TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Oleh : Prof.Dr. Farida Hanum, M.Si 2

dokumen-dokumen yang mirip
CARA PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Oleh : Dr. Farida Hanum, M.Si 2

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH 1 Oleh Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si 2

STRATEGI PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Oleh : Prof.Dr. Farida Hanum, M.Si 2

Pengertian Tulisan Ilmiah

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENULISAN KARYA ILMIAH

MAKALAH PUBLIKASI ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN 1

Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan Kelas) 1

KARYA TULIS ILMIAH 1

TEKNIK PENULISAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN DALAM JURNAL ILMIAH 1. Oleh Kastam Syamsi FBS Universitas Negeri Yogyakarta

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

MENULIS Karya ILMIAH. dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Pendidik

PENULISAN KARYA ILMIAH BIDANG BIMBINGAN

MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Sukanti

TEKNIK PENILAIAN ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI PRAMINTO ADI.S.IP KEPALA BAGIAN SDM APARATUR, HUKUM DAN ORGANISASI BADAN RISET DAN SDM KP

Kompetensi dasar: Memahami kontribusi karya ilmiah

PENULISAN KARYA ILMIAH SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PROFESI GURU. Oleh Kastam Syamsi

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

Pengantar Penulisan Ilmiah U M M I K A L S U M

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tugas dan Kompetensi Guru. 1. Pengertian Guru. Menurut UU No.14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik

Berpikir & Menulis Ilmiah

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010

Bab 1 Konsep Karya Ilmiah [

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

PERMASALAHAN DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH Oleh : Drs. Murtamadji, M.Si. Jurusan :FSP / FIP UNY

Seminar Pendidikan Matematika

Untuk Kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi menjadi Pembina Tk 1 Golongan Ruang IV b/ Guru Pembina Tk 1 sampai dengan Pembina Utama

KARYA TULIS ILMIAH SEBAGAI SALAH SATU KARYA PENGEMBANGAN PROFESI GURU Oleh : Dra. Umi Chotimah, M. Pd

RINGKASAN. Meringkas karya ilmiah yang sudah ada dengan menggunakan bahasa pengarang asli.

KARYA TULIS ILMIAH. Dalam KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Oleh: HARRY SULASTIANTO

PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU. Oleh : Kokom Komariah

METODOLOGI PENULISAN ILMIAH

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI 2009

Disampaikan pada Diklat Profesi Guru Sabtu, 29 Desember 2007 di TTUC Cimahi. Oleh: Dr. Johar Permana, MA

FORMAT PENYUSUNAN KARYA ILMIAH Oleh: Lia Yuliana, M.Pd

MEMBUDAYAKAN MENULIS BUKU AJAR

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd.

PENYIAPAN ARTIKEL ILMIAH Oleh Zamzani FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERSYARATAN KARYA TULIS ILMIAH

Bahasa Indonesia UMB. Penulisan Karya Ilmiah. Kundari, S.Pd, M.Pd. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi

Menulis Karya Ilmiah Remaja 1 Oleh: Sudrajat, M. Pd. 2

PENELITIAN TINDAKAN KELAS SEBAGAI SARANA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

Menulis Karya Ilmiah Remaja 1

Jenis Karya Tulis Ilmiah. Makalah Laporan Buku Anotasi Bibliografi Skripsi Tesis Disertasi Artikel

ABDUL JAMIL, S.KOM., MM TATA TULIS KARYA ILMIAH TAHUN AKADEMIK 2016/

Oleh: Setya Raharja 2

Lazimnya, orang mempunyai kemauan dan termotivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

PENULISAN KARYA ILMIAH

INU HARDI KUSUMAH PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

TATA CARA PENULISAN KARYA ILMIAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KARYA TULIS ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN PROFESI GURU

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK GURU SMP SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI: B. LANDASAN TEORI

11/1/2011 TUPOKSI GURU: KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU PERMASALAHAN

PEDOMAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH SATYA WACANA RESEARCH AWARD 2018

MATERI KULIAH E-LEARNING. PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si

Teknis Penulisan Karya Ilmiah

MEMBANGUN DAYA NALAR DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH. Jongga Manullang. Abstrak

Macam Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya

TEKNIK PENULIS PUBLIKASI JURNAL. DR. YUPONO BAGYO, SE., MS., MM. HANIF MAULUDIN SE., M.Si STIE Makangkucecwara 2012

Penulisan Karya Ilmiah Berupa Artikel Jurnal/Prosiding bagi Guru-Guru SMKN 1 Ngawen Gunung Kidul Oleh: Ibnu siswanto

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. ide, gagasan, pengalaman, dan pendapat dalam bentuk tulisan. Kegiatan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dipaparkan definisi operasional, desain penelitian,

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Judul Pelatihan dan Pembimbingan Penulisan Artikel Jurnal untuk Syarat Kenaikan Pangkat Guru

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BIDANG LOMBA : KARYA ILMIAH SISWA

Bahasa dlm KTI menggunakan Bahasa Formal. Keterampilan Menulis yg Kreatif & Inovatif menghasilkan KTI yg Argumentatif.

PELATIHAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH & PENDAMPINGAN KARYA TULIS ILMIAH. Ir.Agung Astuti, M.Si Fak. Pertanian UMY

Kegiatan pengembangan profesi bagi Pengawas Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

MACAM KARYA ILMIAH 1. ARTIKEL 2. MAKALAH 3. LAPORAN PENELITIAN (SKRIPSI)

PENULISAN KARYA ILMIAH

GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP

MODUL PENULISAN MAKALAH. A. Pendahuluan A. SUHERMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH Oleh: Supartinah PGSD FIP UNY

Prinsip akademisi: publish or perish. Tulisan adalah karya otentik. Karya ilmiah dipersepsi memiliki tingkat kebenaran ilmiah lebih tinggi.

MEMBANGUN KOMUNITAS PENELITIAN FIP MENUJU FACULTY BASIC RESEARCH 1. Oleh: Prof.Dr. Farida Hanum, M.Si (Profesor Sosiologi Pendidikan FSP FIP UNY)

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. PENDAHULUAN 1. TUJUAN 2. PENGERTIAN 3. MANFAAT. B. TEHNIK PENULISAN 1. STUDI LAPANGAN 2. STUDI KEPUSTAKAAN 3. PORTOFOLIO

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih

LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SYARAT DAN JENIS KARYA ILMIAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

Transkripsi:

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Oleh : Prof.Dr. Farida Hanum, M.Si 2 Pendahuluan Kegiatan penulisan karya ilmiah sangat penting untuk dilakukan oleh guru/dosen. Hal ini tidak saja dilakukan dalam rangka perolehan angka kredit untuk kenaikan jabatan dan uji sertifikasi, tetapi terlebih lagi dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, setiap guru sudah semestinya mau, mampu, dan biasa melakukan kegiatan penulisan karya ilmiah. Menulis karya ilmiah bagi yang sudah biasa adalah hal yang sangat menyenangkan dan mudah, tetapi bagi yang belum pernah terasa sangat sulit. Jadi masalahnya sebenarnya terletak pada pembiasaan menulis karya ilmiah, artinya kesulitan utama lebih pada proses membiasakan diri untuk mau dan berani menulis. Untuk ini perlu motivasi diri. Dari motivasi yang bersifat trivial individual sampai pada tingkatan motivasi yang sangat substansial universal, yaitu self actualization. Dengan motivasi akhirnya timbul rasa percaya diri yang tinggi terhadap pekerjaan tulis menulis, sesuai dengan konsep psikologis: Internal Locus of Control. Di samping itu karena sering menulis akan menjadi piawai dalam mengemas gagasan-gagasan intelektual dalam bentuk artikel. Dalam aliran behavioristic dikatakan practice make perfect, berkaitan dengan menulis artikel ilmiah Prof. Suyanto Ph.D (kolumnis dan juga saat ini menjadi salah satu Dirjen Diknas) memesankan bahwa kiat menulis artikel ilmiah yang paling baik adalah menulis itu sendiri (Suyanto, 2003). Bila sudah terbiasa menulis maka akan sangat peka terhadap pemanfaatan momentum yang ada untuk menulis artikel secara aktual dan relevan, baik dengan wacana yang sedang berkembang maupun data-data yang tersedia dan dapat segera dimanfaatkan. Sebenarnya kita telah banyak memiliki pengetahuan, informasi, dan pengalaman di bidang kita masing-masing yang sangat layak untuk ditulis sebagai artikel ilmiah. Namun permasalahnya kita tidak memanfaatkannya untuk ditulis. Menyiapkan tulisan selalu bertolak dari motivasi diri yang kuat. Seorang penulis harus memiliki strategi tertentu dalam rangka menyosialisasikan karyanya lewat media pilihannya (koran, majalah ataupun jurnal), termasuk didalamnya adalah pemahaman dan penguasaan atas retorika ragam tulisan yang disiapkan, gaya selingkung media pilihan dan etika penulisan. 1 Disampaikan pada Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guru di Diknas Propinsi DIY yang diselenggarakan pada tanggal 12-13 Agustus 2009. 2 Dosen Universitas Negeri Yogyakarta, Dewan Redaksi Jurnal Humaniora Lemlit UNY. 1

Salah satu tahapan yang sering dirasakan paling sulit diantara yang lainnya dalam menulis artikel ilmiah ialah tahapan memilih masalah yang sesuai. Hal ini sering disebabkan kurangnya pemahaman terhadap hakekat argumentasi penalaran keilmuan dan pemecahan masalah secara sistematik. Cenderung sering dijumpai adanya pemilihan masalah yang terlampau luas dan sebaliknya, terlampau sempit; yang sering menyebabkan penulis mengalami kesulitan dalam mengembangkannya. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan masalah memerlukan kecermatan dan pemahaman tersendiri dalam kaitannya dengan berbagai fenomena yang dimungkinkan diangkat tersendiri dalam kaitannya dengan berbagai fenomena yang dimungkinkan diangkat atau dielaborasi dalam artikel ilmiah Penulisan artikel ilmiah harus berangkat dari kehendak untuk memecahkan masalah meskipun dalam tataran konseptual. Tanpa permasalahan kita tidak bisa melakukan apa-apa dalam membuat sebuah artikel ilmiah. Penulis pemula sering mengalami kesulitan untuk permasalahan yang akan dikembangkan dalam bentuk artikel ilmiah. Permasalahan dapat kita temukan melalui bantuan dari pengalaman profesi kita masing-masing maupun bantuan dari teori. Oleh karena itu, jika seorang sulit menemukan masalah yang dapat dipecahkan dan dibahas melalui karya tulis ilmiah, tentu ada sesuatu yang salah dengan pengalaman profesi dan penguasaan teori dibidangnya. Kalau hal ini terjadi, ia perlu segera melakukan perenungan kembali pada praktek profesi sehari-harinya dan mulai aktif lagi membaca sebanyak-banyaknya teori yang ada pada bidang ilmunya. Hanya dengan teori kita bisa melihat permasalahan di sekeliling kita dengan cara yang baik. Hanya dengan melakukan refleksi pada praktek profesi, kita dapat melihat adanya diskrepansi ataupun kesenjangan antara dunia nyata dengan dunia teori; dan dari situlah sebenarnya berbagai permasalahan bermunculan. Tulisan ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (keilmiahannya). Dengan demikian, suatu tulisan disebut karya tulis ilmiah bila memenuhi persyaratan: 1) isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah, 2) langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah, dan 3) sosok tampilannya sesuai dan menenuhi syarat sebagai suatu sosok keilmuan. Sesuai dengan persyaratan di atas, metode ilmiah merupakan dasar pijakan untuk tulisan ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan suatu cara bekerja atau prosedur untuk memperoleh kebenaran ilmiah (pengetahuan ilmiah) yang memiliki dua tuntutan sekaligus: rasional dan teruji. Pada hakikatnya ada empat komponen utama dalam metode ilmiah, yakni masalah, hipotetsis, verifikasi, dan kesimpulan. Dengan demikian, dalam 2

metode ilmiah digunakan alur berpikir deduktif dan induktif. Penalaran deduktif digunakan untuk menyusun kerangka pikir dalam memecahkan suatu masalah, yakni dengan mendasarkan diri pada teori-teori dan hasil kajian yang telah ada. Penalaran induktif digunakan ketika kita ingin menguji adanya kebenaran suatu pernyataan yang rasional dengan memanfaatkan fakta-fakta empiris atau kenyataan yang ada. Sebuah pernyataan dianggap benar jika didukung oleh fakta empiris. Sesuai dengan uraian di atas, ciri-ciri tulisan ilmiah adalah: 1) logis, yakni segala informasi yang disajikan memiliki argumentasi yang dapat diterima dengan akal sehat, 2) sistematis, yakni segala yang dikemukakan disusun berdasarkan urutan yang berjenjang dan berkesinambungan, 3) objektif, yakni segala informasi yang dikemukakan itu menurut apa adanya dan tidak bersifat fiktif, 4) tuntas dan menyeluruh, yakni segi-segi masalah yang dikemukakan ditelaah secara lengkap, 5) seksama, yakni berusaha menghindarkan diri dari berbagai kesalahan, 6) jelas, yakni segala keterangan yang dikemukakan dapat mengungkapkan maksud secara jernih, 7) kebenarannya dapat teruji, 8) terbuka, maksudnya sesuatu yang dikemukakan itu dapat berubah seandainya muncul pendapat baru, 9) berlaku umum, yakni kesimpulannya berlaku bagi semua populasinya, dan 10) penyajiannya memperhatikan santun bahasa dan tata tulis yang sudah baku (Ekosusilo dan Triyanto, 1995). Sesuai dengan buku Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru (1993), jenis-jenis tulisan ilmiah yang dapat dibuat guru adalah sebagai berikut: 1. Laporan Hasil Kegiatan Ilmiah, yang berupa karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi. 2. Tulisan Ilmiah, yang terdiri dari a) karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah, b) tulisan ilmiah populer, dan c) prasaran berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada pertemuan ilmiah. 3. Buku, yang terdiri dari a) buku pelajaran atau modul, b) diktat pelajaran, dan c) karya penerjemahan. Sementara itu, dalam Panduan Penyusunan Portofolio Uji Sertifikasi Guru (Depdiknas, 2007) disebutkan bahwa komponen pengembangan profesi meliputi: 1. Karya tulis yang mencakup: a) buku, b) Artikel Jurnal, Majalah, dan Surat Kabar, c) Modul, dan d) Diktat; 2. Penelitian tindakan kelas atau penelitian yang mendukung peningkatan pembelajaran dan atau profesionalisme guru; 3

3. Reviewer buku dan atau penulis soal EBTANAS/UN; 4. Media buku dan alat Pembelajaran; dan 5. Karya Teknologi/Seni. Makalah ini akan memaparkan beberapa tulisan ilmiah (karya tulis ilmiah) yang mencakup buku, modul, diktat, dan artikel. 1. Buku Buku merupakan salah satu karya tulis ilmiah yang sarat dan penuh berisi pengetahuan yang digunakan sebagai objek dan dibahas dalam proses pembelajaran (Arikunto, 2007). Dengan demikian, yang dimaksud buku dalam hal ini adalah buku yang berisi bahan pelajaran inti atau materi tambahan untuk memperluas wawasan guru atau siswa. Secara rinci buku di sekolah dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a) Buku Pegangan Guru, b) Buku Pelajaran, dan c) Buku Referensi di Perpustakaan (Arikunto, 2007). Buku Pegangan Guru merupakan buku penting yang berisi pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab guru untuk diajarkan kepada siswa. Ada dua macam Buku Pegangan Guru, yakni a) Buku Pegangan Buku yang biasanya diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasiona, dan b) buku referensi, yakni buku tambahan yang berisi pengetahuan tentang mata pelajaran yang berfungsi untuk memperkaya dan memperluas wawasan guru. Buku Pelajaran merupakan buku yang berisi pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Ada dua macam buku pelajaran, yakni: a) buku paket yang biasanya dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah, dan b) buku penunjang, yang merupakan buku tambahan yang isinya merupakan perluasan atau sama dengan buku tambahan yang penyajiannya berbeda. Fungsi buku penunjang adalah untuk memperluas wawasan siswa dan merupakan penjelas buku paket karena berisi contoh-contoh tambahan sehingga penguasaan siswa terhadap materi mata pelajaran menjadi lebih luas. Belakangan ini, Depdiknas tidak lagi mengenalkan istilah buku paket atau buku penunjang, tetapi semua buku pelajaran harus diakreditasi oleh Depdiknas melalui BSNP dan Pusbuk. Sementara itu, buku-buku lain di perpustakaan jenisnya bermacam-macam, seperti buku bacaan (fiksi atau non fiksi), kamus, ensiklopedia, dan lain-lain. di antara ketiga jenis buku di atas (buku pegangan guru, buku pelajaran, dan buku-buku lain), kiranya jenis buku pelajaranlah yang dapat disusun oleh guru untuk mendapatkan pengakuan baik dalam kenaikan jabatan maupun uji sertifikasi. 4

Menurut Arikunto (2007), ciri-ciri buku pelajaran adalah sebagai berikut: a. Buku yang ditulis oleh guru berisi pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa pada kelas tertentu. Jadi, penulisan buku pelajaran didasarkan pada pokok bahasan atau kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum yang berlaku. b. Buku pelajaran harus memperhatikan bahasa yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikannya. c. Untuk mendapatkan daya tarik, hendaknya buku pelajaran disusun dengan mengingat aspek kejiwaan siswa, seperti: 1) menggunakan selingan berupa bahasa yang tidak terlalu kaku, 2) tidak sarat tulisan yang berarti yang jangan sampai berhalaman-halaman hanya berisi tulisan, dan 3) diberi selingan dengan kotak-kotak di tengah, di tepi kiri, atau di tepi kanan. d. Buku pelajaran menggunakan format yang lazim digunakan oleh siswa dalam arti: 1) ukuran kertas tidak terlalu lebar, 2) ukuran huruf tidak terlalu kecil, jika diperlukan gambar atau tabel, penampilannya harus jelas dan tidak mengganggu tulisan. Adapun sistematika buku pelajaran adalah sebagai berikut: a. Kata Pengantar, yang berisi penjelasan tentang isi buku, keterangan untuk kelas berapa dan alasan buku tersebut ditulis. b. Bagian Pendahuluan, yang berisi daftar isi, daftar tabel, daftar gambar (kalau ada). c. Bagian Isi, yang terdiri dari: 1) Judul bab atau topik bahasan yang diambil dari pokok bahasan atau kompetensi dasar dalam kurikulum, 2) Penjelasan tujuan bab atau indikator penting untuk bab tersebut, 3) Uraian isi pelajaran, yang berisi penjelasan materi dan disertai dengan contoh, tambahan gambar, bagan atau penjelasan lainnya. 4) Soal latihan, yang dapat diberikan dalam bentuk soal uraian atau pilihan ganda, 5) Bagian penunjang, yang berisi lampiran yang diperlukan. 2. Modul Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut dengan tanpa atau sesedikit mungkin membutuhkan bantuan dari orang lain. dibandingkan dengan buku pelajaran modul ditulis dengan lebih rinci, dengan petunjuk belajar yang jelas. Selain itu, di 5

dalam modul disertai dengan latihan soal yang lebih banyak dan kunci jawabannya, dan diakhiri dengan soal-soal evaluasi dengan kunci jawabannya pula. Isi modul harus sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti siswa pada tingkat dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan demikian, modul lebih jelas dibandingkan buku sehingga keberadaan modul di hadapan siswa dapat menggantikan kehadiran guru. Ada dua jenis modul (Arikunto, 2007). Kedua jenis modul itu adalah sebagai berikut: a. Modul self-contained, yang isinya lengkap sekali sehingga peserta sudah dapat menguasai semua pengetahuan semua pengetahuan yang dibutuhkan tanpa harus menambah, mencari, dan membaca dari sumber lain. b. Modul non self-contained, yang isinya tidak atau belum lengkap sehingga untuk menguasai pengetahuan yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan belajar, siswa harus mencari sumber-sumber lain yang relevan. Ciri-ciri modul menurut Arikunto (2007) adalah sebagai berikut: a. Modul yang ditulis guru harus menggunakan bahasa yang sudah dikenal siswa sehingga siswa dapat mempelajari modul dengan lebih mudah. b. Modul berisi pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa pada kelas dan jenjang pendidikan tertentu sehingga harus disesuaikan dengan pokok bahasan atau kompetensi dasar yang berlaku dalam kurikulum. c. Penulisan modul harus memperhatikan penggunaan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh siswa. d. Untuk mendapatkan daya tarik, hendaknya modul disusun dengan mengingat aspek kejiwaan siswa, seperti: a) menggunakan selingan berupa bahasa yang tidak terlalu kaku (mungkin dengan bergurau, pertanyaan langsung, tebakan, dan dan sebagainya), b) tidak sarat tulisan yang berarti jangan sampai berhalaman-halaman hanya berisi tulisan, dan c) diberi selingan dengan kotak-kotak di tengah, di tepi kiri, atau di tepi kanan. e. Modul menggunakan format yang lazim digunakan seperti dalam penulisan buku pelajaran. Adapun sistematika modul adalah sebagai berikut: a. Kata Pengantar, yang berisi penjelasan tentang isi modul, keterangan untuk kelas berapa dan alasan modul tersebut ditulis; b. Bagian Pendahuluan, yang berisi daftar isi, tujuan modul secara keseluruhan sebagai bahan pelajaran lengkap, dan petunjuk bagaimana siswa mempelajari modul tersebut, selangkah demi selangkah; 6

c. Bagian Isi, yang terdiri dari: 1) Judul bab atau topik bahasan yang diambil dari pokok bahasan atau kompetensi dasar dalam kurikulum, 2) Penjelasan tujuan bab atau indikator penting untuk bab tersebut, 3) Uraian isi pelajaran, yang berisi: Penjelasan materi dan disertai dengan contoh, tambahan gambar, bagan atau penjelasan lainnya, Sajian contoh, Lembar tugas siswa (secara individu atau kelompok disertai dengan petunjuk atau format pengerjaan tugas) Soal latihan, yang dapat diberikan dalam bentuk soal uraian atau pilihan ganda, Kunci jawaban soal latihan Soal evaluasi tingkat penguasaan materi dalam bagian modul yang bersangkutan, dan Kunci jawaban soal evaluasi belajar siswa. 4) Bagian penunjang, yang berisi lampiran yang diperlukan. 3. Diktat Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru untuk mempermudah atau memperkaya materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Materi dalam diktat merupakan bahan pengulangan karena sebetulnya materi tersebut sudah termuat dalam buku pelajaran dan mungkin sudah disampaikan guru di dalam kelas. Yang membedakan diktat dengan buku pelajaran adalah: 1) diktat umumnya disusun oleh guru untuk keperluan mengajarnya sendiri, 2) diperbanyak dan diedarkan secara terbatas, 3) cakupan isi diktat umumnya terbatas (buku mencakup isi pelajaran 1 tahun pelajaran, diktat hanya ditulis untuk 1 semester), dan 4) cukup banyak diktat yang telah disempurnakan akhirnya menjadi buku pelajaran. Diktat ditulis dengan lebih singkat, dalam arti tidak setebal buku pelajaran. Diktat dapat merupakan ringkasan dari keseluruhan materi yang menjadi target untuk dipelajari dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu pada semester tertentu. Jadi diktat ditulis tidak dengan menggunakan uraian yang panjang lebar. Adapun ciri-ciri diktat (Arikunto, 2007) adalah sebagai berikut: a. Diktat ditulis dengan singkat dan padat b. Bahasa yang digunakan tidak boleh bertele-tele sehingga mudah dipahami oleh siswa 7

c. Dalam menulis diktat guru harus mampu memilih intisari semua materi pelajaran yang tercantum dalam beberapa sajian diktat tersebut. d. Diktat harus ditulis sendiri oleh guru sehingga ia akan menggunakan bahasa yang sudah dikenal oleh siswa. Sistematika diktat (Arikunto, 2007 adalah sebagai berikut: a. Kata Pengantar, yang berisi penjelasan tentang isi diktat, keterangan untuk siapa diktat ditulis dan kelas berapa, b. Bagian Pendahuluan, yang berisi daftar isi, tujuan dan maksud diktat sebagai ringkasan pelajaran, c. Bagian Isi, yang terdiri dari: 1) Judul bab atau topik bahasan yang diambil dari pokok bahasan atau kompetensi dasar dalam kurikulum, 2) Penjelasan tujuan bab atau indikator penting untuk bab tersebut, 3) Uraian isi pelajaran, 4) Penjelasan materi dan disertai dengan contoh, tambahan gambar bagan atau penjelasan lainnya, dan 5) Soal latihan d. Bagian penunjang, yang berisi lampiran yang diperlukan Berbagai Sistematika Penulisan Karya Ilmiah Artikel ilmiah yang dimuat pada jurnal isinya dapat berupa hasil penelitian maupun berupa kajian suatu permasalahan yang didasarkan pada hasil pemikiran dan kepustakaan yang relevan. Secara teknis, struktur naskah artikel yang didasarkan pada laporan penelitian secara umum terdiri dari: Judul; abstrak; pendahuluan; cara penelitian; hasil penelitian dan pembahasan; simpulan; dan daftar pustaka. 1. Judul artikel tidak harus sama dengan judul laporan penelitian. Dibawah judul dicantumkan nama penulis (tanpa gelar) dan lembaga tempat bertugas 2. Abstrak memuat inti permasalahan, cara penelitian, hasil dan kesimpulan. Abstrak tidak boleh lebih dari 200 kata. Ada beberapa majalah yang mensyaratkan abstrak dalam bahasa Inggris selain bahasa Indonesia. 3. Pendahuluan berisi latar belakang masalah (mengapa masalah itu penting untuk diteliti, perumusan masalah, dan tinjauan pustaka yang terpenting, yang mengandung uraian singkat dan sistematis tentang keterangan-keterangan yang berkaitan dengan tulisan. 8

Rujukan sumber ditunjukkan dengan menuliskan nama-nama penulis dan tahun terbitan (jadi bukan judul tulisannya). Landasan teori sebaiknya dimasukkan inti-intinya ke dalam bab ini. 4. Cara penelitian menguraikan cara-cara pelaksanaan penelitian yang mencakup subjek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data 5. Hasil penelitian dan pembahasan berisi uraian hasil yang diperoleh, kemudian diberi pembahasan (penjelasan) ilmiah berdasar rujukan tertentu sehingga masalah yang dikemukakan dapat dipecahkan. Hasil penelitian juga didiskusikan dengan membandingkannya dengan hasil-hasil penelitian lain yang relevan. 6. Simpulan memuat pernyataan singkat tentang hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan rumusan permasalahan. 7. Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang dipakai dalam penyusunan artikel ilmiah saja. Jadi, tidak harus sama dengan yang dicantumkan dalam laporan penelitian. Jika artikel itu berupa kajian suatu permasalahan yang didasarkan pada hasil pemikiran dan kepustakaan yang relevan, secara teknis struktur naskahnya secara umum terdiri atas enam hal, yakni judul, abstrak, pendahuluan, pembahasan, simpulan dan daftar pustaka. 1. Judul artikel yang kemudian diikuti pencantuman nama penulis (tanpa gelar) dan lembaga tempat bertugas 2. Abstrak yang disusun dalam tiga alenia yang masing-masing memuat inti permasalahan, pembahasan, dan simpulan 3. Pendahuluan yang berisi latar belakang mengapa masalah itu penting untuk dibicarakan, berikut tujuan yang akan dicapai lewat pembicaraan itu. 4. Pembahasan yang biasanya terdiri atas sejumlah sub bab sesuai dengan masalah yang dibahas. Pada bagian ini rujukan atau pustaka yang sesuai dimanfaatkan dalam rangka elaborasi masalah. Dengan cara demikian, pembahasan yang dilakukan dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat personal semata, di samping simpulan pun dapat ditarik dengan baik. Kemuthakiran rujukan hendaknya juga diperhatikan. 5. Simpulan memuat pernyataan yang berupaya menjawab permasalahan yang telah ditetapkan di bagian pendahuluan. Artinya, simpulan yang ditarik itu harus sejalan dengan latar belakang masalah, tujuan, dan pembahasan. 6. Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang dipakai dalam penyusunan artikel itu saja. 9

Artikel ilmiah populer pada hakikatnya juga berupa tulisan ilmiah, tetapi disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih longgar, sehingga enak dan mudah dibaca serta dipahami. Walaupun disajikan dengan gaya bahasa dan sajian yang tidak terlalu formal, fakta yang disajikan harus tetap objektif dan dijiwai oleh kebenaran dan metode berpikir keilmuan. Semua bentuk karya tulis ilmiah yang dikenal di kalangan akademis dapat diubah menjadi dan disajikan sebagai artikel ilmiah populer. Namun demikian, pada umumnya artikel ilmiah populer lebih banyak menyajikan pandangan, gagasan, komentar atau ulasan terhadap sesuatu permasalahan tertentu yang sedang aktual. Artikel ilmiah populer umumnya tersaji dalam kerangka isi yang lebih bebas. Sajiannya tidak menggunakan urutan kerangka isi yang baku seperti sajian ringkasan laporan hasil penelitian. Hal ini terkait dengan tujuan utamanya, yakni agar menarik dan mudah dipahami pembaca. Untuk itu, penulis harus memiliki orientasi yang jelas, sidang pembaca yang manakah yang menjadi sasarannya. Latar belakang dan kondisi calon sidang pembaca akan menentukan gaya bahasa dan kerangka isi penyajian artikel populer. Kerangka isi artikel ilmiah populer sama dengan tulisan ilmiah pada umumnya, yang secara garis besar terdiri dari 3 bagian, yakni pendahuluan, pembahasan/isi, dan simpulan (penutup). Bagian pendahuluan berisi tentang mengapa suatu persoalan itu menarik untuk dikaji. Fakta atau ungkapan hal-hal yang menarik atau mengejutkan dari permasalahan yang akan disajikan juga sering ditulis pada bagian pendahuluan ini. Bagian pembahasan biasanya dimulai dengan pemaparan hal-hal umum untuk kemudian menuju simpulan yang bersifat khusus, atau sebaliknya. Ada berbagai cara yang dapat dipakai untuk menyajikan gagasan. Ada artikel ilmiah populer yang dimulai dengan memaparkan tesis, kemudian membenturkannya dengan antitesis untuk menggiring pada satu sintesis. Ada pula yang membahas permasalahan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, kapan dan dimana serta bagaimana. Penutup Satu hal yang sangat penting untuk selalu diingat adalah sesegeralah menulis begitu permasalahan dapat ditemukan. Jika permasalahan itu tidak segera ditulis ia akan semakin kabur dan lama-lama hilang dari perhatian kita. Akhirnya kegiatan penulisan karya ilmiah tertunda, dan bahkan bisa gagal akan tak jadi diselesaikan. Ada baiknya untuk selalu menginventarisir berbagai permasalahan yang menjadi minat kita. Dari inventarisasi itu pilih 10

satu atau dua saja yang memiliki daya tarik yang paling kuat. Kemudian dari permasalahan itu kembangkan menjadi topik yang dapat dibahas menjadi karya tulis ilmiah. Kalau topik telah dirumuskan secara spesifik, maka bangunlah kisi-kisii (outline) pembahasannya untuk masing-masing topik. Dari kisi-kisi akan lahir detail arah pembahasan yang bisa mengikuti pendekatan ilmiah. Membangun kisi-kisi harus memperhatikan alur pikir dan logika yang runtut dan sistematis. Dalam menulis karya ilmiah sangat penting pula diperhatikan mengikuti aturan ataupun sistematika dari jurnal atau majalah ilmiah yang dituju. Tulisan yang menarik adalah tulisan yang enak di baca dan komunikatif, oleh sebab itu pilihan kata berperan amat besar dalam hal ini. Pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai oleh seorang penulis dalam tulisannya. Pilihan kata pada hakekatnya merupakan salah satu unsur kebahasan yang membentuk gaya, disamping struktur kalimat. Untuk mencapai gaya tulisan yang baik dan lancar, penguasaan kosa kata seorang penulis harus selalu diperluas, disamping diperlukan juga penguasaan berbagai struktur kalimat, yang sewaktu-waktu perlu dikembangkan dan atau digayakan sesuai dengan ragam tulisan yang dikehendaki. Sumber Bacaan Arikunto, Suharsimi. 2007. Karya Tulis Ilmiah Non Penelitian. Kumpulan Makalah. Tidak diterbitkan. Cash Phyliss, 1977. How to Write a Research Paper Step by Step. New York: Monarch Press Ekosusilo M. dan Triyanto B. 1999. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Dahara Prize. Farida Hanum, 2003. Penulisan Artikel Ilmiah pada Jurnal. Lemlit UNY. Hultz Herman, 1983. Persuasive Writing. New York: Mo Graw Hill Book Company Legget, Glen. Mead, David, et all, 1978. Handbook for writters. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Lemlit, UNY. 2007. Penulisan Karya Ilmiah. Tim Pusdi Dikdasmen Lemlit UNY. Suminar S. Achmadi, 1999. Teknis Penulisan Artikel Ilmiah. Makalah Pelatihan Menulis. DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS Suminto A. Sayuti, 2000. Menyiapkan Sebuah Artikel Ilmiah. Lemlit UNY Suyanto, 2003. Teknik Penulisan Artikel Ilmiah. Lemlit UNY 11