PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja, situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. International Laboir Organization (ILO) tahun 2010, diseluruh dunia terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. Zaman berkembang semakin pesat seiring dengan kemajuan di sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak terpisahakan dari keberhasilannya, sadar akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB II TINJAUAN TEORI. menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN PERSEPSI PEKERJA TENTANG RISIKO KECELAKAAN KERJA DI PT. PERTAMINA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja, serta sumber dan proses produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja ini akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatannya yang akan datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut. Karena itu dalam rangka menjalankan usaha yang aman (safe business), maka program perlindungan bagi karyawan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) harus dilakukan secara konsisten. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan kewajiban pengusaha melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Sekalipun ringan, gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan, sehingga kecelakaan terjadi (Suma mur, 2009). Kecelakaan terjadi bukan secara kebetulan melainkan ada penyebabnya. Penyebab kecelakaan tersebut harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya 1

dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu, serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan, seandainya ia mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja. Kecenderungan untuk celaka adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan (accident prone). Kecelakaan bertubitubi terjadi pada yang bersangkutan, frekuensi kecelakaan pada pekerja tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa pentingnya faktor manusia selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan, termasuk kecelakaan di tempat kerja. Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berperilaku asal-asalan, berbuat semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, suka melamun, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sifat lainnya, sehingga orang itu berulang-ulang kali ditimpa kecelakaan. Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor manusia (Suma mur, 2009). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berpengaruh di tempat kerja agar pekerja dapat bekerja secara aman dan sehat, untuk itu pengetahuan dan pemahaman mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diterapkan dan diberikan kepada setiap pekerja agar pekerja memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Sebagai perusahaan khususnya pada bagian produksi yang banyak berhubungan dengan alat-alat yang berbahaya, misalnya mesin potong, alat pengelasan serta alat kerja lainnya, alat alat tersebut berpotensi dalam mengakibatkan kecelakaan di tempat kerja. Apabila pekerja memiliki persepsi buruk terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta apabila pekerja tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Human Eror dalam pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi merupakan kejadian yang dilandasi oleh perilaku K3 individu yang buruk. Meskipun perilaku K3 adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni determinan internal seperti tingkat kecerdasan dari pendidikan yang didapat, jenis kelamin, pengetahuan, aktivitas fisik, dan persepsi. Determinan berikutnya adalah determinan eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan tempat kerja (Notoatmodjo dalam Dahlawy, 2008). Melaksanakan program K3 di tempat kerja diantaranya mempunyai tujuan untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat saat bekerja. Derajat kesehatan menurut Henrik L. Bloom dapat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu, lingkungan, genetik, layanan kesehatan, dan perilaku. Perilaku tidak selamat dan

tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3 (Dahlawy, 2008). Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan, memiliki karakteristik dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri pekerja atau pihak lainnya. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan pelatihan. Menjalankan mesin atau alat kerja dengan aman memerlukan pelatihan yang sesuai. Karena itu, untuk membuat pekerja yang berbudaya K3 mutlak melalui pembinaan dan pelatihan (Ramli, 2010). Menurut Soekdijo, persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku. Jika persepsi seseorang terhadap risiko sudah buruk, maka perilaku yang timbul juga cenderung mengabaikan pajanan risiko (syaaf, 2008). Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah pandangan karyawan terhadap apa yang di berikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Menurut data Internasional Labour Organization (ILO) tahun 2010, di seluruh dunia terjadi lebih dari 337 juta kecelakaan dalam pekerjaan per tahun. Setiap hari, 6.300 orang meninggal karena kecelakaan kerja atau penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan. Itu berarti lebih dari 2 juta kematian per tahun. Sedangkan menurut Data Kemenakertrans, pada tahun 2009 tercatat 96.314 kasus dengan rincian 87.035 sembuh total, 4.380 cacat fungsi, 2.713 cacat sebagian, 42

cacat total, dan 2.144 meninggal dunia, jumlah kecelakaan menurun pada tahun 2010, sampai akhir tahun 2010 tercatat 65.000 kasus kecelakaan kerja. Penelitian Gyekye (2005) di Finlandia, berdasarkan pembahasan dari penelitian tersebut, bahwa persepsi keselamatan dan kesehatan kerja mempengaruhi perilaku pekerja dan dapat menimbulkan kepuasan ataupun ketidak puasan dalam bekerja. Apabila persepsi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja baik, maka akan menimbulkan perilaku yang aman, dan pekerja merasa puas dalam melaksanakan pekerjaannya, namun sebaliknya apabila pekerja memiliki persepsi keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk, maka menimbulkan perilaku tidak aman pada pekerja, sehingga dapat terjadi kecelakaan, dan pekerja dalam bekerja merasa tidak puas dengan apa yang mereka kerjakan. Penelitian Shiddiq (2013), yang dilakukan di Makassar pada 60 orang. bahwa dari 38 responden dengan persepsi baik, sebanyak 33 orang (86,8%) yang memiliki perilaku aman mengenai perilaku tidak aman dan 5 orang (13,2%) yang memiliki perilaku tidak aman. Sedangkan dari 22 responden yang memiliki persepsi buruk, sebanyak 12 orang (54,5%) yang berperilaku aman dan 10 orang (45,5%) yang berperilaku tidak aman. Penelitian Vesta (2012), yang dilakukan di Dumai mengenai persepsi pekerja tentang risiko kecelakaan kerja di departemen produksi dan utility pada 42 orang, didapat persepsi baik tentang risiko kecelakaan kerja di departemen produksi dan utility sebanyak 37 orang (88,1%), sedangkan pekerja yang memiliki persepsi buruk tentang risiko kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (11,9%).

Rahadi (2011), dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang sedang atau cukup kuat antara variabel persepsi lingkungan kerja fisik dengan perilaku keselamatan (r = 0,491 dengan p = 0,029 < 0,05). PT. Sumpratama Juru Engineering adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Elektrikal, yang memproduksi panel-panel listrik mulai dari tegangan rendah, tegangan menengah maupun tegangan tinggi. PT. Sumpratama Juru Engineering juga memproduksi lampu jalan dan lampu taman. Survei awal yang dilakukan peneliti, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ada di PT. Sumpratama Juru Engineering adalah Penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di setiap sudut bangunan, pelatihan K3, Alat Pelindung Diri (APD), seperti kacamata, sarung tangan kain, topeng las, sepatu safety, rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) belum ada di perusahaan ini, hanya ada rambu No Smooking, dan apabila terjadi kecelakaan pada pekerja, rujukan pertama yang disediakan oleh perusahaan PT. Sumpratama Juru Engineering ialah ke Rumah Sakit Martha Friska. Proses kerja di bagian produksi terbagi atas 4 unit yaitu pada unit produksi (panel) pekerja melakukan perakitan logam, seperti proses pembuatan panel, pekerja memotong plat menggunakan mesin CNC (mesin pon), pekerja melakukan pengelasan, pada unit produksi (painting) pekerja melakukan painting / pengecetan pada komponen, membersihkan karat. Unit wiring pekerja melakukan perakitan dan memasang komponen. Unit quality control tempat pengecekan atau pengontrolan barang masuk hingga barang yang telah siap akan di test dan di cek dengan teliti oleh pekerja yang bekerja di quality control.

Menurut penanggung jawab Bagian Produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Bapak Edi Purwanto, kecelakaan sering terjadi di bagian panel dan wiring. Mayoritas kecelakaan yang terjadi di perusahaan bagian produksi, karena perilaku K3 pekerja yang tidak aman, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dan kurang berhati-hati pada saat bekerja. Apabila pekerja tidak mematuhi apa yang telah diberikan pihak perusahaan, seperti pemakaian alat pelindung diri (APD) dan merokok diruangan produksi maka pekerja di kenakan sanksi seperti teguran dan surat peringatan. Kecelakaan yang terjadi hanya kecelakaan ringan seperti luka gores karena terkena alat kerja seperti plat, pekerja jarang menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan saat mengangkat plat, karena itu pekerja terkena luka goresan pada tangan, kaki pekerja terkilir karena terjatuh, pekerja terjatuh karena lantai tempat bekerja licin, dan kebakaran kecil yang terjadi karena kelalaian pekerja, menurut Bapak Edi, awal terjadi kebakaran karena ada alat yang mengeluarkan api, karena pekerja panik pekerja tidak langsung mengambil APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang disediakan di setiap sudut ruangan untuk memadamkan api tersebut, tetapi karena pekerja panik pekerja menyenggol bahan yang mudah terbakar, karena itu api semakin besar, beruntung ada pekerja yang lain didekatnya, pekerja tersebut langsung memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Namun, tidak terdapat kecelakaan fatal yang sampai menimbulkan kematian. Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi Bahaya di tempat kerja, 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, yaitu faktor biologi, faktor kimia

seperti paparan dari cat yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan pada pekerja, faktor fisik seperti bising yang ditimbulkan oleh mesin, terpleset karena ada genangan air, dan panas, faktor ergonomi seperti cara pekerja bekerja dari cara duduk, faktor psikologis, dan Pengendaliannya. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja oleh karena itu aspek keselamatan perlu diupayakan agar pekerja dapat bekerja secara aman, nyaman, dan selamat. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dan yang menjadi fokus penelitian adalah seberapa besar hubungan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru EngineeringMedan Tahun 2015. 1.4 Hipotesa Penelitian Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan Tahun 2015,

dimana semakin tinggi/semakin baik persepsi keselamatan dan kesehatan kerja, maka semakin tinggi/semakin baik pula perilaku K3 dan sebaliknya. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Instansi/Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi perusahaan PT. Sumpratama Juru Engineering untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. 1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu atau penelitian lebih lanjut. 1.5.3 Bagi Peneliti Manfaat penelitian bagi penulis adalah memberi pengalaman langsung bagi penulis dalam melaksanakan penelitian serta penerapan dan pengembangan ilmu yang didapat di perkuliahan.