BAB II KAJIAN PUSTAKA. didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Konsep dan Teori Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Tambunan (2001 : 1), perdagangan internasional diartikan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. variabel yang dianalisis, maka dalam penelitian ini teori-teori yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. negara yang berbeda serta mengakibatkan timbulnya pertukaran akan valuta asing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang dilakukan antara satu negara dengan negara lainnya yang timbul akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PENGARUH EKSPOR, IMPOR DAN KURS TERHADAP CADANGAN DEVISA NASIONAL PERIODE

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

Universitas Bina Darma

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

Wednesday, November 16, 2011 IPS SMP. S. Efiaty, S.Pd. SMP Negeri 5 Yogyakarta S. Efiaty, S.Pd.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

Herdiansyah Eka Putra B

III KERANGKA PEMIKIRAN

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian menjadi semakin terbuka. Kini hampir semua

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

EKONOMI INTERNASIONAL

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan diartikan sebagai suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masang, dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono,1993;10). Pertukaran atau perdagangan timbul karena salah satu atau kedua pihak melihat adanya manfaat atau keuntungan tambahan yang bisa diperoleh dari pertukaran tersebut (gains from trade). Timbulnya hubungan ekonomi antar bangsa disebabkan karena perbedaan antara permintaan dan penawaran akan suatu barang dinegara yang satu dengan negara yang lain (Sobri,1986;6). Dalam teori permintaan dan penawaran disebutkan bahwa perdagangan antar 2 negara akan timbul karena adanya perbedaan permintaan-penawaran (Nopirin, 1996 : 26). Perbedaan permintaan bisa disebabkan oleh jumlah dan jenis kebutuhan, jumlah pendapatan, kebudayaan, kesukaan atau selera dan sebagainya. Di segi penawaran disebabkan oleh perbedaan faktor produksi baik mengenai kualitas, kuantitas maupun dalam hal komposisi faktor-faktor produksi tersebut. Perbedaan faktor produksi akan membedakan tingkat produktivitas tiap negara atau daerah. Faktor harga juga menentukan perbedaan harga komparatif antar negara menyebabkan timbulnya 20

arus perdagangan internasional. Menurut Hamdy (2001 : 24) teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu : 1) Teori Pra Klasik (Merkantilisme) Menurut Hamdy Hady (2000 : 24), ide pokok merkantilisme adalah sebagai berikut : (a) suatu negara akan makmur jika ekspor lebih besar dari pada impornya, jadi ekspor sangat ditekankan, melarang / membatasi impor. (b) Surplus dari X M (ekspor netto) diselesaikan dengan pemasukan logam mulia terutama emas dan perak dari luar negeri (yang digunakan sebagai alat tukat). Penumpukan logam mulia tersebut ditujukan untuk memperkuat armada perang dan penyebaran agama. Kebijakan merkantilis dijalankan dengan adanya kebijakan proteksi untuk melindungi dan mendorong ekonomi industri nasional dengan menggunakan tarif (seperti penetapan Quota) sistem yang diterapkan merkantilis dikritik oleh David Hume. Hume berpendapat bahwa dengan pemupukan logam mulia yang berlebihan (sebagai alat tukar), maka jumlah uang beredar akan naik, hal ini akan diikuti oleh adanya inflasi dalam negeri yang tentunya akan menyebabkan harga barang impor menjada lebih rendah sehingga kuantitas impor akan meningkat sedang barang ekspor akan menjadi mahaldan kuantitasnya menurun. Hal ini tentu akan mendorong mengalirnya logam mulia keluar negeri sampai terjadi titik keseimbangan moneter internasional. Jadi kritik yang merupakan mekanisme 21

Hume ini merupakan hukum alam yang terjadi pada negara yang memakai sistem standar deviasi emas. Sedangkan kritik dari Adam Smith terhadap merkantilis adalah bahwa: ukuran kemakmuran suatu negara tidak ditentukan oleh timbunan logam mulianya tetapi pada aspek total produksi yang dihasilkan (GDP dan sumbangan perdagangan luar negeri tersebut kepada GDPnya), untuk meningkatkan GDP maka pemerintah harus mengurangi campur tangannya sehingga akan tercipta perdagangan bebas (mekanisme pasar) dengan adanya perdagangan babas maka akan menimbulkan persaingan yang ketatyang pada gilirannya akan mendorong spesialisasi dan pembagian kerja(yang akan memacu produktivitas, efisiensi dan GDP) dan berdasar pada keunggulan absolut. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara. 2) Teori Klasik a) Teori keunggulan mutlak (absolut advantage) Adam Smith Pokok pikiran Adam Smith dalam teori perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang yang mana negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak. Manfaat perdagangan dapat dilihat dari sisi lain, melalui peningkatan ekspor masing-masing negara akan meningkatkan kemampuan produksi nasional atau GDP (yang berarti peningkatan pendapatan, employment dan devisa) hal ini mendorong peningkatan impor. Meningkatnya impor akan diiringi dengan transfer teknologi, penanaman modal, dan kualitas menejemen yang semakin baik. Persaingan akan mendorong 22

produktifitas dan efisiensi sehingga harga barang akan lebih murah dan berkualitas, hal ini akan meningkatkan daya saing ekspor. Teori absolute advantage didasarkan pada beberapa asumsi yaitu ada dua negara yang bertransaksi, faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja(jumlah/jam kerja), kualitas barang yang diproduksi kedua negara adalah sama, pertukaran digunakan dengan barter atau tanpa uang dan biaya transfer diabaikan. Kelemahan teori Adam Smith adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi dan menguntungkan jika masing-masing negara memiliki keunggulan absolut dari produk ekspor. Jika hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolute untuk kedua produk yang diperdagangkan maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang saling menguntungkan. b) Teori Komparatif (Comparatif Advantage) David Ricardo Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya ( Hamdy Hady,2000:33). Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produk dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat memproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang yang produksinya kurang efisien. Perdagangan internasional antara kedua negara dapat tetap terjadi walaupun hanya satu negara yang mempunyai keunggulan absolut asalkan masing-masing negara memiliki perbedaan efisiensi dalam tenaga kerja (keunggulan biaya komparatif / cost comparatif advantage) dan perbedaan fungsi produksi yang membedakan produktifitas tenaga kerja (keunggulan produksi 23

komparatif atau production comparatif advantage). Hal ini akan berakibatpada perbedaan harga barang yang sejenis diantara kedua negara. Kelemahan teori komparatif advantage bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan produksi, faktor produksi (tenaga kerja), perbedaan fungsi ini menyebabkan terjadinya perbedaan produktivitas ataupun efisiensi, akibatnya harga akan berbeda. Jika fungsi faktor produksinya sama (efesiensi dan produktifitas sama) maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena harga kedua negara sama. 3) Teori Modern : Teori Heckscher-Ohlin (Teori H-O) Menurut teori Hecser Ohlin (H-O), perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara yang lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Nagara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Teori ini menekankan pada perbedaan relatif terdap faktor pemberian alam dan harga faktor produksi antar negara sebagai determinan perdagangan yang paling penting (dengan asumsi bahwa teknologi dan cita rasa sama). Penyamaan faktor produksi menganggap bahwa perdagangan akan menghapuskan atau mengurangi perbedaan harga absolute dan harga relatiffaktor produksi. Perbedaan faktor-faktor produksi dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tingkat produktifitas, jumlah dan jenis hasil produksi, jumlah penawaran faktor 24

dan hasil, serta perubahan dalam permintaan (kebutuhan). Perbadaan faktor produksi menyebabkan terjadinya perbedaan harga. Dalam analisisnya teori H-O menggunakan dua kurva, yaitu kurva isocost dan isoquant. Isocost adalah kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Sedangkan isoquant adalah kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Kurva isocost akan bersinggungan dengan isoquant pada satu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperolehproduk yang maksimal, atau dengan biaya yang minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Sesuai konsep titik singgung antara isocost, maka masing-masing negara tentu cenderung memproduksi barang tertentu dengan kombinasi faktor produksi yang paling optimal sesuai struktur atau proporsi faktor produksi yang dimilikinya. Selanjutnya, teori H-O menggunakan asumsi 2-2-2 sebagai berikut: a) Perdagangan internasional terjadi antara dua negara. b) Masing-masing memproduksi dua macam barang yang sama. c) Menggunakan dua macam faktor produksi yaitu tenaga kerja dan mesin, tapi dengan jumlah proporsi berbeda. Pada teori H-O disimpulkan bahwa harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masingmasing negara. Keunggulan komparatif suatu jenis produk yang dimiliki masingmasing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang-barang tertentu yang relatif banyak dan murah dalam 25

memproduksinya. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu yang faktor produksinya relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya. Kelemahan teori H-O, teori ini menyatakan bahwa perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanya perbedaan proporsi atau jumlah faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara dalam memproduksi barang tersebut. Jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki relatif sama, maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi. Kenyataannya, walau jumlah atau proporsi produksi yang dimiliki masing-masing negara relatifsama sehingga harga produk sama, tapi kenyataannya perdagangan internasional tetap dapat terjadi. 2.3 Ekspor Menurut Amir M.S (2003 : 100) kegiatan ekspor diartikan dengan pengeluaran barang-barang dari peredaran masyarakat dan mengirimkan keluar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Amir M.S (2003 : 1 ) juga menjelaskan ekspor sebagai upaya melakukan penjualan komoditi yang dimiliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Menurut Hutabarat (1995 : 307), pelaksanaan kegiatan ekspor setiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda yang dilengkapi dengan ketentuan serta prosedur pelaksanaan transaksi khususnya yang disesuaikan dengan kondisi dalam negeri. 26

Menurut Collins (1994 : 218) pengertian ekspor dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1) Suatu barang yang diproduksi dan secara fisik diangkut dan dijual di pasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang dapat dilihat (Visible Export). 2) Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik di dalam negeri (sebagai contoh, kunjunagnwisatawan mwncanegara) mupun di luar negeri (sebagai contoh, perbankan dan asuransi) yang keduanya menghasilkan mata uang asing. Ekspor ini disebut ekspor yang tidak dapat dilihat (Invisible Export). 3) Modal yang ditempatkan di luar negeri dalam bentuk investasi portofolio, investasi langsung luar negeri dalam bentuk aset fisik dan deposito bank disebut ekspor modal. Pengertian ekspor menurut Mankiw (2000 : 25), ekspor netto diartikan sebagai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain. Dimana ekspor netto ini menunjukan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa suatu negara yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik. Ekspor merupakan salah satu komponen atau bagian dari pendapatan agregat dan makin tinggi pula pendapatan nasional negara yang bersangkutan, dengan demikian dapat dikatakan ekspor merupakan salah satu sumber devisa. Untuk dapat mengekspor, negara tersebut harus mampu menghasilkan barangbarang dan jasa yang mampu bersaing di pasaran internasional. Menurut Sukirno (2000 : 109), faktor-faktor yang menentukan ekspor adalah sebagai berikut. 27

1) Daya Saing dan Keadaan Ekonomi Negara Lain Dalam suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuan suatu negara menjual barang ke luar negeri tergantung pada kemampuannya menyaingi barang-barang sejenis di pasar internasional. Besarnya pasaran barang di luar negeri sangat ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara lain dan kemajuan yang pesat di suatu negara akan meningkatkan ekspor negara tersebut. 2) Proteksi di Negara-Negara Lain Proteksi di negara-negara lain akan mengurangi tingkat ekspor suatu negara. 3) Kurs valuta Asing Peningkatan kurs mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekspor meningkat. Ekspor dengan impor adalah penting dalam hal utama, yaitu bersama-sama menghasilkan neraca pembayaran dari suatu negara (suatu negara harus mengekspor untuk dapat membiayai impornya yang dibayar dengan mata uang asing) dan ekspor menggambarkan suntikan dana dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 10/MPP/SK/5?1996 dan nomor 228/MPP/SK/7/1997, barang-barang yang diekspor digolongkan dalam empat kelompok, yaitu : 1. Barang yang diatur ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar, seperti tekstil dan produk tekstil 28

(TPT), kayu dan produk kayu (kayu lapis), barang hasil industri dan kerajinan dari kayu cendana dan kopi. 2. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk, seperti kacang kedelai, padi, beras, ternak hidup, pupuk urea, perak yang ditempa minyak dan gas bumi, timah, dan inti kelapa sawit. 3. Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor, seperti jenis perikanan dalam keadaan hidup (arwana, benih ikan sidat), binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi secara mutlak, kulit mentah (pickled dan kulit binatang melata), bongkah serta barang-barang kuno bernilai kebudayaan. 4. Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk dalam barang yang diatur ekspornya, barang yang diawasi ekspornya maupun barang yang dilarang ekspornya, seperti kerajinan perak, ikan tuna beku, kerajinan bambu, dan lain-lain. Bentuk perdagangan yang umum digunakan dalam ekspor karet yaitu, freight on board (FOB) dan cost insurance freight (CIF). Pada FOB, kewajiban penjual dalam jenis transaksi ini yaitu menyediakan dan memasukkan barang ke kapal dalam kuantitas, kualitas dan tempat yang disepakati. Namun penjual menyediakan segala sesuatu yang diperlukan bagi kelancaran transaksi, termasuk dokumen ekspor. Kewajiban pembeli dalam sistem ini yaitu mencari kapal, menyediakan ruangan dalam kapal, menetapkan pelabuhan, menginformasikan 29

waktu sandar, serta menanggung semua biaya dan resiko terhadap barang sejak melewati bibir tangki termasuk pembongkarannya (Amir M.S, 2003 : 184). Pada CIF, kewajiban penjual yaitu menyediakan seluruh fasilitas agar barang yang diperdagangkan sampai di pelabuhan tujuan yang dijanjikan. Namun, risiko (bukan biaya) selama pengangkutan menjadi tanggung jawab pembeli yang dilimpahkan ke asuransi atas biaya penjual. Kewajiban pembeli yaitu melakukan pembongkaran serta pengurusan seluruh dokumen yang diperlukan (Amir M.S, 2003 : 185). Dalam kelangsungan kegiatan ekspor perlu dilakukan kebijaksanaan pada peningkatan daya saing serta perluasan pasar luar negeri. Kebijaksanaan tersebut dapat ditempuh antara lain dengan upaya-upaya peningkatan efisiensi produksi, perbaikan mutu komoditas, jaminan kesinambungan dan ketepatan waktu penyerahan serta melakukan penganekaragaman barang produksi di pasar. Agar mendukung semua itu dilakukan penyempurnaan sarana dan prasarana perdagangan termasuk informasi pasar, serta pemantapan sarana dan prasarana penunjang ekspor, seperti perkreditan, asuransi, lalu lintas keuangan dan perangkat hukum. 2.4 Konsep Produksi Dalam kegiatan ekonomi, setiap perusahaan ataupun usaha lainnya tidak akan lepas dari proses produksi, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak akan ada barang atau jasa yang dihasilkan. Oleh karena itulah proses produksi memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Menurut 30

Adiningsih ( 1993:3 ), produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Dari penjelasan diatas maka dapat diartikan bahwa input terdiri dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Produksi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan falsafah baru (Ahyari, 1924 ;6). Input dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu input tetap dan input variable. Input tetap misalkan tanah, gedung dan lainnya, sedangkan input variable adalah input yang dapat diubah jumlahnya dalam jangka pendek (Suryawati, 57). Menurut Rahardja (2001:136), produksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Produksi Total (Total Product), Produksi Marginal ( Marginal Product ) dan Produksi Rata rata (Average Product). Produksi Total ( Total Product ) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor-faktor produksi, produksi marginal (Marginal Product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi, dan produksi rata-rata (Average Product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi. Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi juga dapat diartikan sebagai fungsi matematis yang menyatakan berapa jumlah suatu masukan dalam jumlah unit tertentu, sedangkan menurut Sukirno (1996:194), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input sumber daya perusahaan 31

(faktor-faktor produksi) dan keluarannya (output) yang berupa barang dan jasa per unit waktu yang dirumuskan sebagai berikut. A = f(k,l,r,t)... (2.1) Keterangan : A = Barang yang diproduksi K = Kapital / Modal L = Labour / tenaga kerja R = Resources / Alam T = Teknologi Pada sektor tradisional khususnya sektor pertanian, diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dari produksi yaitu fungsi produksi dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut the low of diminishing Returns. Hukum ini menyatakan bahwa apabila suatu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan tadi mula-mula menaik, tapi kemudian seterusnya menurun bila input terus bertambah (Boediono, 1982 ;64). Mubyarto (1989: 69) menyatakan bahwa, produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu modal, tenaga kerja dan tanah. Sedangkan menurut Prayitno dan Arsyad (1987: 19) ada empat sumber daya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani, yaitu : 1) Tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitas 2) Tenaga kerja, meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitas 32

3) Modal, meliputi modal tetap dan modal kerja untuk pembelian input 4) Keterampilan manajemen petani. Dalam aspek produksi, Indonesia memiliki kemampuan bersaing, terutama dalam segmen produksi bahan olah karet (bokar) dibanding dengan negara-negara produsen utama karet alam lainnya. Hasil studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) tahun 1993 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil karet alam dengan tingkat daya saing tertinggi jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Areal perkebunan karet di Indonesia tersebar terutama di sepanjang pulau Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan (93% dari luas total karet di Indonesia). Menurut Iyung Pahan (2006 : 33), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran dan produksi karet dalam memenuhi permintaan konsumsi dunia yaitu (1) iklim, (2) luas lahan yang tersedia, (3) ketersediaan tenaga kerja, (4) dukungan pemerintah masing-masing negara, (5) gerakan para pemerhati lingkungan, dan (6) pendanaan investasi. Dimana faktor-faktor tersebut sangat erat kaitannya terhadap kelangsungan penawaran dan produksi karet di Indonesia. 2.4.1 Hubungan jumlah produksi dengan Ekspor Perlu diketahui bahwa setiap kenaikan produksi haruslah disertai dengan adanya peningkatan luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan investasi pemerintah atau pengeluaran pembangunan pemerintah pada sektor ini. Jika produksi meningkat maka volume ekspor juga meningkat. Dimana dengan peningkatan produksi maka akan mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan sebagian dari 33

produksi tersebut dapat di ekspor. Peningkatan ekspor ini akan menyebabkan pendapatan negara berupa mata uang asing (devisa) menjadi meningkat juga. Jadi, antara jumlah produksi dengan ekspor memiliki hubungan yang positif. 2.5 Konsep Kurs Valuta Asing Hamdy (2001:24) mengartikan valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia. Mata uang asing yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadangkadang mengalami apresiasi atau kenaikan terhadap mata uang lainnya. Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresi atau penurunan terhadap mata uang lainnya (Hamdy, 2001:24). Kurs (exchange rate) diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2000:192). Mankiw membagi kurs menjadi 2 yaitu : 1) Kurs Nominal (nominal exchange rate) Adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Contoh : jika kurs antara dollar AS dan Jepang adalah 120 yen per dollar, maka anda bisa menukar 1 34

dollar untuk 120 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang Jepang yang ingin mendapatkan dollar akan membayar 120 yen untuk setiap dollar yang dibelinya. Orang Amerika yang ingin mendapatkan yen akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dollar yang ia bayar. 2) Kurs Riil (real exchange rate) Adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade. Untuk melihat hubungan diantara kurs riil dan kurs nominal dapat dicontohkan sebagai berikut: Harga mobil Amerika adalah $10.000 dan harga mobil Jepang 2.400.000 yen. Untuk membandingkan harga dari kedua mobil tersebut, kita harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu dollar bernilai 120 yen, maka harga mobil Amerika adalah 1.200.000 yen. Membandingkan harga mobil Amerika (1.200.000 yen) dan harga mobil Jepang (2.400.000 yen), dapat disimpulkan bahwa harga mobil Amerika separuh dari harga mobil Jepang. Kurs riil dapat dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif murah dan barang-barang domestik relatif mahal. Dan Jika kurs riil rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal dan barang-barang domestik relatif murah. Kestabilan volume tukar rupiah sangatlah diperlukan agar kegiatan ekonomi dapat berlangsung lebih mantap. Hal ini disebabkan karena produsen 35

atau eksportir dapat merencanakan kegiatan mereka secara lebih pasti. Ada beberapa sistem kurs yang dapat menjaga kestabilan volume tukar, diantaranya : 1) Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System) Adalah kurs yang ditentukan oleh badan yang berwenang di bidang moneter (otoritas moneter), untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubah-ubah. Apabila volume mata uang negara tersebut berubah maka otoritas moneter yang berhak mengambil kebijakan untuk mengembalikan volume tukar ke volume yang ditetapkan. Konsekuensi dari kebijakan volume tukar tetap adalah otoritas moneter harus bisa memperkirakan dengan tepat volume tukar equilibrium yang harus dipertahankan agar tidak over value, sehingga dibutuhkan cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi, dibutuhkan koordinasi kebijakan moneter antar negara. Keunggulan dari kurs tetap adalah penerapannya lebih mudah daripada aturan kebijakan lain, karena penawaran uang menyesuaikan secara otomatis, selain itu menurunkan sebagian dari ketidakpastian dalam transaksi bisnis internasional. 2) Sistem Kurs Mengambang atau Berubah (Floating Exchange Rate System) Kebijakan sistem kurs ini adalah dengan memberikan kebebasan atau mengambangkan pada pasar untuk mencapai volume keseimbangan, sehingga tinggi rendahnya kurs tergantung dari permintaan dan penawaran. Keunggulan dari kurs mengambang adalah kurs mengambang membuat para pembuat kebijakan moneter bebas mengejar tujuan-tujuan selain stabilitas kurs, seperti menstabilkan kesempatan kerja atau harga. Sistem kurs mengambang terdiri dari: 36

a. Sistem Kurs Mengambang Bebas Penentuan volume tukar ini terjadi tanpa adanya campur tangan dari otoritas moneter. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dapat lebih independent. Otoritas moneter bisa menetapkan supply rupiah dan membiarkan pasar valuta asing menentukan volume tukar, sehingga sasaran kebijakan moneter terfokus dan lebih efektif dalam mengendalikan inflasi. b. Sistem Kurs Mengambang Terkendali Penentuan volume tukar ini dibiarkan secara bebas sesuai dengan permintaan dan penawaran pasar tetapi berbagai intervensi kebijakan masih dipakai untuk menjaga agar volume tersebut berada pada target volume yang ditentukan. c. Sistem Kurs Terkait Sistem volume tukar yang ditetapkan dengan cara mengaitkan volume tukar mata uang suatu negara dengan volume tukar negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Salah satu variasi dari sistem kurs terkait adalah Currency Board System (CBS) yang diterapkan oleh beberapa negara yang mengalami kesulitan moneter. Currency Board System (CBS) dilaksanakan dengan cara mengaitkan dan menetapkan volume tukar tetap antara mata uang suatu negara dengan Hard Currency tertentu didasarkan kepada jumlah mata uangnya yang beredar dan cadangan devisa yang dimilikinya (Hamdy, 2001 : 20). 37

2.5.1 Hubungan kurs Dollar dengan Ekspor Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas ekspor maupun inpor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Dimana dengan peningkatan kurs Dollar maka konsumen di luar negeri memiliki kemampuan membeli lebih banyak, sehinnga penawaran produsen untuk melakukan ekspor meningkat. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs Dollar Amerika meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno,2000 : 319). Jadi, antara kurs Dollar dengan ekspor memiliki hubungan yang positif. 2.6 Konsep harga Menurut Sukirno (1996 : 86), hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan sifat perkitan di antara sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang di tawarkan para penjual. Di dalam hukum penawaran ini dinyatakan bagaimana keinginana para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi, dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah. (Sukirno,2001 : 78) juga menyebutkan bahwa dengan menggabungkan permintaan pembeli dan penawaran penjual inilah yang dapat menetapkan harga keseimbamgan atau harga pasar dan jumlah barang yang akan diperjaul belikan. 38

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan makin tinggi harga sesuatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan di tawarkan oleh para penjual, sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual. Sampai dimana keinginan para penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Harga barang itu sendiri. 2) Harga barang-barang lain. 3) Ongkos produksi, yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah. 4) Tujuan-tujuan dari perusahaan tersebut. 5) Tingkat teknologi yang digunakan. Waluyo (1995 : 75), menyebutkan bahwa harga barang ekspor ditentukan berdasarkan tujuan, yaitu : 1) Memaksimalkan efisiensi ekonomi Dalam hal ini produsen brtujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal yaitu harga yang sama dengan marginal cost 2) Mendistribusikan pendapatan Harga yang ditentukan dalam hal untuk menyebarluaskan produksi luar negeri. Dengan demikian penentuan harga sedemikian rupa agar semua lapisan pembeli dapat meperoleh barang yang dibutuhkan. Kebijaksanaan seperti itu memerlukan suatu diskriminasi harga dan diferensiasi produk. 39

3) Memperoleh permintaan Tujuan untuk membatasi hasil produksi yang langka,maka sejumlah pembeli tentu dikeluarkan dengan cara harga yang ditentukan hanya dapat dijangkau oleh pembeli golongan atas. Harga karet alam di pasar internasional sangat berfluktuasi. Dalam satu dasa warsa terakhir, harga karet alam pernah mencapai titik terendah pada bulan Nopember 2001. Menurunnya harga karet alam dunia sejak pertengahan tahun 1997 mendorong ketiga negara produsen utama karet alam dunia yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia untuk melakukan kerjasama tripartite dibidang produksi dan pemasaran karet alam. Seiring dengan terbentuknya kerjasama tripartite antara tiga negara produsen karet alam dunia tersebut, harga karet alam di pasaran dunia memperlihatkan kecenderungan yang membaik. Berdasarkan proyeksi jangka panjang (2010-2020) harga karet alam diperkirakan akan dapat mencapai sekitar US$ 2,5 per kg. Hal ini diharapkan akan merupakan daya tarik bagi pelaku bisnis di bidang agribisnis karet di Indonesia. 2.6.1 Hubungan harga dengan ekspor Teori penawaran adalah suatu teori yang menyatakan suatu hubungan antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan. Dimana dalam teori penawaran dinyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan (Sukirno,1996 : 86). Dalam perdagangan internasional, volume ekspor menggambarkan jumlah barang 40

yang ditawarkan. Sehingga semakin tinggi harga ekspor suatu barang, maka volume ekspor untuk barang tersebut akan semakin tinggi, demikian sebaliknya semakin rendah harga ekspor suatu barang maka semakin sedikit volume ekspor dari barang tersebut. Jadi, antara harga ekspor suatu barang dengan volume ekspor barang tersebut terdapat suatu hubungan yang positif. 2.7 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Airlangga, Brahma (2007) dengan judul Analisis Pengaruh Jumlah Produksi Kelapa Sawit, harga dan Kurs Dollar Amerika Terhadap Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Periode 1994-2006. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan uji-t dan uji-f. Hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis t-test ternyata produksi, dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia periode 1994-2006 dengan t-hitung = 12,269 > t-tabel = 1,833. harga komoditi kelapa sawit indonesia bila variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap volume kelapa sawit indonesia tahun 1994-2006 dengan t-hitung = 0,117 < t-tabel =1,833. Sedangkan kurs Dollar Amerika dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial terhadap volume ekspor kelapa sawit indonesia periode 1994-2006 dengan niali t-hitung -1,831 < t-tabel = 1,833. Analisis koefisien determinasi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,963 yang berarti bahwa 96,30 persen variasi volume ekspor kelapa sawit 41

indonesia mampu dijelaskan oleh variasi produksi, harga komoditi, dan kurs Dollar Amerika dan sisanya sebesar 3,70 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Hal ini menunjukkan variabel bebas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap variabel terikat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel terikatnya dimana pada penelitian sebelumnya menggunakan volume ekspor kelapa sawit indonesia periode 1994-2006 sedangkan pada penelitian ini menggunakan volume ekspor karet indonesia periode 1993-2007. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel produksi dan kurs Dollar Amerika sebagai variabel bebasnya, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data yang sama yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan uji-t dan uji-f. Penelitian kedua dilakukann oleh Shusana Putra dengan judul Prospek Perkembangan Ekspor Kerajinan Bambu Di Daerah Bali Tahun 2007-2011 dengan menggunakan teknik analisis trend diperoleh bahwa prospek perkembangan volume ekspor kerajinan bambu di Daerah Bali tahun 2007-2011 meningkat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan trend untuk mencari prospek ekspor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan lokasi penelitiannya, pada penelitian sebelumnya memakai volume ekspor kerajinan bambu dengan prospek perkembangan pada tahun 2007-2011 dan lokasi 42

penelitian yaitu daerah Bali, sedangkan pada penelitian ini objeknya adalah volume ekspor karet Indonesia dengan prospek pada tahun 2008-2013 dan lokasi penelitian yaitu Indonesia. 2.8 Hipotesis Berdasarkan pokok masalah dan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu: 1) Diduga, bahwa jumlah produksi karet, kurs dollar Amerika Serikat dan harga secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1993-2007. 2) Diduga, bahwa jumlah produksi karet, kurs dollar Amerika Serikat dan harga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1993-2007. 43