ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM. (Artikel) Oleh: Yuliani

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bertanya dalam kelas adalah aktivitas yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. outcome dalam pembelajaran, antara lain dengan mengembangkan strategi

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. (Artikel) Oleh MUHAMMAD AKBAR

PENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA. (Artikel) Oleh IMRON ROSADI

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

HUBUNGAN KETERAMPILAN HITUNG, PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR, CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA. (Artikel) Oleh DIRA TIARA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RASA INGIN TAHU MENGGUNAKAN METODE SQ4R PADA MATA PELAJARAN IPA

PENGGUNAAN TEKNIK PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP ORGANISASI KEHIDUPAN. (Artikel) Oleh: Dian Yustie Anggraeni

PENGARUH METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS. (Artikel) Oleh NURMALA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 KOTO XI TARUSAN

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh IRA ROSITA

PENGARUH MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK JAMUR. (Artikel) Oleh Wulan Sari Irawati

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh EVA FEBRIYANTI R.

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar Biologi tidak selamanya berjalan efektif, karena

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR. (Artikel) Oleh SARVIA TRISNIATI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PROFIL KETERAMPILAN BERTANYA SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017. (Skripsi) Oleh FITRI NURAINI

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA. (Artikel) Oleh DEWI CITRA HANDAYANI

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. *Corresponding author, telp: ,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP AKTIVITAS KERJASAMA SISWA. (Artikel) Oleh SUSANTI AGUSTA

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUSAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh MADE SETIA HARINI

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

PENGARUH MEDIA POWER POINT TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh WINA HALIMAH

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI

Rosyidatul Nur Laily Universitas Muhammadiyah Jember, Jl. Karimata No

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN TPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN STRATEGI CONCEPT MAPPING UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK JURNAL. Oleh PUTU AYU DAHLIAWATI Dr. Hi. Darsono, M.Pd. Dra. Hj. Yulina Hamdan, M.Pd.

EKSPLORASI KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MEMPREDIKSI, MENGOBSERVASI DAN MENJELASKAN DITINJAU DARI GENDER

Beti Juwita Sari (1), Abdurrahman (2), Nengah Maharta (2) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, (2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era globalisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif. Hal ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP. (Artikel) Oleh DEWI OKTARIA

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF SCAFFOLDING DAN PBI MEMPERHATIKAN CARA BERPIKIR. (Artikel Skripsi)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki

PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL. Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

DAFTAR ISI. Judul Isi ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL KOOPERATIF TAI TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN MODEL GROUP INVESTIGATION

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Warsita, 2008: 85).

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE

RIDA BAKTI PRATIWI K

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL PBM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (ARTIKEL) Oleh RAISA RAMADHANI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPEEVERYONE IS A TEACHER HERE (ETH)TERHADAP HASIL BELAJAR IPASISWA KELAS VII SMPN 30 PADANG ARTIKEL OLEH

Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R ( Survey, Question, Read, Recite and Review)

KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS

PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU

PERBANDINGAN MORALITAS SISWA MODEL VCT DAN STAD MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS 1) Oleh

Keywords: Affective, Cognitive, Psychomotor and Think Pair Share

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh GADIS PRATIWI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS. (Artikel) Oleh SILFI AULIYANTI

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP PENGUASAAN MATERI KINGDOM PLANTAE OLEH SISWA. (Artikel) Oleh FERI PERNANDO

ANALISIS TENTANG SIKAP SISWA SMP KELAS IX TERHADAP SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI KECAMATAN KAMPAR KIRI HULU

Key words: Influence, model of study, cooperative, type of Two Stay Two Stray, handout

Kata kunci: Media Gambar, Hasil Belajar Kognitif, Hasil belajar Afektif

HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA MENGGUNAKAN MODEL TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT 1. Oleh

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Motivasi di MAN Blangpidie

BAB I PENDAHULUAN. keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. sehingga siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar.

PERBANDINGAN METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN. (Artikel) Oleh SIGIT DWI NURCAHYO

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

2015 PROFIL COMMUNICATE STYLE DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI SISTEM REPRODUKSI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

Transkripsi:

ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM (Artikel) Oleh: Yuliani FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM Yuliani 1, Darlen Sikumbang 2, Berti Yolida 2 e-mail: yuliani0792@gmail.com. HP: 087899844411 ABSTRAK The objectives of this research were to determine question quality of boy and girl students, and the differences of the question quantity and quality between boy and girl students base on Bloom taxonomy. The design of the research was simple descriptive. The samples were students of class XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, and XI IPA 4 that selected by purposive sampling. The qualitative data was descriptive of students question quality. Data were analysed descriptively and t-test. The results showed that question quantity between boy and girl students were not significant. The question quality of boy and girl students were not different significant with dominant question of cognitive dimension of understanding (C2). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pertanyaan siswa laki-laki dan perempuan, serta perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan antara siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan taksonomi Bloom. Desain penelitian adalah desain deskriptif sederhana. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4 yang dipilih secara purposive sampling. Data kualitatif berupa deskripsi kualitas pertanyaan siswa. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif dan uji beda (uji t). Hasil menunjukan bahwa jumlah pertanyaan siswa laki-laki dan siswa perempuan tidak berbeda signifikan. Kualitas pertanyaan yang dimunculkan siswa laki-laki dan siswa perempuan juga tidak berbeda signifikan dengan dominansi pertanyaan yaitu dimensi kognitif pemahaman (C2). Kata kunci: gender, pertanyaan siswa, taksonomi Bloom 1 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila 2 Staf Pengajar

PENDAHULUAN Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah telah diketahui bahwa lakilaki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang berbeda, yang dibangun karena faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis berkenaan dengan kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Sedangkan faktor psikologis menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitifnya. Semua ini dapat memengaruhi proses dan hasil belajar. Latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, dan pengaruh lingkungan lain menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingkat perkembangan berpikir siswa. Masalah gender tidak dipungkiri pada kenyataannya bahwa secara umum terdapat sosial biologis antara perempuan dan laki-laki, dan perbedaan tersebut mempengaruhi pembelajaran (Wood, 1994 :38). Hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap perbedaan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa lakilaki dan siswa perempuan. Siswa memiliki kemampuan bertanya yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang mereka ajukan, ada yang berupa pertanyaan sederhana tentang pengertian konsep dan ada juga yang bertanya tentang isi ataupun mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi berbagai jenis tergantung dari sudut pandang para ahli yang mengemukakannya, salah satunya berdasarkan tingakatan ranah kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi, yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan sintesis (C6). Pertanyaan kognitif tingkat rendah mencakup C1 sampai C3, sedangkan pertanyaan kognitif tingkat tinggi mencakup C4 sampai C6 (Sudijono, 2001: 49). Pentingnya siswa bertanya di kelas mendorong terjadinya interaksi antar siswa agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab terhadap pertanyaan yang diajukan. Selain itu, pentingnya penggunaan keterampilan bertanya siswa secara

tepat adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu membangkitkan minat, rasa ingin tahu, dan memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitankesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan, mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, serta menguji dan mengukur hasil belajar siswa (Partin, 2009: 3). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2013) mengungkapkan bahwa jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) berdasarkan perkembangan intelektualnya didominasi oleh pertanyaan dimensi kognitif memahami (C2) dan dimensi pengetahuan konseptual untuk kategori taksonomi Bloom. Perbedaan gender juga turut mempengaruhi perbedaan kualitas pertanyaan. Siswa laki-laki mampu memunculkan pertanyaan dimensi kognitif analisis (C4) lebih banyak dibandingkan perempuan untuk kategori taksonomi Bloom. Sedangkan siswa perempuan lebih banyak menanyakan pertanyaan dimensi kognitif C1 untuk kategori taksonomi Bloom (Rahmadhani, 2013: 71). Hasil observasi pembelajaran di SMA N 1 Pagelaran menunjukkan bahwa aktivitas dalam mengajukan dan menanggapi pertanyaan tergolong sedang. Hal tersebut terlihat bila siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, beberapa siswa sudah memanfaatkannya namun masih ada siswa yang pasif dan terlihat ragu untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. Padahal dengan mengajukan pertanyaan membuktikan bahwa siswa tersebut berpikir dan belajar. Karena faktanya dengan mengajukan pertanyaan, dapat meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh, bahkan lebih baik dalam memutuskan sesuatu (Barus, 2012: 2). Berdasarkan uraian di atas muncul rasa ingin tahu mengenai kualitas pertanyaan yang diajukan siswa apabila digolongkan menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi

Bloom, baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1 Pagelaran. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4 yang diambil dengan model purposive sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa laki-laki dan siswa perempuan mampu memunculkan pertanyaan sampai pada dimensi kognitif analisis (C4) (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender Pada Setiap Tingkatan Ranah Kognitif SMA Negeri 1 Pagelaran Jenis data berupa data kualitatif yang diperoleh dari observasi terhadap subjek penelitian melalui video proses pembelajaran yang bertujuan menggambarkan dan memaparkan perbedaan kualitas pertanyaan siswa berdasarkan gender yang telah dikelompokkan dengan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom.. Analisis data menggunakan analisis deskripsi dan pengujian hipotesis menggunakan uji beda (uji t). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa keseluruhan jumlah pertanyaan yang dimunculkan siswa laki-laki yaitu 23 pertanyaan (65,71%) dari keseluruhan jumlah siswa laki-laki sebanyak 35 orang, sisanya sebanyak 12 orang (34,29%) tidak mengajukan pertanyaan. Jumlah pertanyaan siswa perempuan yaitu sebanyak 74 pertanyaan (81,32%) dari keseluruhan jumlah siswa perempuan sebanyak 91 orang, sisanya yaitu sebanyak 17 orang (18,68%) tidak mengajukan pertanyaan.

Data perbedaan jumlah pertanyaan siswa laki-laki dan siswa perempuan yang diperoleh melalui uji beda (uji t) disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Hasil uji beda jumlah pertanyaan siswa laki-laki dan perempuan Variabel Jumlah pertanyaan laki-laki dan perempuan Nilai Uji Beda Signifikan si (0,05) 0,196 >0,05 Keterangan Tidak berbeda signifikan Dari hasil uji beda di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi antara jumlah pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan sebesar 0,196. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah pertanyaan laki-laki dan perempuan tidak berbeda signifikan (tidak berbeda nyata). Data hasil uji beda perbedaan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan melalui uji beda (uji t) disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5. Hasil uji beda kualitas pertanyaan siswa laki-laki dan perempuan Variabel Kualitas pertanyaan laki-laki dan perempuan Nilai Uji Beda Signifikansi (0,05) 0,510 >0,05 Keterangan Tidak berbeda signifikan Dari hasil uji beda di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi antara kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan sebesar 0,510 artinya bahwa variabel kualitas pertanyaan laki-laki dan perempuan tidak berbeda signifikan (tidak berbeda nyata). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pertanyaan yang dimunculkan siswa laki-laki dan siswa perempuan tidak berbeda nyata (Tabel 4). Hal itu dapat dilihat dari keseluruhan jumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan dengan jumlah pertanyaan yang muncul (Tabel 3). Tidak adanya perbedaan yang nyata antara jumlah pertanyaan yang dimunculkan siswa laki-laki dan siswa perempuan diduga karena metode ceramah yang digunakan oleh guru membuat siswa mudah jenuh dengan materi yang disampaikan. Metode ceramah yang digunakan seharusnya lebih bervariasi misalnya dilengkapi dengan pengguanaan alat dan media serta adanya tambahan dialog

interaktif atau diskusi sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan (Karwapi: 2012: 1), dengan begitu siswa akan memperhatikan dan lebih tertarik dengan materi pelajaran sehingga siswa semakin ingin tahu mengenai materi yang disampaikan dan siswa akan banyak mengajukan pertanyaan. Penyebab lainnya yaitu dari sedikitnya kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya. Guru hanya memberikan masing-masing 1 kali kesempatan bertanya pada setiap pertemuan yaitu di akhir pembelajaran. Selain itu, tidak semua siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru. Hal itu diduga karena faktor keberanian dari diri siswa, apabila siswa berani maka siswa tersebut akan menggunakan kesempatan bertanya yang telah diberikan untuk menyampaikan pertanyaan. Namun ada sebagian siswa yang tidak/ kurang berani (perasaan takut) dalam bertanya. Perasaan takut tersebut dikarenakan pengaruh lingkungan (Brualdi dalam Sari, 2012: 23) seperti takut salah, takut mendapat ejekan, dan ketakutan lainnya sehingga apa yang ingin ditanyakan tidak dapat diutarakannya. Hasil uji beda pada kualitas pertanyaan yang dimunculkan siswa laki-laki dan siswa perempuan juga tidak berbeda nyata (Tabel 5). Hal itu diduga karena kemampuan berpikir antara siswa laki-laki dan siswa perempuan tidak berbeda. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Bastable (2012: 193) bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang mencolok antara intelegensi umum anak laki-laki dan perempuan. Penyetaraan gender antara laki-laki dan perempuan menyebabkan siswa perempuan tidak sungkan dalam mengutarakan gagasannya. Selain itu, perempuan cenderung menggunakan sisi kiri dan sisi kanan otaknya secara keseluruhan sehingga pengolahan bahasanya lebih baik yang berpengaruh juga pada munculnya pertanyaan yang diajukan (Bastable, 2002: 193). Sedangkan siswa lakilaki memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar dibandingkan perempuan (Bastable, 2002: 194), semakin tinggi rasa ingin tahu yang dimiliki siswa maka akan semakin sering

siswa tersebut mengajukan pertanyaan. Berikut ini contoh dari pertanyaan siswa laki-laki dan siswa perempuan. apa yang dimaksud dengan hamil di luar kandungan? bagaimana cara menenganinya? jika seorang pria hanya memiliki 1 testis, dapatkah pria tersebut menghasilkan keturunan? Gambar 1. Contoh pertanyaan siswa apa yang dimaksud dengan hamil anggur? mengkonsumsi mentimun saat menstruasi katanya tidak boleh. Jika tetap mengkonsusmsi, apa akibatnya? Gambar 2. Contoh pertanyaan siswa Dari contoh pertanyaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pertanyaanpertanyaan yang diajukan siswa lakilaki dan siswa perempuan adalah pertanyaan umum yang sering terjadi atau sering mereka dengar di masyarakat, sehingga tidak terjadi adanya perbedaan kualitas pertanyaan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Dalam penelitian ini, siswa perempuan mampu memunculkan pertanyaan aplikasi (C3) sedangkan siswa laki-laki tidak. Hal itu disebabkan karena materi sistem reproduksi lebih banyak membahas tentang proses yang terjadi pada perempuan seperti ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI. Berikut contoh kutipan pertanyan-pertanyaannya. kenapa sebelum dan setelah menstruasi, wanita selalu mengalami keputihan? Jika keputihan tersebut sudah banyak, berbahaya atau tidak? apakah penggunaan celana yang ketat dapat memengaruhi kesuburan wanita? mengapa wanita yang KB tidak dapat hamil? Gambar 3. Contoh pertanyaan siswa Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada dimensi kognitif aplikasi (C3) ini adalah pertanyaan dari pengalaman yang sudah dialami di kehidupan sehari-hari dan yang umum terjadi di masyarakat. Selanjutnya dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 siswa laki-laki mengalami peningkatan dalam memunculkan pertanyaan dimensi kognitif pemahaman (C2) dan analisis (C4). Sedangkan siswa perempuan hanya mengalami peningkatan dalam memunculkan pertanyaan dimensi kognitif pemahaman (C2) saja. Hal tersebut dikarenakan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan dimana lakilaki memiliki rasa ingin tahu yang

lebih besar dibandingkan perempuan (Bastable, 2002: 194), semakin tinggi rasa ingin tahu yang dimiliki siswa maka akan semakin sering siswa tersebut mengajukan pertanyaan. Selain itu, dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 siswa perempuan mengalami penurunan pertanyaan pada dimensi kognitif pengetahuan (C1), aplikasi (C3), dan analisis (C4). Hal ini terjadi karena materi pembelajaran pada pertemuan 2 yang lebih sulit dibandingkan materi pada pertemuan 1 sehingga siswa sulit memahami materi yang berdampak pada semakin sedikitnya siswa dalam mengajukan pertanyaan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah pertanyaan siswa laki-laki dan siswa perempuan tidak berbeda signifikan. Kualitas pertanyaan yang dimunculkan siswa laki-laki dan siswa perempuan juga tidak berbeda signifikan dengan dominansi pertanyaan yaitu dimensi kognitif pemahaman (C2) Untuk kepentingan peneltian, maka penulis menyarankan agar guru dapat membuat variasi dalam proses pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir dan bertanya ke arah jenjang kognitif tingkat tinggi. DAFTAR PUSTAKA Barus, W. 2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab Pada Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 101813 Buluh Gading Kecamatan Sibiru-biru TA 2011/2012. (Skripsi). Medan: Universitas Negeri Medan. Bastable, S. 2002. Perawat sebagai Pendidik. Jakarta: EGC. Karwapi, M. 2012. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah dalam Pembelajaran di Kelas. (online). (http://karwapi. wordpress.com diakses pada 09/10/2014; 15.47 WIB). Partin, R.L. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas Edisi Kedua. Jakarta: Indeks. Rahmadhani, Y. 2013. Analisis Pertanyaan Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual dan Gender pada Konsep Sistem Reproduksi. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sari, R. 2012. Analisis Pertanyaan Siswa Menerapkan Metode

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam Klasifikasi Marbach pada Materi Sisitem Reproduksi Manusia di SMA Negeri 3 Medan. (Tesis). (online). (http://digilib.unimed.ac.id, diakses pada 17/03/2014; 16:38 WIB). Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wood, J.T. 1994. Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture. Belmont: Wadsworth Publishing Company.