BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memberikan manfaat bagi stakeholdernya.stakeholder yang dimaksud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan institusional), leverage dan ukuran perusahaan terhadap risk

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. non keuangan yang detail dan memadai. kinerja dan operasional perusahaan yang sesungguhnya. Disclosure

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ketatnya persaingan dan perkembangan ekonomi secara global yang

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertindak sebagai prinsipal. Agency theory pertama kali dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen kepada pemegang saham dijelaskan dalam agency theory.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Agency Theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu sematamata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB 1 PENDAHULUAN. X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dari berbagai industri. Semua industri akan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Laporan keuangan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia membutuhkan kajian teori sebagai berikut: khusunya informasi tersebut merupakan berita baik (good news).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

BAB I PENDAHULUAN. transparan terutama pada perusahaan yang melakukan penawaran umum. Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai sumber informasi bagi para investor untuk mengevaluasi, (disclosure) yang disajikan dalam laporan tahunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya pemisahaan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan pihak investor luar yaitu publik di luar lingkup

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan perusahaan untuk menjadi perusahaan go public di. dikeluarkan perusahaan sebagai dasar pertimbangan investor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. perusahaan. Kinerja keuangan merupakan suatu hasil pelaporan yang menunjukkan kondisi serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori utama (grand theory) yang mendasari penelitian ini adalah agency

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian politik di Eropa dan kebijakan moneter USA, semua perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori Stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah suatu entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

BAB II LANDASAN TEORI. laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik dan didalamnya terdapat laporan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan yang dikeluarkan secara periodik oleh perusahaan, akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. penting, tidak hanya bagi pihak internal tetapi juga bagi pihak eksternal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena berkaitan erat dengan corporate governance, sehingga sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Teori ini menjelaskan hubungan antara principal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul ketika satu orang atau lebih (principal) bersepakat dengan orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Stakeholder Dalam teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya.stakeholder yang dimaksud adalah pemegang saham, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya yang ikut serta dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Stakeholder baik dari pihak internal ataupun eksternal, harus lah sama-sama dalam mendukung kemajuan dan kemakmuran perusahaannya. Dengan kata lain kemakmuran suatu perusahaan sangat bergantung kepada dukungan yang diberikan dari para stakeholder perusahaan tersebut. Karena stakeholder adalah pihak yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan dan strategi perusahaan. 2.1.2. Teori Agensi Jensen dan Mackling (Slamet Haryono, 2005) mendefinisikan teori agensi sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain agen (manajer) untuk menjalankan aktifitas perusahaannya. Di dalam teori agensi yang dimaksud sebagai principal adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan, sedangkan yang dimaksud sebagai agen adalah manajemen yang berkewajiban mengelola harta pemilik. 9

Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasional perusahaan, sedangkan agen sebagai pengelola berkewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana yang dipercayakan oleh principal untuk meningkatkan kemakmuran principal melalui peningkatan nilai perusahaan. Sebagai imbalan dari principal, agen akan diberikan bonus, kenaikan gaji, kompensasi serta promosi jabatan. Namun kenyataannya, agen sering melanggar kontrak yang telah disepakati bersama oleh principal, yakni bertanggung jawab dalam mensejahterahkan dan memajukan perusahaan, serta meningkatkan kemakmuran para principal. Agen lebih mementingkan kesejahteraan diri sendiri. Konflik yang sering terjadi didalam teori agensi yaitu dikarenakan para pengambil keputusan tidak ikut serta dalam menanggung risiko apabila salah mengambil keputusan. Menurut para pengambil keputusan risko tersebut seharusnya ditanggung oleh oleh para pemilik saham. Hal inilah yang menimbulkan ketidaksinkronan antara pihak pengambilan keputusan dengan para pemilik saham. Konflik ini dapat diminimalkan dengan cara, manajer harus menjalankan perusahaan sesuai dengan kepentingan para pemegang saham begitupula dalam pengambilan keputusan oleh manajer harus disesuaikan dengan kepentingan pemegang saham. Dalam menjalankan perusahaan manajer juga dapat dimonitor oleh para pemegang saham. Tetapi pada kenyataannya tidak semua tindakan manajer dapat dimonitor oleh 10

pemegang saham karena kompleknya aktifitas perusahaan serta semakin besarnya ukuran perusahaan. Menurut Slamet Haryono (2005) terdapat tiga macam biaya dalam teori agency yaitu : 1. Biaya monitoring yang dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi aktifitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk mengaudit laporan keuangan dan premi asuransi untuk melindungi asset perusahaan. 2. Biaya bonding yang ditanggung manajer untuk memberikan jaminan kepada pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan perusahaan. 3. Residual loss adalah biaya yang ditanggung oleh principal untuk mempengaruhi keputusan manajer supaya meningkatkan kesejahteraan principal. 2.1.3. Manajemen risiko Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mencegah terjadinya risiko. Menurut Smith (1990) manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan darisebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Perusahaan mengambil tindakan manajemen risiko untuk merespon bermacam-macam risiko. Dalam melakukan respon risiko yang dilakukan oleh manajemen risiko adalah dengan cara mencegah dan memperbaiki. 11

Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi. Menurut Darmawi (2005) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu : 1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. 2. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. 3. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung. 4. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non-material bagi perusahaan itu. 5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image. 2.1.4. Pengungkapan Manajemen Risiko Pengungkapan manajemen risiko dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau 12

pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko yang berkaitan di masa mendatang. Pengungkapan manajemen risikoberpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor, dan stakeholders (Amran et al., 2009). Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 11/25/PBI/2009 perubahan atas nomor: 5/8/PBI/2003, manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Berdasarkan pengertian diatas, pengungkapan manajemen risikodapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko di masa mendatang. Pengungkapan manajemen risiko berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor dan stakeholder. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 11/25/PBI/2009 perubahan atas nomor: 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif baik untuk bank secara individual maupun untuk bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak. Bank Umum Konvensional hanya mempunyai 8 risiko yang terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik, dan risiko kepatuhan. 13

Wolk dan Tearney (dalam Marwata, 2000) menyatakan pengungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun yang secara sukarela dilakukan perusahaan. Pengungkapan dalam laporan keuangan dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela. 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan ini merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 mengenai laporan tahunan bahwa yang dimaksud dengan pengungkapan wajib adalah meliputi semua pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. 2. Pengungkapan Sukarela Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan. Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. 14

Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan berbagai pihak. Adapun tujuan dari pengungkapan manajemen risiko menurut Belkaoui (2000) adalah: 1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan. 2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut. 3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui. 4. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antarperusahaan dan antartahun. 5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang. 6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya. Pengungkapan manajemen risiko menjadi sebuah keharusan bagi perusahaan sebagai bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban perusahaan terhadap para pengguna laporan tahunan perusahaan. 15

Pengungkapan manajemen risiko di Indonesia juga sudah mulai serius di laporkan, ini terbukti dari peraturan pemerintah antara lain PSAK No 50 (revisi 2006) tentang instrumen keuangan: pengungkapan dan keputusan ketua BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-134/BL/2006 tentang: kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik. Banyaknya peraturan mengenai pengungkapan manajemen risiko di Indonesia membuktikan bahwa pengungkapan manajemen risiko di Indonesia sudah mulai serius di laksanakan. Peraturan pengungkapan risiko di indonesia seperti PSAK No 50 (revisi 2006) dan Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK Nomor: Kep-134/BL/2006 umumnya mengatur mengenai prosedur pengungkapan manajemen risiko yang harus di lakukan oleh perusahaan di Indonesia. 2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Manajemen Risiko 1. Leverage Menurut Brighamdan Houston (2006), leverage adalah rasio untukmengukur seberapajauhperusahaan menggunakanhutang.semakin besarrasioleveragemakasemakinburuk keadaankeuangan sebuah perusahaan, semakinbesarnyapendanaanperusahaan halinidisebabkan yangberasaldarihutang, jadisemakintinggipularisikokeuanganyang akanditanggungolehperusahaan dansebaliknya 16

apabilarasioleverage rendahmakarisikokeuanganataurisikokegagalanperusahaan untuk mengembalikanpinjamanakansemakinrendah. Tingginya levelutangcenderung membuatperusahaan untuk membentuk komite(chen et al. Dalam Safitri, 2013), jadisemakin tinggi tingkat leverageperusahaan membuatperusahaan cenderung membentuk pengungkapan manajemen risikountukmenangani secara khusus manajemen risiko(andarini,dalam Safitri, 2013). 2. Profitabilitas Definisi profitabilitas adalah salah satu penilaian kinerja manajemen dalammencapai tujuan perusahaan yaitu kenaikan laba, sedangkan definisi tingkat profitabilitas adalah suatu cara untuk menggambarkan posisi laba perusahaan. Tingkat profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan net profit margin.formula yang digunakan untuk menghitung net profit marginadalah jumlah laba bersih terhadap jumlah pendapatan operasional. 17

3. Ukuran Perusahaan Perusahaan dengan ukuran besar memiliki kegiatan usaha yang lebih kompleks yang mungkin akan menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap masyarakat luas dan lingkungannya, sehingga dilakukan pengungkapan informasi yang lebih untuk menunjukkan pertanggungjawaban perusahaan kepada publik (Cowen et al., 1987 dalam Hackston dan Milne, 1996). Penelitian ini menggunakan total asset sebagai alat untuk menilai ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengantotalassetyang totalsumberdayayangdimilikiperusahaan menggambarkan dariaktivitas operasidaninvestasi. Semakinbesartotalasset,makasemakinbesarpula ukuranperusahaantersebut. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah melakukan penelitian sehubungan dengan judul penelitian iniadalah dilakukan oleh sebagai berikut: 18

Nama No Peneliti 1 Meizaroh dan Jurica (2011) Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Variabel Pengaruh Independen: Corporate Komisaris independen, Governance ukuran dewan dan komisaris, keberadaan Konsentrasi risk management Kepemilikan committee, reputasi pada auditor, dan Pengungkapan konsentrasi Enterprise Risk kepemilikan.dependen: Management Pengungkapan Enterprise Risk Management Hasil Penelitian Komisaris independendan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ERM. Sedangkan risk management committee, reputasi auditor, dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan ERM. 2 Edo Bangkit Prayoga dan Luciana Spica Almilia (2013) Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko Independen: Ukuran perusahaan, kepemilikan manajemen, kepemilikan domestic, kepemilikan asing, kepemilikan public. Dependen: Pengungkapan manajemen risiko Ukuran perusahaan dan kepemilikan manajemen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko. Sedangkan kepemilikan domestic, kepemilikan asing, dan kepemilikan public berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko. 3 Harris Afif Firdaus (2014) Pengaruh Leverage, Profitabilitas, dan Strukutur Kepemilikan Publik terhadap Risk Management Disclosure Independen: Leverage, profitabilitas, dan struktur kepemilikan public. Dependen: Risk Management Disclosure Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap risk management disclosure. Sedangkan leverage dan struktur kepemilikan public berpengaruh terhadap risk management disclosure. 19

2.3. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: Leverage (H1) HHh Profitabilitas (H2) Pengungkapan manajemen risiko Ukuran Perusahaan (H3) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Semakin tinggi leverage suatu perusahaan akan menyebakan semakin luasnya tingkat pengungkapan manajemen risiko, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan semakin besar pula permintaan tranparansi informasi. Hal ini yang menyebabkan hubungan antara leverage dan pengungkapan manajemen risiko berpengaruh positif. Profitabilitas juga memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen risiko karena semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin banyak tingkat pengungkapannya, karena manajer perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dapat memberikan informasi yang lebih besar untuk meningkatkan kepercayaan investor. Ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan pengungkapan manajemen risiko, karena semakin besar industri tersebut maka semakin banyak 20

investor yang menanamkan modalnya di perusahaan.hal ini mengakibatkan pengungkapan manajemen risiko semakin luas, hal ini sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap investor. 2.4. Hipotesis 2.4.1. Leverage Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko Leverage adalah penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutupi dengan biaya tetap atau beban tetap. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to ratio. Pengukuran leverage menggunakan debt to asset ratio didasarkan pada alasan bahwa ratio leverage telah digunakan sebagai proksi risiko dalam beberapa studi pengungkapan (Anisa, 2012). Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai oleh hutang. Menurut teori stakeholder, perusahaan diharapkan mengungkap lebih banyak risiko dengan tujuan untuk menyediakan penilaian dan penjelasan mengenai apa yang terjadi pada perusahaan (Amran et al, 2009). Terdapat hubungan yang positif antaraleverage perusahaan dengan pengungkapan manajemen risiko,hal ini berdasarkan penelitian Harris Afif Firdaus (2014). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dirumuskan hipotesis: 21

H1 = Leverage memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen risiko. 2.4.2. Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan cenderung melakukan pengungkapan manajemen risiko lebih banyak dibandingkan perusahaan yang mengalami penurunan profitabilitas atau kerugian. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang baik dapat memberikan informasi yang lebih besar untuk meningkatkan kepercayaan investor.perusahaan yang memiliki penurunan profitabilitas atau kerugian akan cenderung menutupi risiko yang mereka hadapi karena takut terjadinya penurunan investasi dan kepercayaan investor terhadap pengelola perusahaan. Hal ini dikarenakan rendahnya profitabilitas mengindikasikan tingginya risiko yang dihadapi perusahaaan (Barry dan Brown, 1986; Prodham dan Harris, 1989 dalam Aljifri dan Hussainey, 2007).Aljifri dan Hussainey (2007) menemukan hubungan positif antara profitabilitas dengan pengungkapan manajemen risiko. Berdasarkan penjelaskan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H2 = Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen risiko. 22

2.4.3. Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko.perusahaan besar akan mengungkapkan risiko lebih banyak dibandingkan denganperusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih besar untuk membiayai penyediaan informasi bagi pihak internal perusahaan, informasi tersebut digunakan untuk memberikan informasi bagi pihak eksternal perusahaan, sehingga tidak membutuhkan biaya yang lebih besar untuk melakukan pengungkapan secara menyeluruh. Perusahaan kecil tidak mempunyai informasi yang siap saji seperti perusahaan besar, hal ini mengakibatkan perusahaan kecil memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempunyai informasi selengkap perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya mempunyai persaingan ketat dengan perusahaan yang lain, karena jumlah perusahaan kecil lebih banyak di bandingkan jumlah perusahaan besar. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar (Singhvi dan Desai,1971 ; Buzby,1975 dalam Amilia dan Retrinasari, 2007). 23

Amran et al (2009) menemukan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan manajemen risiko. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H3= Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan manajemen risiko. 24