Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
4.1. Letak dan Luas Wilayah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

Perkembangan Ekonomi Makro

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Puruk Cahu, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya. Drs. Agust Bernaldus

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

S. Andy Cahyono dan Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Bidang Tanaman Pangan

ANALISIS SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Transkripsi:

1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi oleh sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Berikut disajikan data hasih produksi dari kegiatan pertanian Murung Raya selama tahun 2014. Tabel 7.1. Luas Panen Tanaman Padi per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 Kecamatan Padi Sawah (Ha) Padi Ladang (Ha) Permata Intan 144 250 Sungai Babuat - 265 Murung 50 1 925 Laung Tuhup - 957 B.Tuhup Raya - 210 Tanah Siang Q 953 T. Siang Selatan 50 758 Sumber Barito - 826 Seribu Riam - 1 007 Uut Murung - 333 Jumlah 245 7 848 Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kab. Murung Raya 56

Tabel 7.2. Luas Panen Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar Menurut Kecamatan Tahun 2014 Kecamatan Permata Intan Sungai Babuat Murung Laung Tuhup B.Tuhup Raya Tanah Siang T. Siang Selatan Sumber Barito Seribu Riam Uut Murung Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar (Ha) (Ha) (Ha) 12 12 5 5 7 4 19 4 5 14 7 0 7 3 0 6 4 7 6 8 8 7 7 5 1 1 0 2 3 1 Jumlah 79 56 35 Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya 57

Tabel 7.3 Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kacang Hijau menurut KecamatanTahun 2014 Kecamatan Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau (Ha) (Ha) (Ha) Permata Intan 6 3 - Sungai Babuat - - - Murung 6 4 - Laung Tuhup - - - B.Tuhup Raya - - - Tanah Siang 2 1 - T.Siang Selatan 1 19 - Sumber Barito - 1 - Seribu Riam - - - Uut Murung - - - Jumlah 15 28 - Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya 58

Gambar 7. Peta Potensi Tanaman Pertanian dan Hortikultura di Kabupaten Murung Raya Daerah Potensi 59

Potensi pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Murung Raya sangat sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya. Lahan yang sesuai untuk tanaman pangan terletak di sebagian kecil Kecamatan Permata Intan, Kecamatan Murung, dan Kecamatan Laung Tuhup. Komoditi potensial di Laung Tuhup antara lain padi ladang, kacang tanah, tanaman kopi, lada dan kelapa. Sedang di Kecamatan Murung memiliki komoditi potensial antara lain padi ladang, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, tanaman karet, tanaman kopi, jambu mete. Areal kawasan hutan relatif makin terbatas sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Murung Raya. Oleh karena itu pelepasan kawasan hutan yang bersifat mengubah fungsi hutan perlu dibatasi. Pengembangan perkebunan dengan menggunakan tanaman tahunan yang berupa pohon, merupakan teknologi yang kompatibel dengan persyaratan ekologis, dapat memberikan fungsi hutan yang berbeda dengan hutan produksi. Redesign perkebunan pada dasarnya berupa membangun suasana harmonis antara unsur-unsur ekologi, ekonomi dan sosial budaya, sehingga nantinya bisa menjadi kawasan industri masyarakat perkebunan (Kimbun). Sebagian penduduk di Kabupaten Murung Raya hidup dari hasil perkebunan. Dengan mengandalkan teknologi tradisional ternyata penduduk tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sehubungan hal tersebut diatas, dalam rangka mendorong pengembangan perkebunan, pemerintah dalam hal ini instansi teknis (perkebunan) akan memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan modalnya. 60

Pemerintah akan memberikan Hak Penguasaan Hutan Tanaman Perkebunan (HTHTP) yang setara dengan HGU, dimana tahapan untuk mendapatkan HGU melalui tahapan-tahapan yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pertumbuhan agronomis tanaman perkebunan di relatif baik. Kendala yang dihadapi oleh petani adalah terutama berkaitan dengan sumberdaya petani yang relatif rendah, masalah sosial ekonomi. Program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) belum menyentuh pada hal-hal yang mendasar berupa teknologi tepat guna, permodalan dan pemasaran. Hal ini menyebabkan petani mengalami hambatan dalam hal meningkatkan mutu produksi perkebunan dan pemasaran. Pemanfaatan potensi hutan yang melimpah di Kabupaten Murung Raya cukup menjanjikan bagi perekonomian di daerah ini. Tanaman perkebunan dengan nilai ekonomi tinggi seperti karet, kelapa, kopi, lada dan jambu mete telah dikembangkan di daerah ini yang tersebar diseluruh kecamatan dan diharapkan dapat mendorong meningkatnya ekonomi masyarakat. Sampai saat ini tanaman karet masih menjadi produk unggulan di sektor perkebunan dan masih menjadi tanaman idola bagi masyarakat khususnya di pedesaan. 61

Tabel 7.4. Luas Areal (Ha) Tanaman Perkebunan (ton) Menurut Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 Kecamatan Karet Kopi Cengkeh Lada Kelapa (1) (2) (3) (4) (5) (6) Permata Intan 7 471,72 88,87-8,90 176,24 Sungai Babuat 2 394,28 28,21-1,55 45,93 Murung 7 274,65 103,30 0,17 8,74 223,50 Laung Tuhup 13 674,82 115,92 0,53 9,83 234,79 Barito Tuhup Raya 3 041,87 35,55-2,32 57,49 Tanah Siang 9 104,24 94,22 1,64 11,28 146,61 T. Siang Selatan 2 957,81 32,82-1,52 54,55 Sumber Barito 4 882,84 48,75-7,44 96,34 Seribu Riam 1 132, 27 33,47-1,65 45,93 Uut Murung 865, 88 24,45-0,85 31,80 Jumlah 52 800,38 605,56 2,34 54,08 1 113,18 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Murung Raya Hampir semua kecamatan di Kabupaten Murung Raya memiliki potensi untuk pengembangan karet dan kelapa, akan tetapi bagian tengah sampai ke Utara Kabupaten Murung Raya lebih berpotensi karena didukung oleh kondisi wilayah yang relatif lebih tinggi. Komoditi perkebunan seperti kopi, lada, dan sawit relatif masih dalam skala kecil diusahakan oleh masyarakat. Komoditi ini terbatas pada lahan sekitar pemukiman atau lahan pekarangan dan lahan usaha untuk daerah transmigrasi. 62

Sejalan dengan pengakuan petani setempat hanya dengan membudidayakan karet dan kelapa dalam di lahan usaha mereka, pendapatan dalam jangka panjang akan stabil, sedangkan jika pun ada tanaman pangan yang diusahakan oleh petani hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Kelebihan dari budidaya komoditi karet dan kelapa dalam adalah karena masyarakat sudah terbiasa membudidayakan komoditi tersebut dan lebih toleran terhadap kondisi lingkungan sehingga resiko kegagalan budidaya oleh petani relatif kecil. Sedangkan budidaya tanaman pangan umumnya hanya berupa komoditas lokal yang produksinya masih relatif rendah. Usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah dengan membudidayakan varietas yang unggul yaitu dari segi produksinya dan tahan terhadap kondisi lingkungan di Kabupaten Murung Raya. 63

Gambar 9. Peta Kawasan Hutan Lindung dan Budidaya di Wilayah Kabupaten Murung Raya 64

Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan/Hutan di Wilayah Kabupaten Murung Raya 65

Pemenuhan kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Murung Raya selama ini, masih bertumpu pada hasil perikanan dari daerah lain. Namun demikian, pemerintah tidak tinggal diam, penggalakan program budidaya ikan sepertinya sudah mulai membuahkan hasil. Dengan pemberian bantuan benih ikan, diharapkan produksi budidaya ikan kian meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas perkembangan produksi perikanan Kabupaten Murung Raya menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 7.5. Tabel 7.5. Produksi Perikanan Penangkapan di Sungai dan Budi Daya Tahun 2014 (Dalam Ton) Kecamatan Penangkapan Jenis Perairan Budi Daya Jumlah (1) (2) (3) (5) Permata Intan 26,04 188,25 214,29 Sungai Babuat 22,32-22,32 Murung 123,63 332,28 455,91 Laung Tuhup 51,15 55,8 106,95 Barito Tuhup Raya 79,49 120,81 200,3 Tanah Siang 12,03 188,58 200,61 Tanah Siang Selatan 14,1 102,38 116,48 Sumber Barito 31,24 129,27 160,51 Seribu Riam 65,05 49,96 115,01 Uut Murung 54,6 37,72 92,32 Jumlah 479,65 1 205,05 1 684,7 Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya Kecamatan yang mempunyai jumlah produksi terbesar adalah Kecamatan Murung dan Tanah Siang. 66

Kegiatan peternakan di Kabupaten Murung Raya setiap tahun menunjukkan peningkatan perkembangan populasinya untuk semua jenis ternak. Hampir di semua kecamatan terutama kecamatan Murung dan Tanah Siang kegiatan peternakan dikembangkan. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan usaha kegiatan pertanian tanaman pangan khususnya sawah, yang memberikan keuntungan subsitusi dari dua kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan sektor perternakan yang ada di Kabupaten Murung Raya dapat dilihat pada tabel di berikut ini Tabel 7.6. Tabel 7.6. Banyaknya Populasi Ternak dan Unggas menurut Jenisnya Tahun 2014 (ekor) No Jenis Ternak 2014 (1) (2) (3) Ternak 1 Sapi Perah - 2 Sapi Potong 1 421 3 Kerbau 9 4 Kambing 1 708 5 Babi 8.670 6 Kuda - Unggas 1 Ayam Buras/ Ayam Kampung 98 770 2 Ayam Ras/ Petelur 2.500 3 Ayam Ras Broiler 424 730 4 Itik 1658 5 Kelinci - Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya 67

1.2. Pertambangan dan Penggalian Potensi bahan galian di Kabupaten Murung Raya digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan bagian yaitu : Golongan A yaitu bahan galian golongan strategis antara lain minyak, gas bumi, dan batu bara. Golongan B, yaitu bahan galian vital antara lain emas, intan dan antiminit. Golongan C, yaitu bahan galian golongan yang tidak termasuk strategis dan vital antara lain batu kapur, bentonit, basal, phosphat, mika, andesit, granit, gabro dan lain - lain. Dari beberapa potensi yang terdapat di Kabupaten Murung Raya yang sudah dimanfaatkan adalah batubara, emas, intan dan sebagian kecil bahan galian C, baik yang sudah mempunyai izin maupun belum, serta yang dilaksanakan secara tradisional. Berdasarkan sumber daya alam yang dimilikinya, Kabupaten Murung Raya merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah yang memiliki potensi bahan galian strategis (golongan A) seperti emas di Kecamatan Sumber Barito, Permata Intan, Murung dan Tanah Siang. Selain itu Kabupaten ini memiliki bahan galian Intan di Kecamatan Murung dan Permata Intan. Sedang bahan Galian golongan B, batu bara, terdapat di kecamatan Permata Intan, Laung Tuhup, Sumber Barito dan 68

Tanah Siang.Untuk bahan galian golongan C terdapat di Kecamatan Permata Intan, Murung dan Sumber Barito. Tabel 7.7. Banyaknya Perusahaan (Ijin Usaha Pertambangan) Yang Beroperasi Menurut Tingkat Kegiatandi Kabupaten Murung Raya, 2005-2014 Tingkat Kegiatan Tahun Jumlah Penyelidikan Umum Eksploitasi Eksplorasi (1) (2) (3) (4) (5) 2005 - - 9 9 2006 - - 10 10 2007 - - 18 18 2008 - - 29 29 2009 3 3 42 48 2010-3 56 59 2011-4 51 55 2012-8 47 55 2013 NA NA NA NA 2014-13 40 53 Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya *) 69

Gambar 10. Peta Perusahaan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Murung Raya 70

Potensi alam yang dimiliki Kabupaten Murung Raya selain potensi di bidang perkebunan dan kehutanan, hasil produksi sektor pertambangan dan penggalian cukup menjanjikan. Beberapa perusahaan sudah melakukan kegiatan pertambangan seperti aktivitas eksplorasi/studi kelayakan bahkan sudah ada yang melakukan eksploitasi/produksi. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di sektor pertambangan sehingga dapat memberikan kontribusi khususnya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Tabel 7.8. Produksi Pertambangan dan Penggalian Menurut Jenisnya di JenisBahan Pertambangan Kabupaten Murung Raya, 2013 dan 2014 Satuan (1) (2) (3) JumlahProduksi 2013 2014 Batubara MT 3 034 823,17 2 882 142,44 Emas Kg 591,4 - Perak Kg 12 922,30 - Batu Belah M 3 17 576,73 - Sirtu M 3 974,00 2 866 Pasir M 3 56 220,60 16 617 Awkes M 3-5 566 Tanah Urug M 3 20 645.80 374 Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya *) 71

1.4 Perikanan dan Peternakan Di sektor perikanan dapat dilihat bagaimana statistik produksi daging dan telur di Kabupaten Murung Raya di tabel 7.9. Terlihat bahwa dari berbagai jenis daging yang berproduksi paling banyak adalah ayam broiler, yaitu sebanyak 397.136 kg. Sedangkan telur, ayam buras memberikan produksi terbesar dengan jumlah 510.279 butir telur. Tabel 7.9. Produksi daging dan Telur menurut Jenis Ternak (Kg) di Kabupaten Murung Raya, 2014 Produksi Daging/Telur Berat Karkas yang Jenis Ternak Digunakan (Kg/Butir) (Kg) (1) (2) (3) Daging: Telur: 1. Sapi 141 251,34 155,9 2. Kerbau 1 329,07 160 3. Kambing 1 850 125 4. D o m b a - - 5. B a b i 38 265,66 22,5 6. K u d a - - 7. Unggas Ayam Petelur 712 0,85 Ayam Broiler 424 880,5 0,85 Ayam Buras 11 433,66 0,85 I t i k 38 265,97 0,85 Ayam Ras 5 191,04 - Ayam Buras 2 537 - I t i k / Bebek 4 534-72

Kabupaten Murung Raya pun memberikan hasil alam di sektor perikanan dengan berbagai macam jenis ikan, seperti pada tabel 7.10. Jumlah total produksi ikan baik dari penangkapan maupun budidaya adalah sebanyak 1.170,49 ton pada tahun 2013 Tabel. 7.10. Produksi Perikanan Penangkapan di Sungai dan Budidaya di Kabupaten Murung Raya, 2014 No Rincian Produksi (Ton) (1) (2) (3) Penangkapan (Sungai): 1 Baung 136,61 2 Tapah 22,11 3 Lais 109,19 4 Patin 82,04 5 Belida 18,03 6 Salab 15,36 7 Pipih 15,93 8 Jelawat 17,31 9 Udang 21,26 10 Ikan Lainnya 54,47 Budidaya: 11 Mas 549,67 12 Nila 560,36 13 Patin 51,52 14 Bawal 14,94 15 Gurame 26,82 16 Ikan Lainnya 0 Jumlah Penangkapan + 1695,62 Budidaya Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya 73

2. Struktur Perekonomian Ciri perekonomian suatu daerah ditunjukan oleh sumbangan masing-masing sektor ekonomi / lapangan usaha yang menggambarkan struktur ekonomi daerah. Secara kuantitatif dapat diukur dengan indikator PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku. Struktur perekonomian nasional telah mengalami pergeseran yang semula dimotori oleh sektor pertanian, maka mulai tahun 1992 yang menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional adalah sektor industri pengolahan. Namun tidak demikian halnya untuk umumnya daerah Kalimantan Tengah dan Khususnya Kabupaten Murung Raya. Sampai tahun 2007 sektor pertanianlah yang menjadi motor utama. Tercatat 33,34 persen kontribusinya terhadap PDRB tahun 2007 dan merupakan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Akan tetapi mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 konribusi sektor pertanian terus menurun dan perekonomian utama kini dimotori oleh sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading sector. Perekonomian Murung Raya tahun 2011 selain dimotori oleh sektor pertambangan dan penggalian di urutan pertama, dan sektor pertanian di posisi kedua, di posisi ketiga adalah sektor jasa, yang terdiri dari sub sektor pemerintahan umum dan swasta. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 mencapai 36,26 persen, sedangkan kontribusi sektor pertanian sebesar 23,75 persen. Sektor jasa dimana termasuk jasa pemerintah selaku pemegang kendali memiliki peran sebesar 11,36 persen terhadap perekonomian Murung Raya. 74

Di posisi keempat diduduki sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu dengan kontribusi sebesar 10,92 persen pada tahun 2013. Di peringkat selanjutnya ada sektor bangunan di posisi kelima dengan kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 6,42 persen. Peringkat enam diduduki oleh kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi yang pada tahun 2013 kontribusinya sebesar 5,18 persen. Berturut-turut di posisi tujuh dan delapan adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun 2013 kontribusinya berturut-turut adalah sebesar 3,05 persen dan 2,54 persen. Posisi juru kunci kontributor perekonomian Murung Raya tahun 2012 adalah sektor listrik dan air bersih. Pada tahun 2012 kontribusi sektor ini sebesar 0,52 persen saja. Tabel 7.11 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%) Kabupaten Murung Raya Tahun 2011-2013 Lapangan Usaha 2011 2012** 2013*** (1) (2) (3) (4) Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan) 25,72 24,49 23,75 Pertambangan dan Penggalian 37,14 36,84 36,26 Industri Pengolahan 2,97 3,00 3,05 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,43 0,45 0,52 Bangunan dan Konstruksi 5,57 6,06 6,42 Perdagangan, Hotel dan Restauran 9,86 10,42 10,92 Angkutan dan Komunikasi 5,49 5,42 5,18 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,28 2,41 2,54 Jasa-Jasa 10,54 10,91 11,36 Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya 75

Dengan demikian jelas bahwa sektor-sektor yang menempati urutan atas merupakan sektor-sektor yang sangat mempengaruhi naik-turunnya laju PDRB Kabupaten Murung Raya. Sedangkan kedua sektor urutan terakhir kurang berpengaruh terhadap perkembangan PDRB Murung Raya secara keseluruhan, karena peranannya yang relatif kecil. Namun demikian secara total, Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Murung Raya mengalami kenaikan pada tahun 2013 ini dibandingkan tahun sebelumnya. 3. PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kabupten Murung Raya sejak Tahun 2009 hingga tahun 2011 selalu bergerak naik semenjak lepas dari dampak krisis global di penghujung tahun 2008. Pada tahun 2014, laju pertumbuhan ekonominya sebesar 6,00 persen dengan PDRB atas dasar harga konstan lebih dari satu trilyun rupiah. Tabel 7.12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Murung Raya Tahun 2008-2014 (%) Rincian 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Laju Pertumbuhan 5,21 5,18-7,70 6,82 6,43 6,00 Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya 76

4. PDRB PERKAPITA Sejak Tahun 2015 terdapat perubahan dalam metode penyusunan PDRB, yaitu berubahnya penggunaan dasar harga konstan dari sebelumnya menggunakan tahun 2000 sebagai dasar penghitungan menjadi tahun 2010. PDRB perkapita Kabupaten Murung Raya tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 cenderung selalu mengalami peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2010. Untuk tahun 2010, PDRB perkapita atas dasar harga konstan mencapai 34 juta rupiah sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 36 juta rupiah. Begitu juga untuk tahun 2012 sampai 2014 berturut-turut kembali mengalami peningkatan menjadi 38, 39, dan 40 juta rupiah. Sedangkan berdasar harga berlaku, PDRB perkapita masyarakat Murung Raya tahun 2010 mencapai 34 juta rupiah. Empat tahun berikutnya sampai dengan 2014, berturut-turut meningkat menjadi 41, 44, 46,dan 48 juta rupiah. Tabel 7.13. PDRB Perkapita Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Tahun 2010-2014 (Rp) Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (JutaRp) Atas Dasar Harga Konstan 2010 (JutaRp) Pertumbuhan (%) (1) (2) (4) (5) 2010 34 890,53 34 890,53-2011 2012 2013* 2014** 41 081,93 44 454,69 46 080,22 48 485,91 Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya 36 958,56 38 839,57 39 370,11 40 716,43 5,93 5,39 1,52 3,86 77

5. SEKTOR EKONOMI UNGGULAN Perekonomian Murung Raya sampai dengan saat ini masih sangat tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Dengan kontribusi yang tinggi dari dua sektor ini bukan berarti tidak dibutuhkan perhatian khusus. Sektor pertambangan dan penggalian sebagian besar dikuasai oleh penduduk non residen Murung Raya, sehingga sebenarnya terjadi capital flight terhadap sebaagian besar hasil nilai tambah dari sektor ini. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk memberkikan kontrol dan evaluasi seberapa besar nilai tambah sektor ini dapat meningkatkan kesejahteraan terhadap masyarakat Murung Raya itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak. Sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Murung Raya, khususnya perkebunan karet. Karena karet merupakan komoditi ekspor, maka harga karet turut berfluktuasi sesuai mekanisme pasar global. Suatu saat harga karet dapat meroket tinggi, namun tak jarang juga harganya terjungkal. Pemerintah perlu memikirkan strategi khusus untuk melindungi petani agar tidak merasakan dampak yang teramat dalam akibat fluktuasi tersebut, mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di dunia disamping Malaysia dan Thailand. Sektor jasa terutama jasa pemerintahan umum memegang peran cukup signifikan terhadap perekonomian Murung Raya, sehingga ke depan perlu terus ditingkatkan melalui berbagai ragam kebijakan yang lebih pro rakyat. Agar besarnya peran tersebut, secara ekonomis benar-benar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. 78

Sektor industri pengolahan tampaknya sangat perlu pembinaan dan bantuan. Selama ini kebutuhan masyarakat akan barang sekunder sebagian besar didatangkan dari luar wilayah, sehingga harganya cukup tinggi. Hal ini terjadi salah satunya karena sulitnya memperoleh bahan baku penolong dan inginya biaya antara yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan sendiri suatu barang, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membelinya secara langsung, meski harus didatangkan dari luar daerah dengan harga yang relaif tinggi. Ke depan, sektor ini perlu terus dibina dan dimodali agar lebih bergairah. 79