V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendapatan usahatani per musim. Petani yang menjadi objek penelitian adalah

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: Sikap, petani melon, kenaikan harga pupuk I. PENDAHULUAN

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibahas berdasarkan jenis

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

EFEKTIVITAS DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI (Studi Kasus di Desa Ampeldento, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang) PENDAHULUAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deksriptif. Metode deskriptif artinya

KUESIONER PENELITIAN. Identitas Diri : Nama : Pendidikan terakhir : Jumlah anggota keluarga :...orang Agama : Suku Bangsa : Alamat :

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dina Dwirayani, Tety Suciati. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati. korespondensi:

Efektifitas Subsidi Pupuk: Implikasinya pada Kebijakan Harga Pupuk dan Gabah

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani)

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi Umur, Pendidikan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI DARI UPT BALAI BENIH PERTANIAN BARONGAN KABUPATEN BANTUL

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

IV METODE PENELITIAN

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

I. PENDAHULUAN. cukup luas sangat menunjang untuk kegiatan pertanian. Sebagai negara agraris yang

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Profil petani merupakan identitas petani yang meliputi usia, pendidikan, jumlah keluarga, luas lahan yang digarap, pengalaman usahatani pada melon dan pendapatan usahatani per musim. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang usahatani melon. Terkait dengan sikap yang ada pada petani perlu diuangkapkan bagaimana gambaran petani yang dilihat dari profil petani, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. 1. Umur Petani responden pada usahatani melon sebagaian besar berada pada usia produktif. Pada usia produktif petani masih memiliki kemampuan optimal untuk bekerja. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16. Profil Petani Berdasarkan Umur Umur (tahun) Jumlah Responden Persentase (%) 25-35 3 10 36-45 6 20 46-55 12 40.00 56-60 8 26.67 > 61 tahun 1 3.33 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Lebih dari 90 % petani responden berada pada usia produktif dan sisanya sudah tidak produktif. Pada usia produktif merupakan usia dimana petani masih memiliki kemampuan untuk bekerja dan memiliki sikap yang baik untuk memenuhi hal-hal baru yang berguna bagi perbaikan usahataninya. Berbeda 49

50 dengan usia yang sudah tidak produktif lagi, petani akan mengalami kemunduran penglihatan, pendengaran, daya tangkap atau penalaran serta kemampuan fisiknya yang akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani. 2. Pendidikan Berdasarkan tabel berikut menunjukkan bahwa hampir sebagian petani responden memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), sebaliknya tingkat pendidikan paling rendah sangat minim. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 17. Profil Petani Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Responden Persentase % Tidak sekolah 2 6.67 SD 7 23.33 SMP 9 30 SMA 12 40 Sarjana 0 0 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Sebagian besar petani memiliki pendidikan menengah yaitu SMA sebesar 40 %. Untuk pendidikan yang paling rendah adalah tidak sekolah sebesar 6.67 %. Dalam kondisi pendidikan yang menengah ini petani belom mampu memaksimalkan usahatani melon. Sehingga petani masih membutuhkan penyuluhan dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). 3. Anggota keluarga Anggota keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan petani, dalam hal ini petani sebagai kepala keluarga. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

51 Tabel 18. Profil Petani Berdasarkan Anggota Keluarga Anggota keluarga Jumlah Responden Persentase % Belum berkeluarga 3 10 1 sampai 2 3 10 3 sampai 4 24 80 Lebih dari 5 0 0 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel berikut, 80 % petani memiliki anggota keluarga cukup banyak yaitu 3 sampai 4. Kemudian 10 % petani memiliki anggota keluarga sedikit dan belum memiliki keluarga. Anggota keluarga yang sedikit hanya terdiri dari istri saja, maupun bersama satu orang anak dan belum memiliki keluarga. Semakin banyak anggota keluarga maka petani akan semakin terbebani yang mengakibatkan jumlah pendapatan petani harus semakin tinggi. 4. Luas Lahan Luas lahan merupakan hal yang penting, karena kita dapat mengetahui besarnya yang digarap oleh petani dalam melakukan usaha taninya. Luas lahan petani yang digarap yaitu luas lahan petani yang ditanami tanaman melon. Secara keseluruhan petani yang mengusahakan usatani melon yaitu berjumlah 30 orang. Luas lahan yang digarap petani berbagai variasi luas lahan. Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

52 Tabel 19. Profil Petani Berdasarkan Luas Lahan Melon yang Digarap Luas Lahan Jumlah Responden Persentase % Dibawah 1000 m² 11 36.67 1100-2000 m² 2 6.67 2100-3000 m² 4 13.33 3100-4000 m² 1 3.33 4100-5000 m² 3 10.00 5100-10000 m² 6 20 Diatas 11000 m² 3 10.00 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Pada tabel diatas diketahui bahwa dari 30 petani yang masih menanam melon, 36.67 % luas lahan yang digarap petani relatif sempit dalam usahatani melon yaitu dibawah 1000 m 2. Petani yang memiliki lahan yang tidak begitu luas cenderung kurang maksimal untuk mengusahakan kualitas dan kuantitas panen yang lebih baik. Selian itu, petani melon yang memiliki lahan cukup luas sangat berhati-hati dalam usahatani melon. Lahan yang lebih luas maka biaya sarana produksi lebih banyak dan panen juga harus lebih maksimal. 5. Pengalaman usahatani Pengalaman berusahatani merupakan lamanya petani dalam melakukan usahatani. Lamanya pengalaman usahatani akan memberikan pengalaman yang cukup untuk mengembangkan usahataninya. Pengalaman usahatani yaitu penagalaman usahatani melon. Pengalaman usahatani melon terdapat 30 orang petani yang masih mengusahakan usahatani melon dengan berbagai variasi lamanya pengalaman. Berikut tabel daftar petani dalam pengalaman usahatani melon selama ini.

53 Tabel 20. Profil Petani Berdasarkan Pengalaman Usahatani Melon Pengalaman usahatani Jumlah Responden Persentase % Kurang dari 5 tahun 3 10 5 s/d 10 tahun 9 30 11 s/d 15 tahun 9 30 16 s/d 20 tahun 6 20 Lebih dari 21 tahun 3 10 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel berikut, seluruh petani yang lahannya ditanam melon dan tetap mempertahankan menanam melon rata-rata memiliki pengalaman bertani cukup lama yaitu 5 s/d 15 tahun dan beberapa lainnya tidak begitu lama yaitu kurang dari 5 tahun. Lamanya (15 tahun) petani yang lahannya masih ditanami melon karena paling tidak dua bulan sekali memperoleh pendapatan dari usahataninya. Adapun petani melon yang kurang dari 5 tahun dikarenakan petani baru memulai menggeluti usahatani melon. 6. Pendapatan usahatani Pendapatan petani merupakan hasil yang diperoleh petani dalam kegiatan usahataninya. Pendapatan usahatani yaitu pendapatan yang diperoleh dari usahatani melon. Petani responden secara keseluruhan yang mengusahakan usahatani melon yaitu berjumlah 30 orang. Pendapatan usahatani melon memiliki jumlah yang bervariasi yang terbagi dalam 5 kategori. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

54 Tabel 21. Profil Petani Berdasarkan Pendapatan Per Musim Pendapatan Per Musim Jumlah Responden Persentase (%) Dibawah Rp 20.000.000 10 33.33 Rp 21.000.000-Rp 30.000.000 6 20 Rp 31.000.000-Rp 40.000.000 5 16.67 Rp 41.000.000-Rp 50.000.000 3 10 Diatas 51.000.000 6 20 Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer Untuk dapat memperoleh pendapatan dari usahatani melon maka petani akan menunggu selama 2 bulan. Akan tetapi rata-rata petani memperoleh pendapatan cenderung rendah yaitu dibawah Rp 20.000.000. Tinggi rendahnya (Rp 2.000.000 sampai Rp 200.000.000) pendapatan dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan petani dalam budidaya melon. Luas lahan yang digunakan oleh petani berkisar antara 100 m 2-20.500 m 2. Semakin luas lahan yang digunakan maka hasil panen yang diperoleh akan semakin besar. Namun apabila dilihat dari modal maka akan memerlukan biaya modal yang tinggi pula. Meskipun begitu terdapat faktor penentu yang dapat mempengaruhi ketercapaian pendapatan petani yaitu keberhasilan panen. Keberhasilan ini dikarenakan tidak setiap usahatani yang dilakukan mengalami keberhasilan, terkadang beberapa petani mengalami keberhasilan 100%, dan ada yang kurang dari 100%. B. Harga Pupuk 1. Harga Pupuk di Dinas Petanian Berdasarkan surve harga pupuk di Dinas Petanian, bahwa harga pupuk di Dinas Pertanian dalam kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014, 2015, 2016 tidak mengalami kenaikan, berikut tabel harga pupuk dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

55 Tabel 22. Harga Pupuk di Dinas Pertanian Tiga Tahun Terakhir Jenis Pupuk 2014 2015 2016 Pupuk Urea 1.800 / kg 1.800 / kg 1.800 / kg Pupuk SP-36 2.000 / kg 2.000 / kg 2.000 / kg Pupuk ZA 1.400 / kg 1.400 / kg 1.400 / kg Pupuk NPK 2.300 / kg 2.300 / kg 2.300 / kg Pupuk KCL - 6.000 / kg Pupuk Organik 500 / kg - 500 / kg Sumber: Data Skunder 2014, 2015, 2016 Harga pupuk di Dinas Pertanian Kabupaten Kulonprogo memang tidak mengalami kenaikan, ini karena pemerintah sangat memperhatikan pertanian di Kabupaten Kulonprogo maupun di Indonesia sekalipun, dengan demikian tujuan pemerintah agar petani tidak terlalu terbebani dengan harga pupuk yang di tetapkan oleh pemerintah. Petani bisa berusahatani dengan lancar dan memproduksi hasil pertanian dengan kualitas tinggi. Namun hal ini berbanding terbalik dengan harga pupuk yang ada di pedagang pengecer dan petani. Harga pupuk yang ada di pedagang pengecer maupun petani tidak sesuai harga standard yang ditetapkan pemerintah, selisih harga di pemerintah dengan pedagang pengecer rata-rata Rp 500,00 sedangkan selisih harga di pemerintah dengan harga dipetani untuk NPK Rp 6.500,00 sampai Rp 7.500,00 hal ini menjadikan petani sangat terbebani dan terkendala dalam usahatani melon dengan adanya kenaikan harga pupuk di lapangan. 2. Harga Pupuk di Pedagang Pengecer Setelah melakukan surve harga pupuk di pedagang pengecer subsidi dan nonsubsidi pada kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014, 2015, dan 2016, harga pupuk di pedagang pengecer terbukti mengalami kenaikan. Berikut tabel harga pupuk di pedagang pengecer.

56 Tabel 23. Harga Pupuk di Pedagang Pengecer Jenis Harga pemerintah 2014 2015 2016 Toko Tani Agung subsidi Urea 1800 2300 2700 2700 SP36 2000 2500 3000 3000 ZA 1400 1900 2400 2400 NPK 2300 2800 3300 3300 Organik 500 600 600 600 Data primer 2016 Harga pupuk di pedagang pengecer terbukti mengalami kenaikan terlihat pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini sangat membebankan petani melon dalam usahatani melon, apalagi petani melon skala kecil, jika hasil yang di peroleh dalam usahatani tidak maksimal atau berhasil maka petani melon terancam tidak bisa usahatani lagi untuk selanjutnya, karena petani sangat terbatas oleh modal. Dalam usahatani melon membutuhkan modal yang banyak dan selain itu tingkat keberhasilan dalam usahatani melon sangat kecil sekali. 3. Harga Pupuk di Petani Setelah melakukan surve harga pupuk di petani, melalui narasumber petani melon yang bernama Bapak Puja, mengungkapkan bahwa pada kurun waktu tiga tahun terakhir terbukti harga pupuk mengalami kenaikan sangat siknifikan di banding harga di Pemerintah dan di pedagang pengecer. Berikut tabel kenaikan harga pupuk di petani.

57 Tabel 24. Harga Pupuk di Petani Harga Pupuk di Petani Jenis Harga pemerintah 2014 2015 2016 NPK 2300 9000 10000 10000 SP36 2000 2500 3000 3000 Urea Ponska 1800 1600 2300 2300 ZA 1400 1400 1500 1500 KNO/2kg - 13000 18500 18500 Data Primer 2016 Harga pupuk di petani mengalami kenaikan sangat siknifikan, hal ini membuat petani sangat terbebani karena harga pupuk di petani lebih mahal disbanding harga pupuk dipedagang dan di pemerintah. Permasalahannya karena petani dalam melakukan usahatani melon, pupuk yang digunakan merupakan bukan pupuk subsidi melainkan pupuk nonsubsidi. Pupuk nonsubsidi yang digunakan dalam usahatani melon yaitu NPK, KCL dan KNO. Hal tersebut sangat membebankan petani melon, karena pupuk yang digunakan dalam usahatani melon tidak ada hubungannya dengan subsidi. Pupuk yang disubsidi oleh pemerintah hanya Urea, Sp36, ZA dan Organik. Pupuk tersebut tidak membantu petani dalam usahatani melon. 4. Sikap petani terhadap kenaikan harga pupuk Petani melon dalam menyikapi kenaikan harga pupuk tergolong merespon negatif, sebab biaya pembelian pupuk menambah pengeluaran petani menjadi besar dan dengan harga pupuk yang mahal tersebut, harga buah melon belum tentu sebanding dengan harga pupuknya, kemudian kualitas melon yang dihasilkan kurang maksimal karena asupan pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman melon kurang tercukupi. Keinginan petani disini harga pupuk diturunkan supaya

58 petani bisa lancar dalam usahatani melon, hasil yang diperoleh sesuai yang petani inginkan (kualitas) dan mendapat harga jual yang lumayan tinggi. C. Sikap Petani Melon Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Sikap petani adalah kecendrungan petani untuk berfikir, merasa, dan bertindak dalam menghadapi objek. Objek dalam hal ini adalah adanya kenaikan harga pupuk. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dikategorikan dalam tiga sikap, yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif. 1. Sikap kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang dilakukan atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan dan kepercayaan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek sikap. Aspek kognitif, berupa seberapa jauh pengetahuan petani melon terhadap kenaikan harga pupuk, yang mencakup pengertian tentang mengetahui adanya kenaikan harga pupuk, perasaan adanya kenaikan harga pupuk dan mempertahankan adanya kenaikan harga pupuk. a. Mengetahui Adanya Kenaikan Harga Pupuk Indikator penilaian pengetahuan responden tentang kenaikan harga pupuk, meliputi kenaikan harga pupuk, sebab kenaikan harga pupuk, berkembangnya kenaikan harga pupuk, dampak kenaikan harga pupuk, ketersediaan pupuk, harga buah melon dan penurunan daya beli pupuk. Pengetahuan responden terhadap indikator - indikator tersebut digolongkan pada tingkatan sikap kognitif dari yang terendah sampai tertinggi, yakni skor 1 sangat tidak ingin, skor 2 tidak ingin, skor

59 3 tidak terpengaruh, skor 4 ingin dan skor 5 sangat ingin. Secara umum petani ingin mengetahui tentang hal - hal yang terkait dengan kenaikan harga pupuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 25. Distribusi Perolehan Skor Sikap Kognitif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk. Sikap Kognitif Skor 1 2 3 4 5 No Kecendrungan petani Jumlah melon ingin mengetahui Persentase % (orang) kenaikan harga pupuk 1 Mengetahui kenaikan harga 0 16,67 0 56.67 26.6 100 pupuk 7 2 Mengetahui sebab kenaikan 0 13.33 0 66.67 20 100 harga pupuk 3 Mengetahui berkembangnya kenaikan harga pupuk 0 23.33 0 60 16.6 7 100 4 Mengetahui dampak 0 13.33 0 63.33 23.3 100 kenaikan harga pupuk 3 5 Mengetahui ketersediaan 0 0 0 73 27 100 pupuk 6 Mengetahui harga buah 0 0 0 43.33 56.6 100 melon 7 7 Mengetahui penurunan daya beli pupuk 0 46.67 10 36.67 6.67 100 Sumber: Data Primer 2016 Pemberian skor pada masing-masing sikap kognitif, yakni skor 1 sangat tidak ingin, skor 2 tidak ingin, skor 3 tidak terpengaruh, skor 4 ingin dan skor 5 sangat ingin, dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa pengetahuan responden, sehingga diketahui skor satu memiliki keingintahuan rendah, kemudian semakin tinggi skor makan semakin tinggi pula keingintahuan responden. Kemudian untuk mengetahui persentase yaitu hasil dari jumlah orang di tiap-tiap kategori skor dibagi total jumlah orang dan di kali seratus.

60 Hasil skoring penilain petani melon terhadap kenaikan harga pupuk. Menunjukkan bahwa sebagian besar petani melon yaitu sebanyak 56.67 % menilai ingin tahu kenaikan harga pupuk. Hal ini karena petani melon ingin mempertimbangkan disaat melakukan pembelian pupuk, petani melon tahu di toko mana yang menjual pupuk lebih murah dan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh petani melon pada saat melakukan pembelian pupuk. Adapun 16.67 % petani melon menilai tidak ingin, karena petani melon tersebut beranggapan bahwa dari pihak pemerintah tidak mau menstabilkan atau menurunkan harga pupuk. Disamping itu, selain biaya produksi mahal juga biaya operasional seperti biaya karyawan juga sudah mahal. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap sebab kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk sebab kenaikan harga pupuk sebagian besar petani melon menilai ingin tahu yaitu sebanyak 66.67%. Hal ini karena, supaya petani tidak kecewa denagan kenaikan harga pupuk yang disebabkan, karena petani sudah mengetahui penyebab yang menjadikan pupuk naik, dan petani bisa usahatani untuk tahap selanjutnya. Adapun sisanya yaitu 13.33% petani melon yang menilai tidak ingin. Hal tersebut karena petani melon beranggapan bahwa petani melon mengikuti harga pupuk ditoko dan yang penting pupuk tersedia petani bisa menanam. Hasil skoring penilain petani melon terhadap berkembangnya kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk berkembangnya kenaikan harga pupuk sebagian besar petani yaitu sebanyak 60 % menilai ingin tahu berkembangnya kenaikan harga pupuk. Hal ini karena sebagian besar petani

61 melon ingin mencari informasi harga pupuk terlebih dahulu, setelah itu petani memilih ditoko pupuk mana yang menjual pupuk yang harganya murah dan petani melakukan pembelian pupuk ditoko yang menjual pupuk yang murah tersebut. Adapun 23.33 % petani melon menilai tentang berkembangnya harga pupuk yaitu tidak ingin karna petani melon beranggapan bahwa mereka hanya petani melon bukan pedagang pupuk dan untuk apa mengamati berkembangnya harga pupuk. Hasil skoring penilaian oetani melon terhadap dampak kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk dampak kenaikan harga pupuk sebagian besar petani melon yaitu sebanyak 63.33 % menilai ingin tahu dampak kenaikan harga pupuk. Hal ini karena sebagian besar petani melon akan terancam dalam usahatani melon disebabkan petani tidak mampu untuk beli pupuk, kemudian petani juga terkendala dalam usahatani melon dan menyebabkan pendapatan petani melon menurun. Adapun 13.33 % petani melon menilai bahwa dampak kenaikan harga pupuk yaitu sangat tidak ingin, karena petani melon beranggapan bahwa harga pupuk mengalami kenaikan tetapi harga melon menurun. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap ketersediaan pupuk. Pada penilaian skor untuk ketersediaan pupuk sebagian besar petani melon menilai ingin mengetahui yaitu sebanyak 73 %. Hal ini karena sebagaian besar petani melon berpendapat jika petani melon membutuhkan pupuk, petani bisa langsung menuju toko yang masih menyediakan pupuk tersebut, dan petani melon bisa usahatani melon untuk tahap selanjutnya. Adapun sisanya 27 % petani melon menilai terhadap ketersediaan pupuk yaitu sangat ingin, alasan petani juga masih sama.

62 Hasil skoring penilaian petani melon terhadap harga buah melon. Pada penilaian skor untuk harga buah melon sebagian besar petani melon menilai sangat ingin yaitu sebanyak 56.67%. Hal ini karena sebagian besar petani berpendapat untuk patokan harga pada saat petani melon menjual hasil usahataninya. Adapun sisanya 43.33 % petani melon menilai terhadap harga buah melon yaitu ingin tahu, alasan petani juga masih sama. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap penurunan daya beli pupuk. Pada penilaian skor untuk penurunan daya beli pupuk yaitu sebanyak 46.67% sebagian besar petani melon menilai tidak ingin. Hal ini karena petani melon berpendapat bahwa penurunan daya beli pupuk tidak berpengaruh dengan usahatani melon yang diusahakan petani dan petani melon menganggap hal tersebut diluar usahatani melon. Adapun sisanya 36.67% petani melon menilai ingin karena mereka beranggapan bahwa mahalnya harga pupuk menjadikan petani menurunkan pembelian pupuk. Untuk mengetahui kategori sikap petani melon Wahanakusuma terhadap kenaikan harga pupuk (kognitif) adalah sebagai berikut: Interval = skor tertinggi skor terendah Jumlah kategori skor = 35-7 3 = 9,33 Tabel 26. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi kognitif Kategori Skor Pengukuran Skor Kurang tahu 7,00-16,33 Tahu 16,34-25,67 Sangat tahu 25,68-35,00

63 Dilihat dari sisi kognitif, sikap petani dibedakan menjadi tiga yaitu sikap petani yang kurang tahu, tahu dan sangat tahu, di mana sikap petani yang kurang tahu itu menunjukkan petani melon berpendapat bahwa penurunan daya beli pupuk tidak berpengaruh dengan usahatani melon yang diusahakan petani dan petani melon menganggap hal tersebut diluar usahatani melon. Kemudian, sikap tahu yakni agar petani tidak kecewa denagan kenaikan harga pupuk yang disebabkan, karena petani sudah mengetahui penyebab yang menjadikan pupuk naik, dan petani bisa usahatani untuk tahap selanjutnya dan sikap sangat tahu yakni petani berpendapat untuk patokan harga pada saat petani melon menjual hasil usahataninya. Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, kecenderungan sikap kognitif petani menunjukan sikap yang sangat tahu. Hal itu disebabkan oleh, petani ingin mengetahui terkait persoalan-persoalan mengenai harga pupuk. 2. Sikap afektif Komponen afektif (komponen emosional) menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. A. Merasakan Adanya Kenaikan Harga Pupuk Sikap afektif dalam penelitian ini, berupa tanggapan perasaan petani melon terhadap kenaikan harga pupuk, mencakup perasaan terhadap adanya kenaikan harga pupuk, dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk, berkurangnya ketersediaan pupuk, harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk dan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan. Sikap afektif yakni sangat tidak senang skor 1, tidak senang skor 2, netral skor 3,

64 senang skor 4 dan sangat senang skor 5. Secara umum petani merasa tidak senang terhadap kenaikan harga pupuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 27. Distribusi Perolehan Skor Sikap Afektif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk. Sikap Afektif Skor 1 2 3 4 5 No Kecendrungan petani melon Jumlah merasakan terkait kenaikan Presentase % (orang) harga pupuk 1 Adanya kenaikan harga pupuk 33.33 63.3 3 3.3 3 0 0 100 2 Dampak yang diakibatkan 40 60 0 0 0 100 adanya kenaikan harga pupuk 3 Berkurangnya ketersediaan 23.33 73.3 3.3 0 0 100 pupuk 3 3 4 Harga melon yang tidak 46.67 53,3 0 0 0 100 sebanding dengan harga pupuk 3 5 Jika modal yang dikeluarkan 60 40 0 0 0 100 tidak sebanding dengan pendapatan Sumber: Data Primer 2016 Pemberian skor pada masing-masing sikap afektif, yakni sangat tidak senang skor 1, tidak senang skor 2, netral skor 3, senang skor 4 dan sangat senang skor 5, dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa pengetahuan responden, sehingga diketahui skor satu memiliki perasaan rendah, kemudian semakin tinggi skor makan semakin tinggi pula perasaan responden. Kemudian untuk mengetahui persentase yaitu hasil dari jumlah orang di tiap-tiap kategori skor dibagi total jumlah orang dan di kali seratus. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap perasaan adanya kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan adanya kenaikan harga pupuk sebagian besar petani melon yaitu sebanyak 63.33 % menilai tidak senang dan 33.33 % petani melon lainnya juga menilai sangat tidak senang. Hal

65 ini karena modal yang dikeluarkan petani melon lebih besar dan petani melon terkendala dalam usahatani melon dengan adanya kenaikan harga pupuk, mengakibatkan hasil produksi melon menurun. Adapun 3.33 % petani melon menilai netral karena petani melon tidak memandang mahal maupun murah yang terpinting ada pupuk kemudian petani beli. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk sebagian besar petani melon menilai tidak senang, yaitu sebanyak 60 %. Selain itu 40 % petani melon menilai bahwa perasaan dampak yang diakibatkan adanya kenaikan harga pupuk sangat tidak senang. Hal ini karena petani melon seharusnnya bisa membeli pupuk lebih banyak namun dengan adanya dampak tersebut petani menurunkan pembelian pupuk dan biaya yang ada bisa memenuhi semua sektor produksi melon. Selain itu petani ingin menambah luas lahan namun dengan adanya dampak tersebut petani lebih memilih mempersempit lahan. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk sebagian besar petani melon menilai tidak senang, yaitu sebanyak 73.33%. Selain itu 23.33% petani melon menilai sangat tidak senang. Hal ini karena usahatani yang diusahakan petani dapat berpengaruh dalam produksi melon dan kualitas melon yang dihasilkan menurun. Adapun sisanya 3.33 % petani menilai bahwa perasaan berkurangnya ketersediaan pupuk netral, karena petani beranggapan bahwa petani melon mengikuti toko pupuk, jika

66 pupuk tersedia petani bisa menggunakan. Jika tidak tersedia petani menunggu hingga pupuk tersedia di toko tersebut. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Perasaan harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk. Pada penilaian skor untuk perasaan harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk sebagian besar petani melon menilai tidak senang, yaitu sebanyak 53.33%. Selain itu 46.67% petani melon menilai sangat tidak senang. Hal ini karena petani merasa dirugikan dengan adanya harga melon yang tidak sebanding dengan harga pupuk dan petani terancam tidak dapat usahatani melon untuk selanjutnya disebabkan pendapatan yang diperoleh petani menurun dan meodal yang akan digunakan untuk usahatani melon tidak cukup. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Perasaan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan. Pada penilaian skor untuk perasaan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan sebagian besar petani melon menilai sangat tidak senang, yaitu sebanyak 60%. Selain itu 40% petani melon menilai bahwa perasaan jika modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan tidak senang. Hal ini karena petani melon rugi dan petani tidak dapat usahatani melon untuk tahap selanjutnya. Untuk perasaan kategori sikap petani melon Wahanakusuma terhadap kenaikan harga pupuk (afektif) adalah sebagai berikut: Interval = skor tertinggi skor terendah Jumlah kategori skor = 25-5 3 = 6,66

67 Tabel 28. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi afektif Kategori Skor Pengukuran Skor Kurang senang 5,00-11,66 Senang 11,67-18,33 Sangat senang 18,34-25,00 Dilihat dari sisi afektif, sikap petani dibedakan menjadi tiga yaitu sikap petani yang kurang senang, senang dan sangat senang. Sikap petani yang kurang senang menunjukkan sikap petani yang beranggapan bahwa petani melon rugi dan petani tidak dapat usahatani melon untuk tahap selanjutnya. Kemudian, sikap petani yang senang yakni petani tetap mau membeli pupuk untuk usahatani melon walaupun harga pupuk tersebut dijual sangat tinggi atau rendah, dan sikap petani sangat senang yakni petani mengikuti harga pupuk yang diberlakukan di toko. Jika tersedia pupuk yang cukup maka petani bisa menggunakan dan jika ketersediaan pupuk terbatas maka petani harus menunggu hingga pupuk tersedia di toko tersebut. Kecendrungan petani menunjukan sikap afektif yang kurang senang hal itu disebabkan oleh petani merasa tidak senang terkait persoalan persoalan yang membuat harga pupuk naik. 3. Sikap konatif Komponen konatif (komponen prilaku) menunjukkan bagaimana kecendrungan berprilaku dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Komponen konatif ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecendrungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.

68 A. Melakukan Sesuatu Terhadap Kenaikan Harga Hupuk Aspek konatif dalam penelitian ini, berupa tanggapan melakukan sesuatu pada saat kenaikan harga pupuk, mencakup kategori antara lain, Tetap akan membeli pupuk, Tetap akan meningkatkan pembelian pupuk, Tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk. Sikap konatif yakni sangat tidak mau skor 1, tidak mau skor 2, ragu-ragu skor 3, mau skor 4 dan sangat mau skor 5. Secara umum petani mau melakukan sesuatu terhadap kenaikan harga pupuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 29. Distribusi Perolehan Skor Sikap Konatif Petani Melon Terkait Kenaikan Harga Pupuk. Sikap Konatif Skor 1 2 3 4 5 No Kecendrungan petani melon Jumlah melakukan sesuatu terhadap Presentase % (orang) kenaikan harga pupuk 1 Tetap akan membeli pupuk 0 0 6.67 63.33 30 100 2 Tetap akan meningkatkan 0 10 26.67 53.33 10 100 pembelian pupuk 3 Tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk 0 0 20 50 30 100 4 Tetap memperluas lahan disaat 0 43.33 23.33 26.67 6.67 100 harga pupuk mengalami kenaikan 5 Tetap mempertahankan fungsi 0 20 23.33 46.67 10 100 lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan Sumber: Data Primer 2016 Pemberian skor pada masing-masing sikap konatif, yakni sangat tidak mau skor 1, tidak mau skor 2, ragu-ragu skor 3, mau skor 4 dan sangat mau skor 5, dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa pengetahuan responden, sehingga diketahui skor satu memiliki skor rendah dalam melakukan sesuatu, kemudian semakin tinggi skor makan semakin tinggi pula responden dalam melakukan sesuatu. Kemudian untuk mengetahui persentase yaitu hasil dari

69 jumlah orang di tiap-tiap kategori skor dibagi total jumlah orang dan di kali seratus. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap tetap akan membeli pupuk. Pada penilaian skor untuk tetap akan membeli pupuk sebagian besar konsumen menilai mau, yaitu sebanyak 63.33%. Selain itu 30% petani melon tetap akan membeli pupuk sangat mau. Hal ini karena pupuk kimia yang dibutuhkan petani dalam usahatani melon. Adapun sisanya 6.67% petani melon menilai ragu-ragu. Hal tersebut karena anggapan petani kualitas pupuk kimia dikurangi sehingga saat digunakan memupuk proses pertumbuhan tanaman lamban, dan hasil yang dinginkan tidak sesuai harapan petani. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap tetap akan meningkatkan pembelian pupuk. Pada penilaian skor untuk tetap akan meningkatkan pembelian pupuk sebagian besar petani menilai mau, yaitu sebanyak 53.33 %. Selain itu 10 % petani melon menilai sangat mau. Hal tersebut karena untuk mencukupi kebutuhan tanaman melon. Adapun sisanya 26.67 % petani melon menilai bahwa tetap akan meningkatkan pembelian pupuk raguragu, Selain itu 10 % petani melon menilai tidak mau, alasan petani karena kalau kebanyakan menggunakan pupuk kimia tanah akan semakin jenuh dan pembelian pupuk disesuaikan dengan dosis yang dibutuhkan tanaman. Hasil sekoring penilain petani melon terhadap tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk. Pada penilaian skor untuk tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk sebagian besar petani melon menilai mau, yaitu sebanya 50%. Selain itu 30% petani melon menilai sangat mau. Hal ini

70 karena kualitas yang dihasilkan oleh buah melon tetap terjaga. Adapun sisanya 20% petani melon menilai bahwa tetap akan mempertahankan penggunaan pupuk ragu-ragu. Hal ini karena pupuk kimia saat ini mahal jadi pembelian atau penggunaan pupuk dikurangi. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap Tetap memperluas lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan. Pada penilaian skor untuk tetap memperluas lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan sebagian besar petani menilai tidak mau, yaitu sebanyak 43.33 %. Selain itu 23.33 % petani melon menilai ragu-ragu. Hal tersebut karena menambah jumlah modal yang dikeluarkan oleh petani melon, selain itu untuk saat ini mencari lahan untuk disewa sulit. Adapun sisanya 26.67 % petani melon menilai mau dan 6.67 % petani melon menilai sangat mau. Hal itu karena untuk menambah pendapatan yang diterima oleh petani melon. Hasil skoring penilaian petani melon terhadap tetap mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan. Pada penilaian skor untuk tetap mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan sebagian besar petani melon menilai mau, yaitu sebanyak 46.67 %. Selain itu 10 % petani melon menilai sangat mau. Hal tersebut karena petani melon tetap mempertahankan fungsi lahan dan lahan merupakan tempat mata pencaharian bagi petani. Adapun 23.33 % petani melon menilai Tetap mempertahankan fungsi lahan disaat harga pupuk mengalami kenaikan ragu-ragu. Selain itu 20 % petani menilai tidak mau. Hal ini karena petani membiarkan lahan

71 kosong, sebab petani tidak memiliki modal yang besar. Selian itu lahan tersebut merupakan lahan sewa. Untuk melakukan sesuatu kategori sikap petani melon Wahanakusuma terhadap kenaikan harga pupuk (konatif) adalah sebagai berikut: Interval = skor tertinggi skor terendah Jumlah kategori skor = 25-5 3 = 6,66 Tabel 30. Sikap petani melon terhadap kenaikan harga pupuk dilihat dari sisi konatif Kategori Skor Pengukuran Skor Kurang mau 5,00-11,66 Mau 11,67-18,33 Sangat mau 18,34-25,00 Dilihat dari sisi konatif, sikap petani dibedakan menjadi tiga yaitu sikap petani yang kurang mau, mau dan sangat mau di mana sikap petani yang kurang mau itu menunjukkan sikap petani yang beranggapan menambah jumlah modal yang dikeluarkan oleh petani melon, selain itu untuk saat ini mencari lahan untuk disewa sulit. Sementara, sikap petani yang mau yakni pupuk kimia yang dibutuhkan petani dalam usahatani melon. dan sikap petani yang sangat mau yakni agar kualitas yang dihasilkan oleh buah melon tetap terjaga. Kecendrungan sikap petani menunjukan sikap konatif yang mau, hal itu disebabkan oleh petani masih mau melakukan sesuatu terkait persoalan-persoalan terhadap kenaikan harga pupuk.