BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Bagaimana? Apa? Mengapa?

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Penelitian B. Latar Belakang Masalah

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Nurul Hidayati Rofiah PGSD FKIP UAD

Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

TINJAUAN MATA KULIAH...

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

WALIKOTA PROBOLINGGO

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

Implementasi Pendidikan Segregasi

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah?

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tumbuh dan berkembang baik hanya tertuju pada aspek psikologis saja,

BLANGKO IJAZAH. 1. Blangko Ijazah SD

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

Implementasi Program Nawacita dalam Bidang Pendidikan untuk. Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa. Negeri 1 Bantul Tahun 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan rata rata anak seusianya atau anak anak pada umumnya. Perbedaan ini

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan gerak anakanak normal seperti pada umumnya, sehingga dengan kondisi tersebut memerlukan bantuan khusus dalam usahanya untuk mencapai tahap pekembangan gerak yang maksimal (Dwi, dkk, 2012: 226). Anak berkebutuhan khusus dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan fisik, mental, emosi atau tingkah laku yang membutuhkan pelayanan modifikasi dan pelayan khusus agar dapat berkembang secara maksimal. Anak berkebutuhan khusus meliputi tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, autis, down syndrome, kemunduran (retardasi) mental. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1. Tunanetra Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat alat khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 2. Tuna Rungu Anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 3. Tuna Grahita Anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,

7 komunikasi maupun social, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. 4.Tuna Daksa Anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang,sendi,otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.jika mereka mengalami ganguan gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf otak,mereka disebut Cerebral Palsy (CP). 5. Lamban belajar Lamban belajar atau slow leaner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita biasanya memiliki IQ sekitar 70 90. Biasanya dalam hal mengalami hambatan atau keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi social, tetapi masih jauh lebih baik disbanding dengan tuna grahita, lebih lamban dari yang normal. Mereka butuh waktu yang lebih lama.dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. 6. Anak Berkesulitan Belajar Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus terutama dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung, atau anak dalam kesulitan pada mata pelajaran tertentu yang diduga karena disebabkan faktor disfungsi neugologis dan bukan disebabkan factor intelegensi, yang sehingga anak tersebut memerlukan pelayanan pendidikan khuusus. 7. Anak cerdas istimewa dan bakat istimewa/ CIBI Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan Luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan/intelegensi, kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya, sehingga untuk mewujudkan potensinya

8 menjadi prestasi nyata memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak berbakat sering juga disebut sebagai gifted & talented. 2. Lingkungan Belajar Masyarakat Keberhasilan dalam proses belajar menurut Syah (2005: 144) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (a). faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa; (b). faktor eksternal atau faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.( c) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi -materi pelajaran. Lingkungan merupakan suatu tempat dimana trjadi proses interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Manusia dari sejak dilahirkan hingga meninggal dunia tidak dapat terlepas dari lingkungan. Lingkungan secara langsung mempengaruhi sikap, tingkah laku dan kcpribadian seseorang. Menurut Hadi (2003: 84) "Lingkungan (milieu) adalah segala sesuatu yang ada diluar orang -orang pergaulan dan yang mempengaruhi perkembangan anak, seperti:iklim, alam sekitar, situasi ekonomi, perumahan, pakaian, tetangga dan lain-lain". Lingkungan dapat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan. Demikian pula terhadap proses belajar anak didik. Pada hakekatnya belajar merupakan suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi ini dapat terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Untuk itu lingkungan yang berada disekitar kita dan yang mempengaruhi proses belajar mengajar disebut lingkungan belajar. Lingkungan belajar ini mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jadi yang dimaksud lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang ada di alam sekitar kita yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan belajar

9 tersebut harus diperhatikan oleh semua pihak agar prestasi belajar dapat tercapai dengan baik Ki Hajar Dewantoro menggolongkan lingkungan belajar menjadi 3, yang dikutip oleh Hadi (2003: 87) yaitu: (a) Lingkungan keluarga, (b)lingkungan sekolah dan (c) Lingkungan masyarakat. Adapun lingkungan belajar masyarakat dapat dilakukan melalui: 1) Teman Bergaul Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap belajar anak dan sebaliknya teman bergaul yang kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula. 2) Lingkungan Tetangga Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Misalnya: tetangga yang suka judi, menganggur, tidak sukabelajar akan mempengaruhi anak yang bersekolah, minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk bersekolah, begitu pula sebaliknya. 3) Aktivitas dalam Masyarakat Kegiatan ini dapat menguntungkan dan pula merugikan terhadapperkembangan pribadi anak. Siswa harus benar -benar mampu memilih kegiatan yang mendukung kegiatan belajar, bukan malah menjadi penghambat. d). Media Massa Termasuk dalam media massa yaitu: radio, televisi, surat kabar dan lain-lain. Mass media yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula bagi anak, begitu pula sebaliknya. 3. SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) SDLB adalah sekolah dasar luar biasa pada tingkat pendidikan dasar yang menampung berbagai jenis kelainan seperti anak tunanetra, tunagrahita, dan tunadaksa dalam satu sekolah (Hernawati, 2003:24).

10 Berdasarkan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi peserta didik menurut PP No. 17 Tahun 2010 pasal 133 ayat 2 menjelaskan bahwa satuan pendidikan bagi peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar terdiri dari SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) dan SMPLB (Sekolah Menengah Pertama Luara Biasa). Sedangkan pasal 130 ayat 1 menjelaskan peserta didik berkelainan khusus terdiri dari (a) tunanetra, (b) tunarungu, (c) tunawicara, (d) tunagrahita, (e) tuna daksa, (f) tunalaras, (g) kesulitan belajar, (h) lamban belajar, (i) autis, (j) memiliki gangguan motorik, (k) pengguna narkoba-obat terlarang dan zat aditif, (l) memiliki kelainan lain. B. Penelitian Relevan Penelitian Christina Hartati dan John Sabari. 2014. Peningkatan Kesadaran Lingkungan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Tunagrahita Melalui Pendekatan Kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan, melalui pendekatan kontekstual siswa memiliki kesadaran lingkungan dan prestasi belajar baik. Pembelajaran perilaku kesadarab lingkungan terlihat ketika proses pembelajaran yang berlangsung, minat siswa meningkat dalam mengikuti pembelajaran, siswa terlibat dalam diskusi maupun implementasi nyata sebagai perilkau peduli terhadap lingkungan melalui proses pengamatan. C. Kerangka Berpikir Kabupaten Kudus merupakan daerah yang terdiri dari daratan rendah dan daratan tinggi. Pendidikan Luar Biasa yang terdapat di Kabupaten Kudus salah satunya terdiri dari SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) yang menangani peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus. Adapun SDLB di Kabupaten Kudus terdiri dari tiga SDLB yang terletak di tiga wilayah yang berbeda yaitu: (1) SDLB Purwosari, (2) SDLB Cendono, dan (3) SDLB Kaliwungu yang semua lembaga pendidikan tersebut mempunyai letak geografis yang tidak sama. Hal tersebut mempengaruhi hasil belajar yang berdasarkan lingkungan belajar masyarakat dari masing-masing sekolah

11 tersebut. Walaupun anak-anak SDLB sebagai peserta didik berkebutuhan khusus merupakan golongan minoritas namun mereka harus dipenuhi hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pembelajaran siswa SDLB di Kabupaten Kudus dapat memanfaatkan lingkungan belajar siswa yang disesuaikan dengan karakteristik anak SDLB sesuai keterbatasan fisik maupun psikis. Dari keterbatasan tersebut menjadi modal dasar untuk menjadi sumber dan media belajar untuk mencapai kompetensi dan keterampilan siswa SDLB di Kabupaten Kudus. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Lingkungan Belajar Masyarakat (Studi Kasus Siswa SDLB di Kabupaten Kudus) SDLB Purwosari Sekolah Dasar Luar SDLB Biasa (SDLB) Cendono Kabupaten Kudus SDLB Kaliwungu Lingkungan Belajar berdasarkan Kondisi Geografis Religius, Dagang, Perkotaan SDLB Cendono: Pertanian, Dat Tinggi Industri, persawahan, dataran rendah Pemanfaatan Lingkungan Belajar Masyarakat Karakteristik siswa SDLB Sumber dan Media Belajar Kompetensi dan ketrampilan siswa SDLB Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian

12 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dan dikaitkan dengan permasalahan yand ada maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah lingkungan mampu membentuk karakter siswa berbeda sehingga mengembangkan kompetensi dan ketrampilan siswa SDLB Cendono Dawe Kabupaten Kudus berdasarkan lingkungannya.