BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu dari sektor pajak yang memiliki nilai potensial bagi keperluan negara yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Seperti yang tercantum dalam Undang Undang Dasar Pasal 23 A yang berbunyi Pajak dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) namun target dan realisasi penerimaan pajak dari tahun 2012 sampai 2014 tidak dapat tercapai, hal tersebut dibuktikan pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak tahun 2012-2014 Tahun Target Penerimaan Pajak Realisasi Penerimaan Pajak Prosentase (%) 2012 Rp 1.016 Triliun Rp 981 Triliun 96,5% 2013 Rp 1.148 Triliun Rp 1.077 Triliun 93,8% 2014 Rp 1.246 Triliun Rp 1.143 Triliun 91,7% Sumber : Data Penelitian dan Pengembangan Okezone 2015
Dalam hal tersebut pemerintah menghimbau kepada wajib pajak untuk segera memenuhi kewajiban perpajakannya dari tahun ketahun agar target dapat tercapai. Sistem perpajakan Indonesia mengalami perubahan dari official assessment system menjadi self assessment system. Perbedaan antara dua sistem tersebut adalah dalam official assessment system, tanggung jawab pemungutan terletak sepenuhnya pada pemerintah sedangkan dalam self assessment system, Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk melapor, menghitung dan membayar besarnya pajak yang terutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang dilayani, diawasi serta penerapan sanksi pajak oleh instansi perpajakan. Usaha yang dilakukan oleh instansi perpajakan untuk meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dan meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sesuai yang tercantum dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001. Intensifikasi dapat dilakukan melalui penyempurnaan administrasi pajak, meningkatan mutu pegawai atau petugas pemungut pajak serta penyempurnaan undang-undang pajak sedangkan ekstensifikasi digunakan dalam perluasan wajib pajak, penyempurnaan tariff pajak serta perluasan objek pajak. Pada kenyataannya penerimaan dari sektor pajak belum sesuai dengan target pemerintah. Hal tersebut disebabkan salahsatunya oleh kurangnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan dalam melaporkan SPT tahunan pajak
penghasilan. Hal itu dapat terjadi karena Wajib Pajak badan kurang mengetahui cara pengisian formulir SPT tahunan PPh dan badan usaha sudah tidak beroperasi tetapi tidak menghapus NPWP, sehingga Wajib Pajak merasa tidak mempunyai tanggungjawab untuk membayar Pajak Penghasilan dan melaporkan SPT tahunan Pajak Penghasilan. Ketidakpatuhan wajib pajak juga dipengaruhi karena kurangnya kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga target penerimaan negara dari sektor pajak tidak dapat terpenuhi. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap wajib pajak badan dalam melaporkan SPT tahunan Pajak Penghasilan diperlukan upaya dari pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) maupun Kantor Pelayanan Pajak (KPP) agar Wajib Pajak Badan tersebut dapat mematuhi kewajiban perpajakannya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak tetapi hasilnya belum memuaskan karena masih terdapat wajib pajak badan yang mangkir terhadap peraturan perpajakan terutama dalam melaporkan SPT tahunan Pajak Penghasilan. Untuk meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap wajib pajak badan dalam hal pelaporan Surat Pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan. Berdasarkan keterangan dari latar belakang tersebut maka disusunlah tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2012 2014 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul.
1.2. Rumusan Masalah a. Bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pelaporan SPT tahunan PPh tahun 2012 2014 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul? b. Apa saja kendala yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pelaporan SPT tahunan PPh pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul? c. Upaya apa saja yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak badan dalam pelaporan SPT tahunan PPh? 1.3. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pelaporan SPT tahunan PPh tahun 2012 2014 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul b. Untuk mengetahui kendala yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam pelaporan SPT tahunan PPh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul c. Untuk mengetahui tentang upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak badan dalam pelaporan SPT tahunan PPh.
1.4. Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Berfikir Evaluasi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Hasil Penelitian Terdahulu dan Teori Pengumpulan Data Primer Sekunder Observasi Wawancara Analisis Data dan Pembahasan Pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Kendala Upaya HASIL PENELITIAN