DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB)

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Analisis Perkembangan Industri

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BERITA RESMI STATISTIK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BERITA RESMISTATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

Transkripsi:

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

RINGKASAN SRI MULYANI. Dampak Restrukturisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Barat (Analisis Input-Output) (dibimbing oleh WIWIEK RINDAYANTI). Pembangunan ekonomi di Jawa Barat secara makro didominasi oleh sektor industri pengolahan. Sektor indistri pengolahan sebagai salah satu sektor andalan bagi perekonomian mampu memberikan kontribusi besar dari tahun ke tahun, walaupun pertumbuhannya mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor dari industri pengolahan yang memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian Jawa Barat. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (2005), distribusi perusahaan TPT yang ada di Indonesia sebagian besar berlokasi di wilayah Jawa Barat, yaitu dengan persentase sebanyak 57 persen, Jawa Barat dapat dikatakan sebagai sentral pabrik tekstil di Indonesia. Dengan melihat kondisi seperti di atas maka sektor industri TPT Jawa Barat merupakan salah satu sub sektor industri pengolahan yang sangat strategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor industri TPT, karena sektor industri TPT memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, menghasilkan kebutuhan pokok berupa sandang, dan memasok kebutuhan pasar domestik. Walaupun demikian, upaya peningkatan industri TPT masih dihadapkan pada berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal. Dari permasalahan eksternal seperti terbentuknya blok-blok perdagangan maupun perdagangan antar kawasan atau regional baru, khususnya di negara-negara yang selama ini telah menjadi tujuan ekspor TPT. Selain itu tumbuhnya kompetitor-kompetitor baru telah menambah berat persaingan dalam menghadapi pasar global yang semakin terbuka dan pasti. Salah satu permasalahan internal itu adalah kondisi mesinmesin industri TPT yang ada di Indonesia hampir sebagian besar sudah berusia di atas 15 sampai 20 tahun, bahkan ada yang menyatakan sudah 70 persen nya out of date dengan usia yang sudah tua sehingga sudah saatnya pemerintah melakukan restrukturisasi mesin-mesin TPT (API, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan sektor industri TPT menganalisis dampak keterkaitan dan dampak penyebaran, dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor industri TPT dilihat berdasarkan efek multiplier terhadap antara sektor industri TPT terhadap sektor-sektor lainnya di Jawa Barat, menganalisis apakah program restrukturisasi industri TPT efektif dalam meningkatkan kinerja perekonomian Jawa Barat baik dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output 1999 klasifikasi 76 sektor Data diperoleh dari BPS Pusat, BPS Jawa Barat, dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).

Hasil analisis menunjukkan bahwa pembentukan output untuk sektor industri TPT pada tahun adalah sebesar Rp 41,05 miliar atau sebesar 13,08 persen dari total output Jawa Barat tahun 1999. Permintaan akhir untuk sektor industri TPT sebesar Rp 24,61 miliar atau 10,36 persen dari total permintaan akhir yang digunakan untuk memenuhi untuk memenuhi permintaan barang dan jasa untuk keperluan konsumsi langsung. Permintaan antara sektor industri TPT sebesar Rp 16,65 miliar atau sebesar 10,81 persen nilai keterkaitan output langsung ke depan untuk sektor industri TPT adalah sebesar 0,38 yang berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan output sektor hilir sebesar Rp 0,38 juta secara langsung terhadap sektor-sektor yang lainnya dan sektor TPT sendiri. nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar adalah sektor industri TPT yaitu sebesar 0,66 yang berarti jika terjadi peningkatan terhadap permintaan akhir sebesar satu juta rupiah di sektor industri TPT, maka akan meningkatkan output sektor hulu dari industri TPT sebesar Rp 0,66 juta dari sektor lainnya yang menyediakan input secara langsung termasuk sektor itu sendiri. Industri TPT merupakan sektor yang mempunyai koefisien penyebaran paling tinggi yaitu sebesar Rp 1,34. Nilai koefisien yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor industri TPT memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkakan output sektorsektor lainnya yang digunakan sebagai input sektor industri TPT Sektor industri TPT memiliki nilai kepekaan penyebaran kurang dari satu yaitu sebesar 0,97. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa industri TPT kurang mampu dalam mendorong produksi sektor hilirnya yang menggunakan input dari sektor industri TPT. Sektor industri TPT dikatakan kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya karena produk dari sektor TPT cenderung dikonsumsi langsung oleh rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa industri TPT merupakan industri yang mampu meningkatkan pertumbuhan hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien penyebaran sektor hulunya, selain itu industri TPT merupakan industri padat karya di mana memiliki nilai multiplier tenaga kerja yang besar sehingga lebih mampu mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa Dari adanya program restrukturisasi industri TPT tahap 1 yang mulai berjalan sejak Januari 2007 telah berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika pemerintah sukses dalam pelaksanaan program restrukturisasi tahap 1 dan tidak ada kebocoran di dalamnya maka program restrukturisasi industri TPT perlu di tambah untuk tahap selanjutnya. Pemerintah pusat perlu memperhatikan jalannya program restrukturisasi industri TPT karena hal ini sangat berhubungan dengan sistem birokrasi yang ada di Indonesia, sehingga diharapkan program restrukturisasi ini tepat sasaran.

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2007 Sri Mulyani H14103087

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sri Mulyani Nomor Registrasi Pokok : H14103087 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Dampak Restrukturisasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terhadap Kinerja Perekonomian Jawa Barat (Analisis Input-Output) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir.Wiwiek Rindayanti, M.Si. NIP. 131 653 137 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektorsektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri selalu memiliki nilai tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan tambahan manfaat kepada pemakainya (Dumairy, 2000). Kondisi perekonomian suatu wilayah yang sudah maju ditandai dengan semakin meningkatnya peran sektor industri pengolahan dan jasa dalam perekonomian wilayah tersebut. Sektor tersebut telah mampu menggantikan peran sektor pertanian yang ada terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Jawa Barat memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional yaitu sebesar 14,50 persen selama periode 2001 sampai 2005 (BPS, 2005). Kontribusi Jawa Barat terhadap perekonomian nasional berada di urutan ke tiga setelah DKI Jakarta yang memberikan kontribusi rata-rata sebesar 17 persen dan Propinsi Jawa Timur yang kontribusinya mencapai 15 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Jawa Barat secara ekonomi merupakan salah satu wilayah yang sangat diperhitungkan peranannya dalam perekonomian nasional. Sementara itu diantara sektor-sektor perekonomian yang ada di Indonesia, Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki kontribusi sangat besar

2 terutama untuk sektor listrik, gas dan air bersih yang mencapai 40 persen lebih dan industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 20 persen. Selain itu sektor perdagangan pun memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sebesar 15,54 persen pada tahun 2001 meningkat menjadi 16,05 persen pada tahun 2005. Pada Tabel 1.1. dapat dilihat nilai persentase kontribusi masing-masing sektor perekonomian Jawa Barat dalam perekonomian nasional. Sektor yang memiliki kontribusi paing besar adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Setelah itu diikuti sektor industri pengolahaan, dimana Jawa Barat merupakan salah stu wilayah yang menjadi sentral industri pengolahan. Tabel 1.1. Kontribusi Perekonomian Jawa Barat dalam Perekonomian Nasional Tahun 2001-2005 (%) Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 1. Pertanian 13,10 12,53 12,13 13,71 13,64 2. Pertambangan dan Penggalian 9,96 9,96 10,15 4,81 4,42 3. Industri Pengolahan 20,84 20,51 20,68 20,83 21,33 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 46,03 44,57 42,97 49,02 48,72 5. Bangunan 6,42 6,61 6,68 6,85 7,52 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 15,54 15,88 15,28 16,45 16,05 7. Pengangkutan dan 11,28 11,13 10,91 10,60 9,41 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan Bangunan 4,78 4,96 5,03 4,79 4,67 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 10,85 11,27 12,01 12,72 12,79 Sumber: BPS, 2006. Pembangunan ekonomi di Jawa Barat secara makro didominasi oleh sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor andalan bagi perekonomian mampu memberikan kontribusi yang paling tinggi dari tahun ke tahun, walaupun pertumbuhannya mengalami peningkatan dan penurunan secara fluktuatif. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan subsektor dari industri pengolahan yang memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian

3 Jawa Barat. Peningkatan sektor industri TPT dapat dilihat dari semakin bertambahnya sumbangan sektor industri pengolahan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat yaitu sebesar 40,84 persen pada tahun 2000 menjadi 42,67 persen pada tahun 2005. Kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel yang memberikan kontribusi sebesar 18,17 persen di tahun 2000 yang terus mengalami peningkatan menjadi 19,23 persen pada tahun 2005 (Tabel 1.2). Tabel 1.2. Kontribusi Sektoral dalam Perekonomian Jawa Barat Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1. Pertanian 14,70 14,53 13,81 13,20 14,61 14,11 2. Pertambangan dan Penggalian 8,96 8,24 8,00 7,70 3,31 2,93 3. Industri Pengolahan 40,84 40,81 40,70 41,34 42,01 42,67 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,98 2,05 2,08 2,01 2,29 2,30 5. Bangunan 2,68 2,53 2,64 2,71 2,83 3,17 6. Perdagangan, Restoran dan 18,17 17,90 18,28 17,74 19,14 19,23 Hotel 7. Pengangkutan dan 3,74 3,90 4,01 4,22 4,41 4,19 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 2,73 2,89 3,07 3,20 3,11 3,08 Bangunan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 6,18 7,15 7,41 7,89 8,30 8,33 Sumber: BPS, 2006. Secara umum Industri pengolahan memiliki dua subsektor yaitu subsektor industri migas dan subsektor industri non migas. Subsektor migas di Jawa Barat hanya terdiri dari perusahaan kilang minyak Balongan yang berlokasi di Indramayu. Sektor industri non migas terdiri dari industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri pakaian jadi, industri kulit dan barang dari kulit, alas kaki, industri kayu, bambu, rotan dan furniture, industri kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia dan barang-barang dari kimia, karet dan plastik, industri barang mineral bukan logam, industri logam dasar, industri barang jadi dari

4 logam, dan industri pengolahan lainnya. Dari pengelompokan tersebut industri tekstil, industri pakaian jadi, merupakan bagian dari industri TPT. Struktur industri TPT meliputi kegiatan usaha sektor industri manufaktur dari hulu sampai hilir yang meliputi pembuatan serat dan filamen, benang, kain sampai dengan pembuatan barang jadi tekstil lainnya. Meningkatnya peran sektor industri pengolahan non migas terutama untuk subsektor industri TPT akan berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan PDRB dan berbagai aspek dalam perekonomian yang ada di Jawa Barat. Sektor industri TPT memiliki kontribusi yang terus meningkat dengan rata-rata sebesar 20,04 persen (BPS Jawa Barat, 2005) dengan demikian industri TPT merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan yang positif. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (2007), distribusi perusahaan TPT yang ada di Indonesia sebagian besar berlokasi di wilayah Jawa Barat, yaitu sebanyak 57 persen. Jawa Barat dapat dikatakan sebagai sentral pabrik tekstil di Indonesia. Dengan melihat kondisi seperti di atas maka sektor industri TPT Jawa Barat merupakan salah satu subsektor industri pengolahan yang sangat strategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor industri TPT, karena sektor industri TPT memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, menghasilkan kebutuhan pokok berupa sandang, dan memasok kebutuhan pasar domestik. Pada tahun 2004 jumlah perusahaan TPT yang ada di Jawa Barat mencapai 1384 perusahaan sedangkan untuk jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri TPT sendiri sekitar 1.165.360

5 orang, dengan demikian lebih dari satu juta orang tergantung pada industri TPT. Komoditi TPT merupakan komoditi ekspor terbesar Jawa Barat, selama periode 2000-2005 mencapai angka rata-rata USD 3,68 miliar. 1.2. Permasalahan Bila dilihat dari sisi ekonomi, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Jawa Barat terus meningkat, salah satu sektornya yaitu sektor industri TPT. Selain peranannya pada bidang ekonomi, juga terhadap bidang sosial yang merupakan penyerap tenaga kerja langsung maupun tidak langsung dalam jumlah cukup besar, industri TPT merupakan industri padat karya dengan tingkat teknologi yang masih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Perkembangan sektor industri TPT khususnya yang ada di Jawa Barat memberikan gambaran adanya hubungan saling keterkaitan antar sektor serta adanya efek multiplier baik dari sisi tenaga kerja, pendapatan maupun terhadap output itu sendiri. Selain itu terdapat hubungan di dalam sektor industri TPT itu sendiri dimana sektor hulu dari industri TPT sendiri seperti serat, filamen, benang, sangat berpengaruh terhadap industri hilirnya yaitu industri pakaian jadinya. Walaupun demikian, upaya peningkatan dan pertumbuhan sektor industri TPT masih dihadapkan pada berbagai permasalahan baik internal maupun eksternal. Dari permasalahan eksternal seperti terbentuknya blok-blok perdagangan maupun perdagangan antar kawasan atau regional baru, khususnya di negara-negara yang selama ini telah menjadi tujuan ekspor TPT, dengan segala proteksi dan preferensi yang diterapkan baik langsung maupun tidak langsung