BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diterapkannya. Menurut Azouzi dan Jarboui (2012) riset tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Manihuruk (2015) dapat. historis ke nilai wajar untuk meminimalkan biaya kontrak.

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standard Board (IASB). Menurut penelitian

ANALISIS DETERMINASI KEPUTUSAN REVALUASI ASET TETAP (Studi Perbandingan Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Singapura Tahun )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. kemudian disampaikan kepada pemakai informasi tersebut (Januarti,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan menerapkan metoda nilai wajar atas aset atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak yang memiliki kepentingan-kepentingan terhadap. sumber daya perusahaan terhadap pemilik perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB III METODE PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. aset yang memiliki masa pemakaian yang lama atau lebih dari satu periode dan

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PERUSAHAAN MEREVALUASI ASET TETAP

BAB I PENDAHULUAN. aset tidak lancar (aset tetap). Aset lancar berupa kas ataupun aset lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

Truly Data Gallery Lily C0027FFDB. Paling Pas untuk Cantikmu. 566F662F / channel:

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODEL REVALUASI SEBAGAI MODEL PENGUKURAN ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP MANAJEMEN LABA

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Terhadap Perusahaan Untuk Melakukan Revaluasi Aset Tetap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan

Daftar Pustaka. Bringham, E,F dan Weston, J,F Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 2, Edisi 9. Jakarta : Erlangga

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

BAB I PENDAHULUAN. akuntan, auditor, akademisi maupun bagi para manajemen perusahaan yang listing

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP REVALUASI ASET TETAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang lain. Maka dalam tinjauan ini dicantumkan hasil-hasil penetian

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penjelasan mengenai definisi aset. Dalam International

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya rasio manajemen utang (leverage) menunjukkan seberapa besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. RM Satwika Putra Jiwandhana dan Nyoman Triartyati (2016)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini, maka dalam bab V ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. : Wulandari NPM : Dosen Pembimbing : Anne Dahliawati, SE, MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah integrasi ekonomi. ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perusahaan adalah memberi keuntungan yang maksimal

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Kebijakan Akuntansi Positive Accounting Theory yang dikemukakan oleh Watt dan Zimmerman (1978) dalam Farahmita dan Siregar (2014) dapat menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih metode akuntansi yang akan diterapkannya. Menurut Azouzi dan Jarboui (2012) riset tentang revaluasi aset merupakan bagian dari penelitian dalam teori positif akuntansi. Teori akuntansi positif diterapkan untuk menjelaskan motivasi melakukan revaluasi aset. Ini berarti bahwa perusahaan akan mengubah metode akuntansi mereka untuk mengakui asetnya dari biaya historis ke nilai wajar untuk meminimalkan biaya kontrak. Penelitian Seng dan Su (2010) mengklasifikasikan faktor yang dapat mempengaruhi manajer dalam memutuskan kebijakan akuntansinya menjadi tiga faktor, yaitu: (1) Contracting Factors, menjelaskan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi dilakukan untuk mempengaruhi kontrak utang; (2) Political Factors yang erat kaitannya dengan political cost hypothesis, dimana tujuan perusahaan mengurangi laba dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengurangi visibilitas politis dan biaya politis yang mungkin terjadi; (3) Information Asymmetry, menjelaskan 9

10 bahwa kebijakan akuntansi ditentukan oleh asimetri informasi yang berusaha mempengaruhi penilaian atau harga dari suatu aset. 2. Revaluasi Aset Tetap a. Pengertian Revaluasi Aset Revaluasi aset tetap adalah peninjauan kembali nilai dari suatu aset tetap. Revaluasi sering dimaknai penilaian ulang yang menyebabkan nilai aset menjadi lebih tinggi, padahal revaluasi dapat menghasilkan nilai yang lebih rendah maupun lebih tinggi dari aset tercatat (Tay, 2009). PSAK No. 16 (Penyesuaian 2015) menyatakan bahwa ketika suatu aset tetap direvaluasi, maka jumlah tercatat dari aset tetap tersebut disesuaikan pada jumlah revaluasiannya. Pada tanggal revaluasi, aset diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini: (a) jumlah tercatat bruto disesuaikan secara konsisten dengan revaluasi jumlah tercatat aset. Sebagai contoh, jumlah tercatat bruto dapat disajikan kembali dengan mengacu pada data pasar yang dapat diobservasi atau dapat disajikan kembali secara proporsional terhadap perubahan jumlah tercatat. Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi disesuaikan untuk menyamakan perbedaan antara jumlah tercatat bruto dan jumlah tercatat aset setelah memperhitungkan akumulasi rugi penurunan nilai; atau (b) akumulasi penyusutan dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset.

11 b. Dasar Pemikiran Keputusan Revaluasi Aset Menurut Tay (2009) pembenaran untuk revaluasi tetap aset oleh perusahaan adalah untuk memastikan bahwa nilai wajar dari aset tetap tercermin dalam neraca perusahaan. Berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan revaluasi aset yang ditemukan misalnya seperti keinginan untuk meningkatkan kapasitas pinjaman, penerbitan saham bonus, penurunan arus kas operasi, prospek pertumbuhan, kemungkinan pelanggaran perjanjian utang, utang, dan likuiditas (Lin dan Peasnell, 2000). Penelitian Tay (2009) mengatakan bahwa ada sejumlah motivasi untuk menilai kembali aset, misalnya (1) untuk menunjukkan nilai yang benar dari tingkat pengembalian modal yang digunakan; (2) untuk menunjukkan nilai pasar wajar dari aset yang digunakan dalam kasus transaksi jual dan sewa; (3) untuk mempertahankan dana yang cukup dalam perusahaan untuk penggantian masa depan aset tetap. B. Hasil Penelitian Terdahulu Barac dan Sodan (2011) melakukan penelitan di Kroasia. Pada penelitiannya ditemukan bahwa variabel liquidity, debt growth, return on equity, dan size secara statistik signifikan pada tingkat 5% dan koefisien bertanda sesuai dengan hipotesis. Artinya, variabel tersebut lebih mungkin untuk melakukan revaluasi aset tetap. Sedangkan fixed assets intensity, operating income to income costs, level of indebtedness, dan cash return on

12 equity ditemukan tidak signifikan pada tingkat 5%. Cash flow ratios secara statistik signifikan tetapi tidak memiliki arah yang sesuai dengan hipotesis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan arus kas operasi lebih mungkin untuk merevaluasi aset mereka, yang mana bertentangan dengan hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa pertumbuhan arus kas operasi tidak mengindikasian likuiditas perusahaan baik. Yakni, arus kas bersih bisa menjadi negatif karena perusahaan dapat memiliki arus kas negatif yang besar dari aktivitas pendanaan dan investasi pada saat yang sama. Penelitian Seng and Su (2010) yang dilakukan di Selandia Baru menemukan bahwa ukuran perusahaan yang menjadi proksi contracting factors berpengaruh secara signifikan terhadap revaluasi menaik. Artinya, revaluasi memang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar untuk mengurangi biaya politik. Sedangkan variabel leverage level, declining cash flow from operation, prior revaluation, growth options, takeover offer, dan bonus issue tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap. Hanya fixed asset intensity yang ditemukan signifikan dalam pengujian univariate tetapi tidak signifikan dalam model regresi logistik. Manihuruk dan Farahmita (2015) melakukan penelitian pada perusahaan di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel intensitas aset tetap dan leverage berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap. Artinya perusahaan dengan intensitas aset tetap yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih

13 menggunakan model revaluasi pada pencatatan aset tetap mereka dan perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi pada pencatatan aset tetap mereka Sedangkan variabel ukuran perusahaan dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap. Penelitian Yulistia, Fauziati, Minovia, Khairati (2015) yang dilakukan pada perusahaan manufaktur di Indonesia tahun 2012-2013 menemukan bahwa variabel leverage, arus kas operasi, firm size, dan fixed asset intensity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap revaluasi aset tetap menaik. Penelitian ini hanya menemukan total 10 perusahaan pengguna model revaluasi di tahun 2012 dan 2013. Menurut peneliti, dengan diperbolehkannya perusahaan memilih model biaya dan model revaluasi membuat perusahaan cenderung memilih model biaya. Hal ini disebabkan karena walaupun model revaluasi dianggap lebih relevan, tetapi dalam praktiknya masih sulit untuk diterapkan dan membutuhkan biaya yang mahal misalnya saja untuk penggunaan tenaga penilai serta peningkatan biaya audit. C. Penurunan Hipotesis 1. Hubungan Firm Size Terhadap Keputusan Revaluasi Aset Tetap Firm Size (ukuran perusahaan) sering menjadi proksi dari political factor. Hal ini sesuai dengan political cost hypothesis dimana perusahaan besar berusaha untuk menampilkan konservatisme pada profitabilitas mereka demi bisa menghindar dari visibilitas politik yang dapat memberi

14 dampak pada meningkatnya biaya politik dan peraturan yang lebih ketat. Revaluasi aset dapat menampilkan konservatisme yang bisa mengurangi visibilitas politik disebabkan karena depresiasi yang semakin besar (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Penelitian di luar negeri menemukan bahwa perusahaan besar akan melakukan revaluasi untuk mengurangi return on equity, aset, dan potensi keuntungan modal yang diperoleh dari penjualan sehingga akan mengurangi biaya politik (Lin dan Peasnell, 2000; Tay, 2009; Seng dan Su, 2010; Barac dan Sodan, 2011). Penelitian ini memilih posisi yang sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa karena ingin menurunkan tekanan politik pemerintah atau serikat buruh, perusahaan besar akan cenderung melakukan revaluasi aset tetap. H1a: Firm Size berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia. H1b: Firm Size berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura. 2. Hubungan Fixed Asset Intensity Terhadap Keputusan Revaluasi Aset Tetap Tay (2009) berpendapat bahwa revaluasi penting untuk diperhatikan dimana porsi terbesar dari total aset adalah aset tetap yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan dan karena itu memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan basis aset. Tidak hanya itu, revaluasi

15 juga diterapkan untuk mengurangi pelaporan profitabilitas perusahaan, baik melalui depresiasi yang lebih besar, maupun dengan peningkatan basis aset yang digunakan untuk mengukur return on equity. Perusahaan yang memiliki intensitas aset tetap yang lebih besar cenderung semakin besar kemungkinannya dalam memilih model revaluasi pada pencatatan aset tetap mereka (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Penelitian Lin dan Peasnell (2000) menemukan bahwa intensitas aset tetap memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap pilihan model revaluasi aset tetap perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tay (2009), Seng dan Su (2010), Manihuruk dan Farahmita (2015). H2a: Fixed Asset Intensity berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia. H2b: Fixed Asset Intensity berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura. 3. Hubungan Level of Indebtedness Terhadap Keputusan Revaluasi Aset Tetap Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi akan memutuskan merevaluasi asetnya untuk meningkatkan kelayakan perusahaan dihadapan kreditur (Manihuruk dan Farahmita, 2015). Barac dan Sodan (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan rasio utang tinggi lebih mungkin untuk merevaluasi aset mereka karena revaluasi dapat

16 menurunkan nilai rasio utang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lin dan Peasnell (2000), Manihuruk dan Farahmita (2015), Andison (2015) yang menemukan bahwa tingkat utang berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap. H3a: Level of Indebtedness berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia. H3b: Level of Indebtedness berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura. 4. Hubungan Liquidity Terhadap Keputusan Revaluasi Aset Tetap Menurut Andison (2015) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya. Perusahaan yang memiliki likuiditas rendah akan memilih melakukan revaluasi agar dapat memperlihatkan nilai aset tetap mereka yang sebenarnya dapat dikonversi dalam bentuk kas (Manihuruk & Farahmita, 2015). Andison (2015) mengatakan bahwa kebijakan revaluasi aset akan berdampak positif pada posisi keuangan, hal ini tentu memberikan respon positif bagi kreditur dalam memberikan pinjaman. Dalam penelitiannya, Tay (2009) berargumen bahwa revaluasi membantu memberikan informasi secara lebih aktual mengenai jumlah kas yang diperoleh dari penjualan aset, sehingga dapat membantu meningkatkan kapasitas pinjaman perusahaan serta mengurangi biaya pinjaman. Black, Sellers dan Manly (1998) dalam Manihuruk dan

17 Farahmita (2015) menemukan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap pilihan merevaluasi aset. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Barac & Sodan (2011). H4a: Liquidity berpengaruh negatif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia. H4b: Liquidity berpengaruh negatif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura. 5. Hubungan Declining Cash Flow From Operation Terhadap Keputusan Revaluasi Aset Tetap Cotter & Zimmer (1995) dalam Seng & Su (2010) berpendapat revaluasi dapat memberikan sinyal nilai yang lebih tinggi dari aset jaminan perusahaan, yang akan membantu meyakinkan debtholders tentang kemampuan perusahaan melunasi hutangnya. Oleh karena itu, revaluasi akan mengembalikan kapasitas pinjaman perusahaan. Mereka mengusulkan bahwa perusahaan dengan arus kas menurun lebih mungkin merevaluasi asetnya. Penelitian Cotter dan Zimmer (1995) dalam Barac dan Sodan (2011) menemukan bahwa rasio arus kas yang rendah lebih mungkin untuk merevaluasi asetnya. H5a: Declining Cash Flow From Operation berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Indonesia. H5b: Declining Cash Flow From Operation berpengaruh positif terhadap keputusan revaluasi aset tetap di Singapura.

18 D. Model Penelitian Firm Size (SIZE) Fixed Asset Intensity (FAI) Level of Indebtedness (DR) H1a dan H1b (+) H2a dan H2b (+) H3a dan H3b (+) Keputusan Revaluasi Aset Tetap (REV) Liquidity (LIQ) Declining Cash Flow From Operation (CFFO) (Variabel Independen) H4a dan H4b(-) H5a dan H5b (+) (Variabel Dependen) GAMBAR 2.1 Model Penelitian