectopic pregnancy adalah kehamilan di luar rahim / kandungan F. Kerangka Teori DRM Bahasa Terminologi Medis Penulisan Diagnosis Kode Diagnosi s ICD-10 Ketepatan Keakuratan Penulisan Diagnosis Kode Diagnosis 6

G. Kerangka Konsep Variabel bebas Ketepatan Penulisan Diagnosis Variabel terikat Keakuratan Kode Diagnosis H. Hipotesis Ha : Ada hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis pasien rawat inap kasus Obstetri Gynecology di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. 7

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan study korelasi yaitu mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lain yang terdapat dalam satu populasi yang sama (Azwar, 2011). Dalam hal ini adalah hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis pada kasus obstetric gynecology. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Di dalam penelitian cross sectional (seksional silang), variable ketepatan penulisan diagnosis dan keakuratan kode diagnosis dilakukan dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja pada saat yang sama dan pengukuran dilakukan terhadap variable subjek pada saat pemeriksaan.(notoatmodjo, 2010). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh berkas rekam medis kasus obstetric gynecology pasien rawat inap periode tribulan IV (Oktober Desember) tahun 2012 di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang yang berjumlah 2.392 berkas rekam medis. 8

2. Sampel a. Tehnik penentuan besar sampel Dengan jumlah populasi 2.392 berkas rekam medis pada tribulan IV tahun 2012, maka penentuan besar sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004) n = N 1 + N(e) 2 Keterangan : N n : Besar Populasi : Besar Sampel e : Tingkat kepercayaan 10% n= 2.392 1+2.392(0,1)² = 95,98 Jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 berkas rekam medis b. Tehnik pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis (systematic random sampling). Caranya adalah dengan membagi jumlah atau anggota populasi dengan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Pengambilan sampel 9

dilakukan dengan mengambil nomor kelipatan dari interval yang telah ditentukan. (Notoatmodjo, 2010). I = 2.392 96 = 24,9 Jadi sampel yang diambil dengan nomor kelipatan 25 yaitu: 1;26;51;76;101;126;151;176;201;226;251;276;301;326;351;.....; 2.392 C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di seksi rekam medis rawat inap RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013. D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel (DOV) 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu : a. Variabel bebas : Ketepatan penulisan diagnosis. b. Variabel terikat : Keakuratan kode diagnosis. 2. Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mendefinisikan variabel-variabel yang dianalisis maka perlu dirumuskan definisi operasional dari variabel yang akan diteliti yaitu : 10

a. Ketepatan penulisan diagnosis adalah penulisan diagnosis pasien dengan menggunakan bahasa terminologi medis oleh dokter yang merawat yang terdapat pada berkas rekam medis kasus obstetric gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun 2012. Cara pengukuran Skala pengukuran : Observasi : Nominal Pengukuran data dilakukan dengan skala nominal, dengan tingkatan : 1) Tepat, jika penulisan diagnosis telah menggunakan bahasa terminologi medis (pengenalan istilah medis) dengan skor 1. 2) Tidak tepat, jika penulisan diagnosis tidak menggunakan bahasa terminologi medis (pengenalan istilah medis) dengan skor 0. b. Keakuratan kode diagnosis adalah ketepatan pemberian kode diagnosis berdasarkan ICD-10 oleh petugas kodefikasi (coder) pada berkas rekam medis dengan meneliti hasil diagnosis yang telah ditulis oleh dokter/ tenaga medis yang menangani. Cara pengukuran Skala pengukuran : Observasi : Nominal Pengukuran data dilakukan dengan skala nominal, dengan tingkatan : 1) Akurat, jika penentuan kode diagnosis sesuai dengan aturan yang terdapat pada ICD-10 dengan skor 1 11

2) Tidak akurat, jika penentuan kode diagnosis tidak sesuai dengan aturan yang terdapat pada ICD-10 dengan skor 0 E. Pengumpulan Data 1. Sumber data Data sekunder dari hasil penulisan diagnosis oleh dokter yang merawat/supervisor dan pengkodean oleh petugas kodefikasi (coder), dimana berkas rekam medis yang diteliti adalah berkas dengan kasus obstetri gynecology pasien rawat inap selama periode tribulan IV (Oktober -Desember) tahun 2012. 2. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi. Teknik observasi ini dilakukan oleh peneliti secara langsung terhadap berkas rekam medis untuk mengetahui ketepatan penulisan diagnosis dengan menggunakan bahasa terminologi medis dan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap berdasarkan ICD-10. 3. Instrumen penelitian Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah check list, buku terminologi medis dan ICD-10. 12

F. Pengolahan Data Data yang telah terisi dan terkumpul dari hasil observasi check list diolah untuk dijadikan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan penelitian dengan bantuan program perangkat lunak elektronik. Dimana tahap-tahap pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut : 1. Editing yaitu peneliti memeriksa kembali lembar check list atau lembar observasi apakah sudah terisi semua atau belum, mengoreksi ketepatan penulisan diagnosis dan jumlah kode baik yang sudah benar atau yang salah berikut total keseluruhannya. 2. Coding yaitu proses dimana peneliti memberi tanda pada poin pernyataan di lembar check list atau lembar observasi berupa tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing kategori. 3. Tabulating yaitu peneliti menata kembali data yang telah diperoleh berdasarkan variabel yang diteliti guna memudahkan analisis data dimana setiap pernyataan yang sudah diberi kode dikelompokkan lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel. 4. Entry Data yaitu peneliti memasukkan data dari hasil check list ke dalam komputer setelah check list terisi semua dan benar yang sudah melewati tahap coding. 13

G. Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu tehnik untuk menggambarkan masing-masing unit variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran ketepatan penulisan diagnosis yang menggunakan bahasa terminologi medis dan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap berdasarkan ICD-10. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-square yang digunakan untuk menguji hipotesis pada populasi yang terdiri dari dua variabel atau lebih dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Susetyo, 2012). Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan paket SPSS versi 18, dengan kriteria pengambilan keputusan : a. Ho diterima jika nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis. b. Ho ditolak jika nilai p 0,05 artinya ada hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis. 14

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Deskriptif 1. Ketepatan Penulisan Diagnosis Ketepatan penulisan diagnosis merupakan penilaian terhadap tepat tidaknya penulisan diagnosis dengan menggunakan bahasa terminologi medis oleh dokter yang merawat yang terdapat pada berkas rekam medis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap tribulan IV tahun 2012. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Ketepatan Penulisan Ketepatan Penulisan Frekuensi Prosentase Tidak tepat 39 40,6 Tepat 57 59,4 Total 96 100 Distribusi frekuensi variabel ketepatan penulisan diagnosis menunjukkan bahwa sebanyak 39 berkas (40,9%) penulisan diagnosis tidak tepat dan 57 berkas (59,4%) penulisan diagnosis sudah tepat menggunakan bahasa terminologi medis. 15

2. Keakuratan Kode Diagnosis Keakuratan kode diagnosis merupakan ketepatan pemberian kode diagnosis berdasarkan ICD-10 oleh petugas kodefikasi (coder). Penentuan keakuratan kode diagnosis dilakukan dengan mencocokkan hasil pengkodean dengan aturan atau rule menurut prosedur WHO yang ada pada ICD-10. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Keakuratan Kode Ketepatan Penulisan Frekuensi Tidak akurat 22 Akurat 74 Total 96 Prosentase 22,9 77,1 100 Distribusi frekuensi menunjukkan sebagian besar kode diagnosis kasus obstetri gynecology termasuk kategori akurat sebanyak 74 berkas (77,1%) dan sisanya adalah 22 berkas (22.9%) kategori tidak akurat. 3. Tabulasi Silang Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis Dengan Keakuratan Kode Diagnosis Berdasarkan tabulasi silang (crosstabs) antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis menunjukkan bahwa dari 39 berkas (40,6%) penulisan diagnosis yang tidak tepat, diantaranya terdapat 21 berkas (21,9%) yang kode diagnosisnya tidak akurat dan 16

sisanya 18 berkas (18,8%) kode diagnosis sudah akurat. Sedangkan dari 57 berkas (59,4%) penulisan diagnosis yang tepat, terdapat 56 berkas (58,3%) kode diagnosisnya akurat dan sisanya 1 berkas (1%) kode diagnosisnya tidak akurat. Adapun untuk mengetahui lebih jelas bisa dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan Keakuratan Kode Diagnosis Keakuratan Kode Ketepatan Total Tidak akurat Akurat penulisan f % f % f % Tidak tepat 21 21,9 18 18,8 39 40,6 Tepat 1 1 56 58,3 57 59,4 Total 22 22,9 74 77,1 96 100 B. Hasil Analisis Bivariat Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Untuk menguji hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang dilakukan dengan uji Chi Square (χ 2 ) dengan bantuan program SPSS. Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4. 17

Tabel 4. Pengujian Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan Keakuratan Kode Diagnosis. χ 2 hitung χ 2 Signifikansi Koefisien tabel (df=1, =0,05) Kesimpulan (p) Contingency 35,571 3.841 0,001 0,520 Tolak H 0 Uji χ 2 ini dilakukan untuk mengetahui hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis, dengan didapatkan nilai χ 2 hitung sebesar 35,571 dengan nilai Signifikansi = 0,001. χ 2 tabel dengan derajat bebas 1 untuk α = 0,05 didapatkan nilai 3,841. Langkah selanjutnya dilakukan perbandingan, dimana nilai χ 2 hitung lebih besar daripada χ 2 tabel (35,571 > 3,841) dan selain itu nilai signifikansi p lebih kecil dari α = 0,05 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan H 0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Koefisien kontingensi sebesar 0,520 berarti tingkat keeratan hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis berada dalam kategori agak rendah. Menurut Arikunto (2010), interpretasi nilai korelasi adalah sebagai berikut : Tabel 5. Interpretasi Nilai Korelasi Besarnya Korelasi Interpretasi 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup 0,40 sampai dengan 0,60 Agak Rendah 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah 18

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri gynecology pasien rawat inap di RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ketepatan penulisan diagnosis dengan kategori tepat sebanyak 57 berkas (59,4%) dan sisanya 39 berkas (40,6%) kategori tidak tepat. 2. Keakuratan kode diagnosis dengan kategori akurat sebanyak 74 berkas (77,1%) dan sisanya 22 berkas (22,9%) kategori tidak akurat. 3. Ada hubungan yang signifikan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis pada nilai p = 0,001. B. Saran 1. Disarankan kepada dokter untuk menulis diagnosis pada berkas rekam medis dalam kondisi apapun harus menggunakan bahasa terminologi medis dengan benar dan memakai huruf balok agar dapat terbaca dengan mudah dan jelas. 2. Disarankan juga kepada petugas kodefikasi (coder) untuk menetapkan kode diagnosis dalam kondisi apapun harus menerapkan teknik pengkodean yang benar dan memahami bahasa terminologi medis. 19