Dosen Pembimbing: Imam Baihaqi S.T., M.Sc., Ph.D Dosen Ko Pembimbing: Yudha Prasetyawan S.T., M.Eng

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN PADA KOMODITAS PERIKANAN DI TARAKAN DENGAN PENDEKATAN AHP DAN HOQ

VALUE CHAIN ANALYSIS UNTUK PERANCANGAN REKOMENDASI KEBIJAKAN INDUSTRI PERIKANAN DI KOTA TARAKAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

Oleh: Mohammad Nadjikh. CEO dan Owner KML Food

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

VII. IMPLEMENTASI MODEL

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi karena berhubungan dengan efek yang akan ditimbulkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

EVALUASI KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (F-AHP) (Studi Kasus : PTPN XIII)

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

PENGEMBANGAN MODEL KLASIFIKASI INVENTORY DENGAN MEMPERTIMBANGKAN COMPONENT COMMONALITY

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PERIKANAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. menjanjikan karena untuk mendirikan usaha ini tidak memerlukan banyak modal

III. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI SISTEM PERIKANAN TERI (STOLEPHORUS SPP) DI DESA SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

Transkripsi:

ANALISA VALUE CHAIN UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN PADA KOMODITAS PERIKANAN DI TARAKAN DENGAN PENDEKATAN AHP DAN HOQ Adinda Moizara Judi 2509100069 Dosen Pembimbing: Imam Baihaqi S.T., M.Sc., Ph.D Dosen Ko Pembimbing: Yudha Prasetyawan S.T., M.Eng

Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan mencapai 5.877.879 km Indonesia memiliki kekayaan hasil laut yang sangat beragam, salah satunya adalah pada komoditas perikanan

Indonesia mengekspor.. 13.896 ton produk perikanan mati 19.665.536 ton produk perikanan hidup (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2013)

Mengapa Tarakan?

Mengapa Tarakan?? Luas wilayah perairan di Tarakan adalah 61.8% atau 406,53 km 2 dari total luas daerah yaitu 657,33 km 2 Produksi Perikanan di Tarakan mencapai 8.560 ton per tahun Produk Domestik Regional Bruto Kota Tarakan untuk sub sektor perikanan Rp 390.3 milyar atau 7.45% (BPS, 2008)

Potensi Produksi Perikanan di Tarakan 2005-2009 80 70 Potensi dan Produk Perikanan 60 50 40 30 20 Penangkapan di Laut Budidaya Air Payau Budidaya Ikan Tawar 10 0 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Kota Tarakan Dalam Angka, 2010

Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto UKM 3000000 Nilai Produk Domestik Bruto 2600000 Jumlah 2200000 1800000 1400000 2005 2006 2007 2008 Tahun Nilai Produk Domestik Bruto BPS 2008

Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja dan Jumlah Usaha UKM 100000000 83233793 85416493 88739744 90896270 90000000 80000000 Jumlah 70000000 60000000 50000000 47102744 48929636 49824123 51257537 40000000 30000000 20000000 10000000 0 2005 2006 2007 2008 Tahun Penyerapan Tenaga kerja Jumlah Usaha BPS 2008

Latar Belakang Dengan potensi perikanan yang besar, Kota Tarakan memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan industri pengolahan produk perikanan Pemasaran Hasil Perikanan meliputi perdagangan ekspor, udang beku, ikan segar dan perdagangan antar pulau Produksi Ikan Olahan meliputi pengeringan, ebi, dan pembekuan (Tarakan Dalam Angka, 2010) (Tarakan Dalam Angka, 2010)

Latar Belakang Dibutuhkan penelitian yang dapat mengidentikasi permasalahan yang terjadi untuk dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada industri pengolahan (UKM) komoditas unggulan perikanan Dibutuhkan penelitian yang dapat memberikan nilai tambah pada produk unggulan dengan mengidentifikasi permasalahan dan peluang perbaikan pada setiap rantai

Perumusan Masalah Bagaimana memilih komoditas unggulan dan melakukan pemetaan value chain komoditas unggulan untuk meningkatkan nilai tambah produk serta mengetahui permasalahan di sepanjang supply chain khususnya pada industri pengolahan serta langkah perbaikan yang diperlukan pada rantai khususnya perbaikan untuk mengembangkan industri pengolahan komoditas unggulan

TUJUAN PENELITIAN Mengetahui komoditas unggulan yang berasal dari sektor perikanan di Tarakan Memetakan rantai nilai dari komoditas unggulan Mengidentifikasi permasalahan pada setiap mata rantai di value chain khususnya pada industri pengolahan untuk mengetahui aspek berpotensi yang harus diperbaiki dalam pengembangan industri pengolahan Memberikan rekomendasi perbaikan untuk industri pengolahan komoditas unggulan melalui identifikasi kebutuhan UKM

MANFAAT PENELITIAN Dapat mengetahui komoditas unggulan dalam sektor perikanan di Tarakan sehingga komoditas unggulan dapat dikelola dengan lebih baik Dapat menjadi referensi untuk mengembangkan potensi UKM dalam bidang perikanan khususnya di Tarakan Dapat menjadi referensi untuk mengetahui pemetaan rantai pasok dan stakeholder sehingga dapat melakukan perbaikan pada elemen pada rantai pasok Dapat menjadi referensi untuk lembaga atau organisasi lain mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui produk potensial

Supply Chain Management Jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersamasama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan logistik (Pujawan & ER, 2010)

Supply Chain, Memindahkan produk dari satu tempat ke tempat tujuan Value Added Activity, proses pemberian nilai tambah

Value Chain value chain merujuk kepada fakta jika produk mula-mula akan bertambah nilainya dengan adanya kombinasi dari sumber daya lain seperti alat, tenaga manusia, pengetahuan dan keahlian, bahan baku atau produk awal (ILO, 2009) Value Chain Analysis (VCA) merupakan salah satu konsep pendekatan bagaimana menambah aktivitas dan memperbesar nilai produk secara maksimal dalam tatanan rantai pasok (Stringer, 2009)

Studi Literatur Supply Chain Management Value Chain UKM AHP HOQ Penentuan Kriteria Pemilihan Komoditas Unggulan Penentuan Alternatif Komoditas Unggulan Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar Pemilihan Komoditas Unggulan Dengan AHP Analisa Sensitivitas Pada Hasil AHP A

A Identifikasi Value Chain Stakeholder & Value Chain Produk Evaluasi & Verifikasi Value Chain Identifikasi HOQ FGD dan Interview (Verifikasi hasil HOQ) Kesimpulan & Saran

Pemilihan Komoditas Unggulan Volume Produksi Potensi Usaha Kriteria Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar

Pemilihan Komoditas Unggulan Alternatif Komoditas Unggulan 1 2 3 4 Udang Rumput Laut Ikan Kakap Ikan Nomei 5 Kepiting 6 Ikan Bandeng 7 Ikan Tuna

Hirarki Pada AHP Tujuan Komoditas Unggulan Kriteria Kriteria 1 Volume Produksi Kriteria 2 Potensi Usaha Kriteria 3 Sumber Daya Kriteria 4 Jumlah Usaha Kriteria 4 Jumlah Usaha Alternatif Udang Rumput Laut Ikan Kakap Ikan Nomei Kepiting Ikan Bandeng Ikan Tuna

This image cannot currently be displayed. Pengolahan Data AHP This image cannot currently be displayed. This image cannot currently be displayed. Perbandingan Berpasangan Pada Kriteria & Alternatif Consistency Index (CI) a 11 = 1 jika a ij = a maka a ji = 1/a n λ max = kriteria atau alternatif yang dibandingkan = nilai eigen yang terbesar dari matrik perbandingan berpasangan orde n Consistency Ratio (CR) CI RI = consistency index = random index

Pengolahan Data AHP Perbandingan Berpasangan Antar kriteria Perbandingan Antar Kriteria Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar Volume Produksi 1 0.170 0.236 2.909 0.338 Potensi Usaha 5.875 1 1.319 4.317 0.549 Sumber Daya 4.227 0.757 1 2.108 0.773 Jumlah Usaha 0.343 0.231 0.474 1 0.251 Pangsa Pasar 2.954 1.820 1.291 3.981 1 Jumlah 14.400 3.980 4.322 14.315 2.912 Antar alternatif pada setiap kriteria Komoditas Udang Rumput Laut Potensi Usaha Ikan Ikan Kakap Nomei Kepiting Ikan Bandeng Ikan Tuna Udang 1 1.505 2.982 2.982 1.865 1.544 2.772 Rumput Laut 0.664 1 2.917 3.138 2.667 1.009 3.057 Ikan Kakap 0.335 0.342 1 1.169 0.557 0.466 0.539 Ikan Nomei 0.335 0.318 0.854 1 0.378 0.340 0.774 Kepiting 0.535 0.374 1.794 2.642 1 0.707 2.559 Ikan Bandeng 0.647 0.990 2.144 2.934 1.207 1 2.642 Ikan Tuna 0.360 0.327 1.852 1.291 0.390 0.378 1 Jumlah 3.878 4.859 13.547 15.160 8.067 5.447 13.346

Pengolahan Data AHP Normalisasi Matriks Keterkaitan Kriteria Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar Bobot Antar kriteria Volume Produksi 0.069 0.043 0.055 0.203 0.116 0.097 Potensi Usaha 0.408 0.251 0.305 0.302 0.189 0.291 Sumber Daya 0.294 0.190 0.231 0.147 0.266 0.226 Jumlah Usaha 0.024 0.058 0.110 0.070 0.086 0.070 Pangsa Pasar 0.205 0.457 0.299 0.278 0.343 0.317 Volume Produksi Antar alternatif pada setiap kriteria Komoditas Udang Rumput Laut Ikan Kakap Ikan Nomei Kepiting Ikan Bandeng Ikan Tuna Bobot Udang 0.251 0.229 0.285 0.243 0.229 0.286 0.209 0.247 Rumput Laut 0.209 0.191 0.160 0.137 0.296 0.162 0.187 0.192 Ikan Kakap 0.078 0.106 0.089 0.089 0.069 0.099 0.093 0.089 Ikan Nomei 0.078 0.106 0.076 0.076 0.072 0.064 0.049 0.074 Kepiting 0.136 0.080 0.158 0.131 0.123 0.140 0.194 0.137 Ikan Bandeng 0.159 0.212 0.162 0.212 0.159 0.180 0.194 0.183 Ikan Tuna 0.088 0.075 0.071 0.113 0.052 0.068 0.074 0.077

Pengolahan Data AHP Perhitungan Nilai CI, RI dan CR Antar kriteria CI RI CR 0.095 1.12 0.0848 Consistency index digunakan untuk mengetahui kesalahan penilaian yang dilakukan. Semakin mendekati nol maka penilaian semakin konsisten Antar alternatif pada tiap kriteria No Kriteria CI RI CR 1 Volume Produksi 0.023 1.32 0.018 2 Potensi Usaha 0.022 1.32 0.016 3 Sumber Daya 0.005 1.32 0.004 4 Jumlah Usaha 0.024 1.32 0.018 5 Pangsa Pasar 0.013 1.32 0.01 Consistency ratio digunakan untuk melihat konsisten atau tidak jawaban responden apabila nilai CR > 0,1 maka jawaban tersebut dianggap gugur, atau tidak konsisten

Pengolahan Data AHP Perekapan Bobot Antar kriteria Kriteria Bobot Urutan % Volume Produksi 0.097 4 10% Potensi Usaha 0.291 2 29% Sumber Daya 0.226 3 23% Jumlah Usaha 0.07 5 7% Pangsa Pasar 0.317 1 32% Antar alternatif pada tiap kriteria Komoditas Kriteria Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Pangsa Pasar Udang 0.247 0.244 0.246 0.247 0.262 Rumput Laut 0.192 0.221 0.239 0.237 0.196 Ikan Kakap 0.089 0.072 0.076 0.068 0.075 Ikan Nomei 0.074 0.064 0.070 0.071 0.068 Kepiting 0.137 0.138 0.109 0.117 0.129 Ikan Bandeng 0.183 0.179 0.171 0.171 0.180 Ikan Tuna 0.077 0.082 0.089 0.088 0.089

Komoditas Unggulan Terpilih Melalui hasil perkalian matriks akan dipilih alternatif dengan nilai bobot tertinggi Alternatif Bobot Urutan Udang 0.251 1 Rumput Laut 0.216 2 Ikan Kakap 0.075 6 Ikan Nomei 0.068 7 Kepiting 0.127 4 Ikan Bandeng 0.177 3 Ikan Tuna 0.086 5

Analisa Sensitivitas Untuk mengetahui apakah komoditas udang tetap terpilih sebagai komoditas unggulan ketika terjadi perubahan pada kriteria, maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap prioritas pemilihan alternatif komoditas unggulan Trial & Error Kriteria Analisa Sensitivitas Urutan Alternatif Volume Produksi Potensi Usaha Sumber Daya Jumlah Usaha Naik 10% Turun 5% Naik 20% Turun 10% Naik 10% Turun 10% Turun 10% Naik 20% Turun 2% Pangsa Pasar Naik 10% Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Kepiting, Ikan Tuna, Ikan Kakap, Ikan Nomei

Value Chain Komoditas Unggulan (Udang) Proses Inti Pada Value Chain Input Produksi Pengumpulan Pengolahan Perdagangan Konsumsi Value Chain Stakeholder Supplier Bibit Pakan Udang Obat hama Nelayan Petambak Cold Storage Eksportir Pasar Ekspor Supplier Bibit, Pakan Udang, Obat hama Nelayan Petambak Pengepul UKM Pengolah Hasil Udang Grosir Pengecer Supermarket Rumah Tangga Restoran Antar Pulau

Identifikasi Masalah Pada Value Chain Bibit udang yang berasal dari Tarakan tidak memiliki kualitas sebaik bibit udang dari Pulau Jawa karena kondisi alam pada Pulau Tarakan tidak cocok untuk digunakan sebagai tempat pembiakan bibit udang (benur) Supplier 96% bibit yang berasal dari Pulau Jawa mempengaruhi harga jual udang Kurangnya penyediaan benih udang yang unggul Belum adanya sistem kontrak dengan pembudidaya

Peluang Perbaikan Pada Value Chain Mempercepat pembangunan Balai Benih Udang Adanya sistem kontrak kerjasama antara supplier bibit dengan petambak

Identifikasi Masalah Pada Value Chain Nelayan & Petambak Kurangnya kontrol dan manajemen pada tambak Belum adanya kebijakan yang mengatur tentang penjualan udang hasil nelayan dan petambak sehingga masih terdapat praktek tidak sehat seperti harga ditetapkan sebelah pihak, nelayan dan petambak diharuskan menjual kepada pengepul Jumlah hasil tangkapan nelayan maupun hasil tambak tidak menentu Kesulitan bagi nelayan atau petambak untuk menentukan harga hasil tangkap atau panen Kurangnya peran asosiasi dalam penampungan dan pemasaran hasil nelayan dan petambak

Peluang Perbaikan Pada Value Chain Untuk petambak diberikan penyuluhan tentang cara pengelolahan tambak yang baik sehingga hasil panen udang memenuhi standar kualitas. Sedangkan untuk nelayan kontrol terhadap kualitas tidak dapat dilakukan karena hasil tangkap ikan bergantung dari alam. Pencatatan secara rutin mengenani jumlah hasil tangkapan dan budidaya Penguatan peran asosiasi baik yang berupa KUD maupun koperasi dan pengadaan TPI

Identifikasi Masalah Pada Value Chain Pengepul Peran pengepul terlalu sentral dan kuat dalam menentukan harga Peluang Perbaikan Pada Value Chain Adanya kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengumpulan udang di pengepul

Identifikasi Masalah Pada Value Chain UKM Pengolah Hasil Udang Pemasaran produk masih sangat terbatas Produk UKM masih susah untuk diperoleh karena tidak adanya toko atau sentra khusus dan informasi mengenai produk unggulan Jumlah produksi yang tidak menentu pada tiap periode Permintaan pasar untuk produk olahan udang tidak dapat diprediksi karena tidak adanya komunikasi yang lancar antara UKM dengan pembeli Harga bahan baku udang maupun bahan pendukung lainnya yang masih relatif mahal mempengaruhi harga jual produk

Identifikasi Masalah Pada Value Chain UKM Pengolah Hasil Udang Kualitas pengolahan produk belum memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan udang sehingga variasi produk sangat sedikit Tidak adanya modal usaha

Peluang Perbaikan Pada Value Chain Adanya informasi yang mudah diakses mengenai produk Memberikan pelatihan pemasaran produk Pembenahan infrasturktur dan sarana transportasi Mendirikan sentra UKM sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperoleh produkunggulan yang berupa olahan udang Menjalin kerja sama sehingga dapat diketahui bahwa produk yang dijual di toko sudah habis UKM dapat memperoleh langsung bahan baku dari pihak nelayan atau pembudidaya tanpa melalui pengepul melainkan bisa langsung pada nelayan Mengikuti program pembinaan dan pengawasan mutu Pelatihan pengolahan produk udang Pemberian kredit mikro

Identifikasi Masalah Pada Value Chain Pasar dan Grosir Supermarket Harga masih relatif tinggi karena udang diambil dari pengepul Porduk olahan udang tidak selalu tersedia Peluang Perbaikan Pada Value Chain Adanya peraturan dari pemerintah mengenai pengepulan yang dapat menjamin tidak adanya praktek tidak sehat Menjalin aliran informasi yang baik sehingga tidak terjadi lost sale atau overstock

Value Chain Produk Eksisting Grosir Supplier Bibit Pakan Udang Obat hama Nelayan Petambak Pengepul UKM (Ebi, Terasi, Abon Udang,Pastel) Cold Storage (Udang Beku) Pengecer Supermarket Eksportir Rumah Tangga Parar Ekspor Ebi Pembekuan Udang Daging Udang Terasi Abon Udang Pastel Abon Udang

Pertambahan Nilai Harga Daging Udang Kebutuhan Harga Produk Harga Rp 45.000/kg 1 kg udang Rp 40.000 1 kg Ebi Rp 45.000 Rp 85.000/kg 1 kg udang Rp 85.000 1 kg Udang Beku Rp 110.000 Rp 45.000/kg 500 gr udang Rp 20.000 800 gr terasi Rp 32.000 Rp 45.000/kg 500 gr udang Rp 20.000 1 kg Abon Udang Rp 80.000 Rp 45.000/kg 150 gr udang Rp 6.750 500 gr Pastel Abon Udang Rp 35.000

Value Chain Produk Rekomendasi Ekado Siomay Udang Gulung Kaki Naga Udang Udang Daging Udang Kerupuk Abon Udang Bakso Udang Ebi Dimsum Tempura Pastel Abon Udang Nugget Petis Udang Beku

Tabel Pertambahan Nilai No 1 2 3 4 5 6 Harga Daging Udang Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg Rp 45.000/kg 7 Rp 45.000/kg 8 Rp 45.000/kg 9 10 Rp 45.000/kg Rp 50.000/kg 11 Rp 45.000/kg 12 Rp 45.000/kg 13 Rp 45.000/kg Kebutuhan Harga Produk Harga 175 gr daging udang 300 gr daging udang 200 gr daging udang 250 gr daging udang 250 gr daging udang 250 gr daging udang 500 gr daging udang 1 kg daging udang 350 gr daging udang 800 gr daging udang 150 gr daging udang 350 gr daging udang 150 gr daging udang 14 Rp 85.000/kg 1 kg udang Rp 7,875.00 Rp13,500.00 Rp 9,000.00 Rp 9,000.00 Rp11,250.00 Rp11,250.00 Rp22,500.00 Rp40,000.00 Rp15,750.00 Rp40,000.00 Rp 6,750.00 Rp15,750.00 Rp 6,750.00 Rp 8,500.00 500 gr ekado 500 gr siomay 500 gr udang gulung 500 gr kaki naga udang 200 gr kerupuk 350 gr bakso udang 1 kg Abon Udang 1 kg Ebi 500 gr Dimsum 1 kg tempura 500 gr Pastel Abon Udang 700 gr Nugget 200 gr petis 1 kg Udang Beku Rp 60,000.00 Rp 20,000.00 Rp 15,000.00 Rp 40,000.00 Rp 34,945.00 Rp 21,000.00 Rp 80,000.00 Rp 45,000.00 Rp 40,000.00 Rp 60,000.00 Rp 35,000.00 Rp 70,000.00 Rp 12,000.00 Rp 110,000.00

Value Chain Produk Rekomendasi Petis Udang Kulit & Kepala Udang Terasi Khitosan Edibel Coating Silase Pengawet makanan Proterin Pakan Ternak Tepung Udang Pengawet makanan

Tabel Pertambahan Nilai No Harga Kulit & Kepala Udang Kebutuhan Harga Produk Harga 1 Rp 2000/kg 2 Rp 2000/kg 500 gr kulit atau kepala udang 500 gr kulit atau kepala udang Rp 1,000.00 100 gr petis Rp 1,000.00 8 gr terasi Rp 4,500.00 Rp 9,000.00 3 Rp 2000/kg 100 gr kulit udang Rp 200.00 0.1 lt Silase Rp 1,050.00 4 Rp 2000/kg 1 kg kulit atau kepala udang Rp 2,000.00 800 gr tepung udang Rp 2,800.00

Potensi Perbaikan Pada UKM

Penentuan Atribut Terdapat lima atribut menurut penelitian Herr (2007) yang digunakan Efisiensi Sistem Kualitas Produk Produk Diferensiasi Peningkatan Lingkungan Sosial Peningkatan Lingkungan Bisnis Berdasarkan hasil wawancara terdapat lima atribut Harga Fasilitas Produktifitas Pemasaran Modal Usaha

Competitive Advantage Efisiensi Sistem 1. Pemenuhan permintaan yang cepat 2. Economies of scale 3. Pendapatan Meningkat 4. Minimalisasi Biaya 5. Produktivitas Meningkat 6. Minimalisasi delay Kualitas Produk Produk Diferensiasi 1. Produk lebih tahan lama 2. Peningkatan daya saing 3. Meningkatkan kompetensi produk dipasar 4. Demand meningkat 1. Produk berbeda dengan kompetitor 2. Menarik minat pembeli

Competitive Advantage Peningkatan Lingkungan Sosial 1. Loyalitas pekerja 2. Produktifitas meningkat 3. Kesejahteraan pekerja Peningkatan Lingkungan Bisnis 1. Adanya informal atau formal rules 2. Availability meningkat 3. Kapasitas perusahaan meningkat 4. Adanya kerangka kerja Harga 1. Persaingan pasar meningkat Fasilitas 1. Adanya sarana dan prasarana yang baik 2. Proses pengolahan sudah tidak tradisional

Competitive Advantage Produktifitas 1. Produk yang dihasilkan lebih banyak 2. Produk lebih berkualitas 3. Pekerja menjadi lebih kompetitif Pemasaran Modal Usaha 1. Produk lebih mudah didapatkan 2. Prodik mudah dikenal oleh masyarakat 1. Kemudahan dalam pengembangan usaha 2. Peningkatan produksi

Respon Teknis Melalui hasil wawancara dan brainstorming dengan ekspert didapatkan 16 respon teknis Akses Informasi Ketersediaan Bahan Baku Proses Pengolahan Bahan Baku Packaging Variasi Produk Meminimumkan Lead Time Ketersediaan K3 Jaminan Kesehatan Sop Regulasi Hukum Kredit Mikro Teknologi Pengolahan Udang Pelatihan Pengolahan Bahan Baku Pelatihan Pemasaran Produk Pelatihan Peningkatan Mutu Produk

Perhitungan Nilai Tingkat Kepentingan Atribut Competitive Advantage (C i ) Tingkat Kepentingan Efisiensi Sistem Kualitas Produk & Spesifikasi Produk Produk diferensiasi Peningkatan Lingkungan Sosial Pemenuhan permintaan yang cepat Economies of scale 8 Pendapatan meningkat 8 Minimalisasi biaya 8 Produktivitas meningkat 8 Minimalisasi delay 8 Produk Tahan Lebih Lama 7 Peningkatan daya saing 8 Meningkatkan kompetensi produk di pasar Demand meningkat 8 Produk berbeda dengan kompetitor Menarik minat pembeli 8 Loyalitas pekerja 8 Produktifitas meningkat 8 Kesejahteraan pekerja 8 8 8 7

Perhitungan Nilai Tingkat Kepentingan Atribut Competitive Advantage (C i ) Tingkat Kepentingan Adanya Informal atau formal rules 8 Availability meningkat 8 Peningkatan Lingkungan Bisnis Kapasitas perusahaan meningkat 8 Adanya framework (kerangka kerja) 8 Harga Persaingan pasar meningkat 8 Adanya sarana dan prasarana yang baik (ketersediaan peralatan 9 Fasilitas seperti alat tangkap) Proses pengolahan sudah tidak tradisional 7 Produk yang dihasilkan lebih banyak 7 Produktifitas Produk lebih berkualitas 9 Pekerja menjadi lebih kompetitif 8 Pemasaran Modal Usaha Produk mudah didapatkan 8 Produk mudah dikenal masyarakat 8 Kemudahan dalam pengembangan usaha 8 Peningkatan Produksi 8

Perhitungan Nilai Besar Pengaruh No Respon Teknis (R j ) Besar Pengaruh 1 Akses Informasi 8 2 Ketersediaan Bahan Baku 9 3 Proses Pengolahan Bahan Baku 8 4 Packaging 8 5 Variasi Produk 7 6 Meminimumkan Lead Time 8 7 Ketersediaan K3 6 8 Jaminan Kesehatan 7 9 SOP 8 10 Regulasi Hukum 8 11 Kredit Mikro 7 12 Teknologi Pengolahan Udang 8 13 Value Added Pada Komoditas Udang 7 14 Pelatihan Pengolahan Bahan Baku 7 15 Pelatihan Pemasaran Produk 8 16 Pelatihan Peningkatan Mutu Produk 8

This image cannot currently be displayed. Perhitungan Nilai Potensi Respon teknis Nilai Potensi Akses Informasi 6056 Ketersediaan Bahan Baku 4194 R j = besar pengaruh pada setiap respon teknis C i = tingkat kepentingan pada setiap competitive advantage I ij = korelasi atau interaksi antara competitive advantage ke-i dengan respon teknis ke-j. Proses Pengolahan Bahan Baku 5848 Packaging 4600 Variasi Produk 1876 Meminimumkan Lead Time 3304 Ketersediaan K3 336 Jaminan Kesehatan 1512 SOP 1536 Regulasi Hukum 512 Kredit Mikro 336 Teknologi pengolahan udang 1152 Value Added pada komoditas udang 497 Pelatihan Pengolahan Bahan Baku 742 Pelatihan Pemasaran Produk 448 Pelatihan Peningkatan Mutu Produk 1664

Potensi Akses Informasi Pembenahan situs sesmi Pemerintah sebagai sarana pengenalan produk kepada masyarakat Media Pemasaran Media informasi lokal seperti tourism information, baliho atau spanduk yang menjelaskan tentang produk lokal Mendirikan pusat oleholeh atau sentra UKM yang menjual produk unggulan

Potensi Proses Pengolahan Bahan Baku Pelatihan pengolahan udang menjadi produk olahan Pengolahan Bahan Baku Adanya Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Penggunaan Teknologi Tepat Guna

Potensi Packaging Packaging Pelatihan desain kemasan produk Mengadakan pemesanan secara mass (Mass order)

Kesimpulan Melalui hasil pemilihan alternatif komoditas unggulan sektor perikanan Kota Tarakan dengan menggunakan AHP didapatkan bobot tertinggi berada pada komoditas udang dengan bobot sebesar 0.251 Melalui studi lapangan diketahui bahwa hingga saat ini produk olahan udang di Kota Tarakan hanya terdiri dari lima jenis produk yaitu ebi, udang beku, terasi, abon udang dan pastel abon udang. Dimana produk ini hanya memanfaatkan bagian inti dari udang. Dari hasil studi lapangan dan studi literatur didapatkan 14 produk turunan dari udang yang dapat di produksi untuk skala UKM dan diidentifikasi juga produk sampingan seperti petis, terasi, tepung udang dan silase yang digunakan sebagai bahan dasar khitosan dan protein pakan ternak

Kesimpulan Permasalahan utama dalam value chain supplier adalah kurangnya persediaan bibit unggul yang dapat dipasok pada petambak yang menyebabkan kurangnya pasokan benur dan belum adanya sistem kontrak dengan pembudidaya petambak, tidak adanya control dan maintenance pada tambak menyebabkan berkurangnya jumlah tambak yang berdampak pada penurunan jumlah udang. petambak dan juga nelayan adalah adanya praktek tokeh atau pengepulan yang tidak sehat sehingga nelayan dan petambak mengalami kesulitan untuk menentukan harga pasar dan grosir permasalahan yang teridentifikasi adalah harga udang yang relatif masih tinggi supermarket yang menjual hasil olahan udang permasalahan yang teridentifikasi adalah produk olahan udang tidak selalu tersedia UKM adalah kurangnya pengetahuan akan pengolahan produk baik untuk variasi maupun standar kualitas yang harus dipenuhi, mahalnya harga bahan baku maupun bahan pendukung dan pemasaran produk yang masih terbatas

Kesimpulan Kebutuhan untuk perbaikan industri pengolahan komoditas unggulan yaitu UKM dapat dilakukan dengan memperbaiki tiga aspek yang telah teridentifikasi pada HOQ. Perbaikan untuk akses informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan situs pemerintah maupun media sosial sebagai media pemasaran yang dapat diakses oleh masyarakat untuk mengetahui informasi tentang produk hasil olahan udang dan dimana dapat memperoleh produk tersebut dan pendirian sentra UKM Perbaikan pada proses pengolahan bahan baku dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan mengenai variasi produk olahan udang, melakukan pemrosesan produk sesuai dengan standar pemerintah dan pemanfaatan teknologi tepat guna yang dapat membantu proses pengolahan udang menjadi produk olahan Perbaikan pada packaging dapat dilakukan dengan adanya pelatihan desain kemasan dan mengadakan mass order untuk kemasan produk

Saran Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa dan solusi perbaikan yang lebih mendalam pada elemen value chain lainnya, tidak hanya berfokus pada UKM pengolah produk Untuk lebih memperdalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa perbaikan dengan menggunakan metode lain untuk mendukung output yang dihasilkan Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian tentang kemungkinan potensi usaha baru melalui value chain produk yang telah direkomendasikan pada penelitian ini Diharapkan adanya peran lebih pemerintah untuk memperhatikan kinerja dan kesejahteraan UKM

Daftar Pustaka Agromaret. (2011, Desember). Agromaret Komunitas Agrobisnis. Retrieved Juni 17, 2013, from agromaret.com: http://agromaret.com/post/?cat1=24&cat2=2&cat3=0 Ani, S., Erliza, H., & Encep, H. (2010). Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang. Bandung: Penebar Swadaya. Dinas Kelautan dan Perikanan, D. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Tarakan: DKP. Herr, M. (2007). An operational guide to Local Value Chain Development Combining Local Economic Development (LED) with Value Chain Development (VCD). Colombo, Sri Lanka: International Labour Organisation. ILO. (2009). ILO: Value Chain Development for Decent Work: A Guide for Practitioners, Government, and Private Sector Initiatives. Geneva: ILO Job Creation and Small Enterprise Development. Indonetwork. (2013, Januari). Indonetwork. Retrieved Juni 14, 2013, from indonetwork.co.id: http://indonetwork.co.id/all/agraris/perikanan/0.html J. S Shin et.al. (2002). Consistency check of a house of quality chart. International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 19 No. 4. John R, H., & Don, C. (1988). The House of Quality. Harvard Bussiness Review. Kaplinsky, R., & Morris, M. (2000). A Handbook For Value Chain Research. Luis Rabelo, H. E. (2006). Value chain analysis using hybrid simulation and AHP. Int. J. Production Economics 105 (2007) 536-547. Agromaret. (2011, Desember). Agromaret Komunitas Agrobisnis. Retrieved Juni 17, 2013, from agromaret.com: http://agromaret.com/post/?cat1=24&cat2=2&cat3=0

Daftar Pustaka Ani, S., Erliza, H., & Encep, H. (2010). Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang. Bandung: Penebar Swadaya. Dinas Kelautan dan Perikanan, D. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Tarakan: DKP. Herr, M. (2007). An operational guide to Local Value Chain Development Combining Local Economic Development (LED) with Value Chain Development (VCD). Colombo, Sri Lanka: International Labour Organisation. ILO. (2009). ILO: Value Chain Development for Decent Work: A Guide for Practitioners, Government, and Private Sector Initiatives. Geneva: ILO Job Creation and Small Enterprise Development. Indonetwork. (2013, Januari). Indonetwork. Retrieved Juni 14, 2013, from indonetwork.co.id: http://indonetwork.co.id/all/agraris/perikanan/0.html J. S Shin et.al. (2002). Consistency check of a house of quality chart. International Journal of Quality & Reliability Management Vol. 19 No. 4. John R, H., & Don, C. (1988). The House of Quality. Harvard Bussiness Review. Kaplinsky, R., & Morris, M. (2000). A Handbook For Value Chain Research. Luis Rabelo, H. E. (2006). Value chain analysis using hybrid simulation and AHP. Int. J. Production Economics 105 (2007) 536-547. M. Lies, S. (2004). Aneka Olahan Udang. Jogjakarta: Kanisius. Maria R, S. (2010). Seri Variasi Olahan Udang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Daftar Pustaka Meehan, J., & Muir, L. (2008). SCM in Merseyside SMEs: benefits and barriers. Faculty of Business and Law Liverpool John Moores University. Mesinmakanan. (2012). Mesin makanan. Retrieved Juli 1, 2013, from mesinmakanan.net: http://www.mesinmakanan.net/search?updated-max=2012-06- 15T20%3A46%3A00-07%3A00&max-results=1 Pujawan, I., & ER, M. (2010). Supply Chain Management. Surabay: Tim Guna Widya. S.Y, S. (2008). Variasi Olahan Udang. Tangerang: PT Agro Media Pustaka. Saaty, T. L. (1990). How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process. European Journal of Operational Research 48, 9-26. Tarakan, D. K. (2012). Profil Potensi dan Peluang Investasi Usaha Perikanan. Kota Tarakan: DKP. Temponi, C., Yen, J., & Tiao, W. T. (1998). House of quality: A fuzzy logic-based requirements analysis. European Journal of Operational Research 117, 340-345. UKM, B. (2007-2013). Bisnis UKM. Retrieved Juli 10, 2013, from bisnisukm.com: http://bisnisukm.com/produk/ Ulrich, K., & Eppinger, S. (2003). Product Design and Development. New York: McGraw-Hill/Irwin. Vaidya, O., & Kumar, S. (2004). Analytic Hierarchy Process : An overview of applications. European Journal of Operational Research 169 (2006) 1-29.

Terima Kasih