BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan juga sebagai intestasi, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

BAB III METODE PENELITIAN

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto,

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp.

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan ibu, bayi balita dan pasangan usia subur. Kegiatan di posyandu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Sebagai pusat kegiatan

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). Kegiatan posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan bahwa Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan terkait dengan upaya kesehatan anak adalah pelayanan kesehatan pada anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan. Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita dengan melakukan beberapa kegiatan antara lain : 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan menggunakan instrumen SDIDTK. 2. Pembinaan posyandu, pembinaan anak prasekolah termasuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan memanfaatkan Buku KIA. 3. Perawatan anak balita dengan pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang, dan vitamin A. Capaian indikator ini pada tahun 2012 sebesar 73,52% yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 sebesar 80,96%. Indikator ini juga belum memenuhi target Renstra pada tahun 2012 yang sebesar 81%. Capaian indikator menurut provinsi juga menunjukkan bahwa 1

2 sebagian besar provinsi memiliki capaian di bawah 81% (Dinkes RI, 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih cukup besar yakni 1,40% dengan jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 22.678.702 jiwa. Jumlah balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 2.294.230, yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 1.907.700 (83,15%). Kabupaten yang cakupannya sudah mencapai 100% adalah Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pekalongan, Kota Magelang dan Kota Surakarta. Sedangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Boyolali 27,3% (Dinkes Jawa Tengah, 2012). Cakupan kunjungan balita menurut profil kesehatan indonesia tahun 2012 dan profil kesehatan kota semarang tahun 2012 sudah hampir memenuhi target. Salah satu pelayanan balita adalah posyandu diselenggarakan terutama untuk melayani balita (baik imunisasi maupun penimbangan berat badan) dan orang lanjut usia (posyandu lansia). Posyandu dicanangkan pada tahun 1986, lahir melalui suatu surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri RI, Menteri Kesehatan RI, dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu SK Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1985, SK Menteri Kesehatan No. 21/men.kes/Inst.B./IV/1985, dan SK Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) No. 112/HK- 011/A/1985 tentang penyelenggaraan posyandu yaitu :

3 1. Meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk menyelenggarakan posyandu dalam lingkup Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan Program Kesejahteraan Keluarga (PKK). 2. Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam programprogram pembangunan masyarakat desa. 3. Melaksanakan pembentukan posyandu di wilayah atau di daerah masing-masing dari melaksanakan pelayananparipurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN (Cahyo, 2010). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program keluarga berencana dengan kesehatan di tingkat desa (Syakira, 2009 ). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang 2012, di Kota Semarang posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggrakan dari, oleh, untuk dan bersama masyrakat guna mempercepat penurunan angka kematia ibu dan bayi. Guna meningkatkan peran Posyandu dalam pembangunan kesehatan haruslah didukung dengan SDM (Kader, pengurus posyandu, tokoh masyarakat), sarana prasarana (tempat, timbangan, buku administrasi dll) dan peran serta masyarakat itu sendiri Keberadaan Posyandu di Kota Semarang cukup baik, terlihat

4 peningkatan jumlah posyandu setiap tahunnya, tahun 2011 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.533 buah, dan meningkat menjadi 1.556 posyandu di tahun 2012 yang terdiri dari 50 posyandu pratama (3,21%), 356 posyandu madya (22,88%), 559 posyandu purnama (35,93%) sedangkan 591 posyandu mandiri (37,98%) (Dinkes Kota Semarang 2012). Keberadaan posyandu yang merupakan pemantauan kesehatan anak terutama mengenai status gizi anak seringkali kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Partisipasi kunjungan masyarakat untuk melakukan kunjungan ke posyandu ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap dan motivasi orang tua yang rendah sehingga enggan untuk datang ke posyandu. Selain itu juga terdapat beberapa faktor eksternal yang juga ikut mempengaruhi rendahnya partisipasi masyarakat yaitu social budaya, dukungan tokoh masyarakat, peran kader posyandu serta kebijakan pemerintah (Ermn, 2010). Dalam penelitian Lilik indah lestari (2009), berdasarkan hasil penelitian nya pula menunjukan bahwa ada hubungan antara karakteristik ibu balita dengan kunjungan balita dalam kegiatan posyandu yang ada di kelurahan Genuksari kecamatan Genuk kota Semarang, sedangkan menurut penelitian dari Hati kalvita rachmania (2010) menunjukan ada hubungan atara pendidikan ibu dengan kegiatan posyandu yang ada di Desa Lumingser kecamatan Adiwena Kabupaten Tegal.

5 Dari total 139 posyandu di Kecamtan Tembalang, Puskesmas Kedungmundu menempati urutan pertama dengan jumlah posyandu yaitu 88 posyandu (283,87%) sedangkan posyandu aktifnya mencapai (47,73%) atau 42 posyandu yang terdiri dari 6 posyandu pratama, 40 posyandu madya, 29 posyandu pratama dan 13 posyandu mandiri. Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang memiliki 33 RW dengan jumlah posyandu 33 dan jumlah balita terbanyak terdapat di RW 28 dengan jumlah 331 balita, namun saat ini yang aktif mengunjungi posyandu sebanyak 165 balita (49,85%). Hasil survey awal menunjukan data yang ada mengenai jumlah kunjugan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo kecamatan tembalang setiap bulan masih jauh dari target yaitu hanya 49,85%. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas posyandu setempat disebutkan bahwa rendahnya kunjungan balita ini karena karakteristik orang tua yang tidak mendukung serta pengetahuan yang rendah tentang pentingnya posyandu dalam memantau perkembangan status gizi dan kesehatan anak. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengambil judul mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan balita ke Posyandu di RW 32 Kelurahan Sendangmulyo. B. Rumusan masalah Dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

6 jumlah kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang? C. Tujuan. 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memepengaruhi kunjungan balita ke posyandu di RW 28 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan karateristik (umur, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan) yang mempengaruhi jumlah kunjungan balita ke posyandu. b. Mengidentifikasi pengetahuan yang mempengaruhi jumlah kunjungan balita ke posyandu. c. Mengidentifikasi sikap yang mempengaruhi jumlah kunjungan balita ke posyandu. d. Menganalisis hubungan karateristik (umur, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan) dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu. e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu. f. Menganalisis hubungan sikap dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu.

7 D. Manfaat 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang faktorfaktor yang mempengaruhi dengan kunjungan balita ke posyandu. 2. Manfaat Praktis a. Puskesmas (lahan) Manfaat bagi puskesmas trutama puskesmas kedung mundu yaitu hasil penelitian ini dapat dugunakan sebagai informasi terkait dengan jumlah kunjungan balita ke posyandu sehingga dapat memotivasi posyandu-posyandu yang lain agar lebih aktif lagi dalam kegiatan posyandu. b. Masyarakat Dapat memberikan informasi tentang pentingnya kegiatan posyandu untuk mengetahui perkembangan dan perumbuhan anak di RW 32 Kelurahan sendangmulyo. c. Bagi institusi Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi studi mengenai posyandu dan menjadi landasan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

8 E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian tentang kunjungan balita keposyandu No Judul penelitian Tempat dan tahun Faktor-faktor Bandarharjo 1. yang kecamatan berhubungan semarang dengan perilaku utara, 2010 kader posyandu memanfaatkan meja penyuluhan Sasaran Kader posyandu sebanyak 103 orang Metode penelitian Deskriptif korelasi dengan rancangan ceoss sectional Hasil penelitian Ada hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan dan sikap dengan prilaku kader posyandu dengan memanfaatkan meja penyuluhan Tidak ada hubungan antra jumlah balita dengan prilaku kader posyandu dengan memanfaatkan meja posyandu Hubungan 2. pendidikan ibu dengan jumlah balita ke posyandu Faktor-faktor 3. yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita dalam kegiatan posyandu Hubungan 4. pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan kepuasan ibu terhadap posyandu dengan frekuensi kunjungan balita ke posyandu Poskesdes segayem, 2010 Tegal 2010 Banjarmasin, 2010 Keseluruhan yang objek yang karakteristiknya akan di duga atau sedang diteliti. Keseluruhan ibu balita yang ada di desa lumingser. Ibu-ibu yang memiliki balita di sekitar wilayah kerja puskesmas Analitik dengan pendekatan cross sectional. Observasional analitik, metode pendekatan cross sectional observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional Terdapat hubungan yang tidak bermakna antara pendidikan ibu dengan kunjungan aktif ke posyandu Ada hubungan antara jumlah kunjungan dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Terdapat hubungan antara pekerjaan dan kepuasan terhadap posyandu dengan frekuensi kunjungan balita ke posyandu Perbedaan penelitian sekarang dan sebelumnya yaitu, pada penelitian sebelumnya menganalisis, menghubungkan, serta menjelaskan faktor-faktor yang berhungungan dengan jumlah kunjungan, pendidikan, pekerjaan serta pengetahuan ibu dengan menggunakan sistem random. Sedangkan penelitian ini

9 pengambilan sample menggunakan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak di RW 32 kelurahan sendangmulyo. Variabelnya keseluruhan ibu balita yang ada di RW 32 sebanyak 204 balita yang terbagi menjadi 2 posyandu yang terdapat di kelurahan sendangmulyo kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Tempat penelitian ini di RW 28 Kelurahan sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan rancangan eksperimental observasional dengan pendekatan cross sectional.