Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II LANDASAN TIORI

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Mesin pencacah daging merupakan sebuah alat yang berfungsi. menjadi bahan utama pembuatan abon.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

(menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), Replace (mengganti barang berpotensi sampah ke arah bahan recycle). Untuk menunjang langkah tersebut m

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

POROS dengan BEBAN PUNTIR

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PROTOTYPE PERANCANGAN PEMINDAH DAYA PADA TURBIN PELTON

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

PERANCANGAN ULANG KONSTRUKSI MESIN PEMOTONG BATU TAHAN API

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

` Gambar 2.1 Nasi Goreng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Gambar 3D dan 2D Mesin Penyuir Daging

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu :

BAB VI POROS DAN PASAK

A. Tuntutan Alat/Mesin Dari Sisi Calon Pengguna

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

Lampiran. Faktor-faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan. Faktor-faktor Koreksi. (Sularso,2004:7)

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone :

BAB II LANDASAN TEORI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

3.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Kopling Tetap


BAB II LADASAN TEORI

Perencanaan Roda Gigi

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Modifikasi Camshaft (lanjutan)

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

Transkripsi:

SABUK-V

Untuk menghubungkan dua buah poros yang berjauhan, bila tidak mungkin digunakan roda gigi, maka dapat digunakan sabuk luwes atau rantai yang dililitkan di sekeliling puli atau sprocket pada porosnya masing-masing. Cara ini disebut juga sebagai transmisi daya tak langsung, yang dapat digolongkan menjadi : Transmisi sabuk; Trnasmisi rantai; Transmisis kabel atau tali. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Untuk dua poros yang berjarak sampai 10 m, dengan perbandingan puteran 1/1 sampai 6/1, dipakai sabuk rata; Untuk dua poros yang berjarak sampai 5m, dengan perbandingan puteran 1/1 sampai 7/1, dikapai sabuk trapezium; Untuk dua poros yang berjarak sampai 2m, dengan perbandingan putaran 1/1 sampai 7/1 secara tepat, dipakai sabuk dengan gigi yang digerakan sprocket. Sabuk atau tali di gunakan untuk mentransmisikan tenaga dari satu poros ke poros lain melalui puli yang mana berputar dengan kecepatan yang sama atau berbeda. Jumlah tenaga yang ditransmisikan tergantung dari beberapa factor: 1. kecepatan pada sabuk 2. kekencangan sabuk pada puli 3. hubungan antara sabuk dan puli kecil 4. kondisi pemakaian sabuk. Catatan: 1. Poros harus sejajar untuk menyamakan teganagan tali. 2. Puli tidak harus saling berdekatan didalam kontak dengan puli yang lebih kecil atau mungkin yang besarnya sama. 3. Puli tidak harus terpisah jauh karena sabuk akan menjadi beban pada poros. Ini mengakibatkan pergesekan pada bearing. 4. Panjangnya sabuk cenderung untuk mengayun dari sisi ke sisi menyebabkan sabuk bergerak keluar jalur dari puli yang mana membentuk lengkungan pada sabuk.

5. Kekencangan sabuk harus sesuai jadi kelonggaran akan meningkatkan contak kinerja pada puli. 6. Untuk memperoleh hasil yang baik dengan sabuk datar, jarak maksimum antara poros tidak boleh melebihi dari 10 meter dan minimum tidak boleh kurang dari 3-5 kali diameter puli terbesar. Sabuk rata mempunyai slip lebih besar dibandingkan sabuk V, sehingga labih saring digunakan sabuk V. Sabuk V mamiliki kemampuan kecaepatan maksimum 25 m/s, dengan kapasitas sampai 500 kw. Sabuk-V Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Tenunan tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk-V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V. bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan tranmisi daya yang besar pada tegangan yang relative rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk-v dibandingkan dengan sabuk rata. Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-v karena mudah penangannya dan harganya murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk 10-20 m/s pada umumnya, dan maksimum 25 m/s. Daya maksimum yang dapat ditransferkan kurang lebih sampai 500 kw. Transmisi sabuk-v hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan putaran yang sama. Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk-v bekerja lebih halus dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan dapat dipakai beberapa sabuk-v yang dipasang sebelahmenyebelah. Jarak sumbu poros harus sebesar 1,5 2 kali diameter puli besar. Sifat penting dari sabuk yang perlu diperhatikan adalah perubahan bentuknya karena tekanan samping, dan ketahanannya terhadap panas. Bahan yang biasa dipakai adalah karet alam atau sentesis. Pada masa sekarang, telah banya dipakai karet niopren yang kuat. Tetapi akhir-akhir ini pemakaian inti tetoron semakin populer untuk memperbaiki sifat perubahan panjang sabuk karena kelembaban dan karena pembebanan. Dalam proses pembuatan sabuk, inti tetoron dapat mengerut pada waktu pendinginan, sehingga perlu proses khusus untuk memperbaikinya. Ada

juga proses yang membiarkan pengerutan tersebut dengan perhitungan panas dan memulihkan bentuknya ke keadaan semula.

Keunggulan Sabuk-V Sabuk-V mempunyai keuntungan dibandingkan sabuk lainya diantaranya adalah : 1. Berlapis tunggal dan banyak 2. Tahan, panas, tahan minyak, dan listrik statis 3. Kekuatnyany lebih tinggi 4. Untuk tugas berat dengan jumlah sabuk sedikit 5. Batas temperature sampai dengan 90 Kelemahan Sabuk-V 1. Faktor slip besar karena puli yang datar 2. Kecepatan yang ditransmisikan tidak besar 3. Tidak dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat 4. tidak dapat bekerja pada tempat yang berminyak dan kotor 5. Sabuk V tidak seawet sabuk datar. 6. Konstruksi puli sabuk V lebih rumit daripada sabuk datar. Jenis jenis sabuk-v a) Tipe standart; ditandai huruf A, B, C, D, & E b) Tipe sempit; ditandai sombol 3V, 5V, & 8V c) Tipe untuk beban ringan ; ditandai dengan 3L, 4L, & 5L

Ukuran dan Pemilihan Sabuk-V

Ukuran sabuk yang dibuat dan diperdagangkan memiliki ukuran sabuk sebagaimana yang tercantum pada sabuk tersebut dalam bentuk code atau symbol-symbol, namun untuk profil dari sabuk yang berhubungan dengan lebar sabuk. Panjang sabuk-v standar : Sudut profil α = 35.. 39⁰ Jenis tipe ukuran : 12 macam (ISO : 7 macam) Koefisien b/h = 1,5.. 1,65 Panjang sisi dalam L i = 100.. 18000 mm Nomor Nominal Nomor Nominal Nomor Nominal (incih) (mm) (incih) (mm) (incih) (mm) 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 254 279 305 330 356 381 406 432 457 483 508 533 559 584 610 635 660 686 711 737 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 762 787 813 838 864 889 914 940 965 991 1016 1041 1067 1092 1118 1143 1168 1194 1219 1245 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 1270 1295 1321 1346 1372 1397 1422 1448 1473 1499 1524 1549 1575 1600 1626 1651 1676 1702 1727 1753

panjang rata-rata dari sabuk-v standar L mr, jika d 1 diganti d m1 dan d 2 diganti d m2. Keterangan : m = rata-rata r = hasil perhitungan L ir = L mr 2.b dimana L ir = panjang dalam sabuk V tanpa sambungan L mr = panjang rata-rtaa sabuk b = lebar sabuk L m = L i + 2.b dimana Lm = panjang rata-rata sabuk V La = jarak poros yang sesuai x = π. (d m2 + d m1 ) 2. L m jika jarak poros tidak ditentukan sebelumnya, maka dianjurkan: L a d m2 + 3.c (c diambil dari table) biasanya: L a 0,7. 1,0. (d m1 + d m2 ) sedapat mungkin L a < 2. (d m1 + d m2 ) Jarak regang untuk sabuk V standar: S sp 0,03. L m Jarak pasang (pengurangan jarak poros agar sabuk tanpa sambungan dapat dipasang tanpa tegangan) S v 0,015. L m Sabuk V Sempit (wedge V belt) Dipakai untuk kecepatan yang lebih besar daripada transmisi sabuk V standart. Jenis tipe ukuran : 5 macam (USA / British : 3 macam) Koefisien b/h = 1,2.. 1,25 Ada juga bentuk khusus dari sabuk V sempit, yaitu permukaan sisi dalamnya berbentuk cekung / concave dengan tujuan sebagai stabilisator benang benang rajutan sehingga gesekan antara molekul-molekul didalam sabuk dapat dikurangi. panjang kerja dari sabuk : keterangan : indeks w = kerja r = hasil perhitungan Dari panjang kerja sabuk, dapatlah dicari panjang kerja sabuk-v yang ada dipasaran dengan table yang paling mendekati, sehingga jarak poros yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus:

Jika jarak poros tidak ditentukan sebelumnya, maka dianjurkan: L a 0,7. 1,0. (d w1 +d w2 ) sedapat mungkin: L a < 2.(d w1 +d w2 ) Jarak regang sabuk V sempit: S sp 0,03. L w Jarak pasang sabuk V sempit: S v 0,015.L w Alur V pada pulley Alur V pada pulley dimana akan didudukan sabuk V harus dikerjakan dengan hatihati pada mesin perkakas, kebenaran bentuk serta ukuran dari alur V serta ukuran diameter lubang harus tepat. untuk pulle yang menggunakan alur V lebih dari satu maka alur-alur tersebut harus seragam sehingga masing-masing sabuk akan bekerja secara merata.kesalahan bentuk dari alur V pada pulley akan mengakibatkan penurunan umur pakai dari sabuk itu sendiri serta akan mereduksi daya yang akan ditransmisikan. Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan (mm) Penampang A B C D E Diameter min. 65 115 175 300 450 yang diizinkan Diameter mini. 94 145 225 350 550 yang dianjurkan Penampang A Putaran puli kecil (rpm) 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Merek Merah 67 mm 0,15 0,26 0,35 0,44 0,52 0,59 0,66 0,72 100 mm 0,31 0,55 0,77 0,98 1,18 1,37 1,54 1,71 67 mm 0,12 0,21 0,27 0,33 0,39 0,43 0,48 0,51 Standar 100 mm 0,26 0,48 0,67 0,84 1,00 1,16 1,31 1,43 Harga tambahan karena perbandingan putaran 1,25-1,34 1,35-1,51 0,01 0,04 0,05 0,07 0,08 0,10 0,12 0,13 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,13 0,15 1,52-1,99 0,02 0,04 0,07 0,09 0,11 0,13 0,15 0,18 2,00-0,02 0,05 0,07 0,10 0,12 0,15 0,18 0,20

Penampang B Putaran puli kecil (rpm) 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Merek Merah 118mm 0,51 0,90 1,24 1,56 1,85 2,11 2,35 2,67 150 mm 0,77 1,38 1,93 2,43 2,91 3,35 3,75 4,12 118mm 0,43 0,74 1,00 1,25 1,46 1,82 1,14 1,42 Standar 150 mm 0,67 1,18 1,64 2,07 2,46 2,82 2,14 3,42 Harga tambahan karena perbandingan putaran 1,25-1,34 0,04 0,09 0,13 0,18 0,22 0,26 0,31 0,35 1,35-1,51 0,05 0,10 0,15 0,20 0,26 0,31 0,36 0,41 1,52-1,99 0,06 0,12 0,18 0,23 0,30 0,35 0,41 0,47 2,00-0,07 0,13 0,20 0,26 0,33 0,40 0,46 0,53 Faktor Koreksi (KӨ) Dp-dp C 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 Sudut kontak Puli Kecil Ө ( 0 ) 180 174 169 163 157 151 145 139 133 127 120 113 106 99 90 83 Faktor Koreksi KӨ 1,00 0,99 0,97 0,96 0,94 0,93 0,91 0,89 0,87 0,85 0,82 0,80 0,77 0,73 0,70 0,65 Sudut antara kedua sisi penampang sabuk yang dianggap sesuai adalah sebesar 30 40 derajat. Semakin kecil sudut ini, gesekan akan semakin besar karena efek baji. Sudut yang kecil pada sabuk kecil atau sabuk standar dapat menyebabkan terbenamnya sabuk kedalam alur puli. Akhir-akhir ini dalam perdagangan diperkenalkan sabuk-v dengan sudut lebar, yaitu 60 derajat. Untuk sabuk ini dipakai bahan dengan perpanjangan yang kecil untuk memperbaiki sifat

buruk diatas. Tetapi dengan kondisi semacam ini, gesekan dan perbandingan tarikan yang dicapai menjadi lebih rendah. Contoh : Sabuk dengan type B tertulis B75 code 4, semua sabuk dengan code 4 ini akan sesuai dan dapat mentransmisikan daya yang diberikan, type B75 ini hanya menunjukan panjang sabuk itu sendiri. Sabuk V dibuat dalam 5 bagian dan tersedia dengan ukuran panjang dari 200 mm hingga 15200 mm direkomendasikan pula untuk pemakaian pulley yang berdiameter kecil sampai 20 mm harus menggunakan sabuk yang kecil yakni dari type M dan dapat mentransmisikan daya sebesar 0,02 kw pada putaran 1440 rpm. sedangkan untuk ukuran pulley yang kecil sebesar diameter 335 mm dapat menggunakan sabuk dari type D dan dapat mentransmisikan daya sebesar 21,22 kw dengan kecepatan yang sama Perhitungan yang dilakukan a) Daya Rencana a. Pd = fc. P b. Dimana: i. Pd= Daya rencana(kw) ii. fc= Factor koreksi iii. P = Daya motor(kw) b) Momen Rencana. a. T = 9,74. 10 pd / n 1 b. Dimana: c. T = Momen rencana/momen puntir (N.mm) d. Pd = Daya rencana (kw) e. n 1 = Putaran poros (rpm) c) Pemilihan Penampang Sabuk V d) Menentukan Diameter puli minimum yang dianjurkan. e) Menentukan Diameter lingkaran puli d p,d p (mm),diameter luar puli d k,d k (mm),dan diameter naf d b,d b (mm)

f) Nomor Nominal Panjang Sabuk Yang diperdagangkan dalam table 5.3 g) Panjang Sabuk ideal b (mm) h) b= 2L 3,14(D p + d p ) Kerusakan pada sabuk-v umumnya disebabkan oleh : 1. Ketegangan pada sabuk yang tidak tepat Ketegangan yang berlebihan pada sabuk akan menyebabkan ketahanan sabuk dan bearing mesin cepat melemah dan rusak.ketegangan yang ideal bagi sabuk V adalah ketengan yang berada sedikit di atas kondisi sabuk yang tidak slip pada beban puncak. Cara menentukan ketengan yang ideal bagi sabuk, secara garis besar bisa dilakukan dengan : mengukur jarak rentangan penuh pada sabuk bandingkan beban yang diterima sabuk dengan kekuatan lentur minimun dan maksimum sabuk 2. Puli tidak sejajar Pemasangan puli yang tidak sejajar akan menyebabkan sabuk cepat mengalami keausan pada bagian samping dan ketidakstabilan pada sistem kerja sabuk V. Kesalahan ini juga bisa menyebabkan poros motor dan mesin tidak bisa bekerja dengan normal (sejajar). 3. Adanya kerusakan pada puli Kerusakan pada puli bisa terjadi di area alur alur sabuk yang mengalami keausan. Kerusakan juga bisa terjadi jika adanya tidak keseimbangan yang baik pada sisi muka puli dan diameter luar puli. Selain faktor faktor di atas, kerusakan puli juga bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja. Pada kondisi lingkungan yang berdebu, sabuk vee perlu ditutup rapat agar debu dan pasir tidak masuk ke dalam sabuk v. Sedangkan pada lingkungan kerja yang panas, sabuk v perlu dilengkapi dengan sedikit ventilasi agar sabuk tidak mengalami overheat. Pemasangan sabuk v Cara pemasangan sabuk: Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pemasangan sabuk

1. Periksa kselamatan kerja beserta kelengkapannya 2. Longgarkan semua pengatur ketegangan 3. Bersihkan permukaan gerak dari pulley Memasang logam penyambung pada sabuk datar : 1. Tempatkan sabuk mengelilingi poros disanping pulley dengan sisi kasar 2. Menghadap ke pulley 3. Hubungkan jala / kait simpul logam secara bersama-sama 4. Pas kan hubungan pin dan simpul, gunakan bahan yang benar 5. Jalankan sabuk di atas pully Memasang V belt ( sabuk V ) : 1. Periksa sabuk, apakah sudah benar panjang da tirus 2. Paskan sabuk pada alur pulley Memasang V belt ganda : 1. Periksa sabuk apakah sesuai dengan seragam 2. Mulai pemasangan sabuk dan sisi bagian dalam dari pulley dan selanjutnya ke sisi luar Menyetel ketegangan sabuk : 1. Lepaskan semua baut pengunci 2. Kendorkan semua baut pengunci 3. Geser pulley dengan menyetel skrup pengatur ketegangan 4. Periksa ketegangan sabuk 5. Stel lagi sampai didapatkan ketegangan sanuk dan posisi yang benar 6. Kencangksn baut penjepit 7. Kencangkan baut pengunci Perawatan dan pemeriksaan sabuk-v 1. Periksa setiap 8000 km sekali. 2. Periksa seluruh bagian sabuk-v. Sabuk yang rusak harus diganti. Jika tidak dapat diperiksa saat sabuk terpasang, sabuk harus dikeluarkan untuk diperiksa.

3. Periksa kedudukan sabuk-v. Bila kedudukan sabuk pada puli terlalu dalam, sabuk harus diganti. 4. Setel ketegangan sabuk-v. Perhatikan ketegangan sabuk-v, bila kurang tegang sabuk akan mudah selip sehingga mudah aus. Bila terlalu kencang, mesin akan cepat rusak. 5. Beri vet atau cairan khusus pada sabuk lama ang berbunyi saat bergerak.