RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

RESPON MORFOLOGI, FISIOLOGI DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI JUMIATUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN METODE PENELITIAN

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Sesuai Prioritas Nasional

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN :

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGISIAN GABAH BEBERAPA VARIETAS PADI PADA PERIODE CEKAMAN KEKERINGAN BERBEDA DALAM SISTEM SAWAH IKHSAN NOVIADY A

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

PENGUJIAN TOLERANSI BEBERAPA GENOTIPE PADI PADA LAHAN SAWAH YANG MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI DENGAN PEMBERIAN POLIMER PENYIMPAN AIR PADA SAWAH BUKAAN BARU SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

Transkripsi:

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid NIM A252120161

RINGKASAN MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID. Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI dan ISKANDAR LUBIS. Perubahan iklim global akan meningkatkan suhu atmosfir yang dapat mempengaruhi stadia sensitif dan mengurangi hasil produksi padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respon pertumbuhan dan produksi varietas padi yang ditanam pada sistem sawah terhadap cekaman suhu tinggi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor perlakuan yaitu perbedaan suhu dan varietas padi. Penelitian dilakukan di dalam rumah plastik polyethylene untuk menciptakan peningkatan suhu harian rata-rata 1.7 C antara dua petak utama, dengan suhu maksimum 35.0 C (T1) dan 37.6 C (T2). Varietas padi yang digunakan adalah IR64, Ciherang, IPB-3S, Way Apo Buru, Jatiluhur, Menthik Wangi dan Silugonggo yang diacak sebagai anak petak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu sebesar 1.7 C tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun, nilai SPAD, bobot tajuk, laju pertumbuhan tanaman (LPT), net assimilation rate (NAR), Jumlah malai per rumpun, panjang malai dan batang, jumlah dan persentase gabah hampa, isi dan total per rumpun, bobot dan persentase gabah hampa, isi tidak penuh, isi dan total per rumpun, namun berpengaruh nyata menurunkan jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun, bobot 1000 butir dan indeks panen. Interaksi antara perlakuan suhu dan varietas secara nyata berpengaruh terhadap persentase anakan produktif dan persentase jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun. Varietas Ciherang, Jatiluhur, IPB-3S dan Menthik Wangi merupakan varietas yang peka terhadap suhu tinggi karena mengalami penurunan persentase anakan produktif, jumlah gabah per rumpun, bobot gabah isi per rumpun dan jumlah gabah per rumpun yang menyebabkan penurunan hasil produksi hingga 39.5%. Kata kunci: pemanasan global, padi sawah, varietas, produksi

SUMMARY MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID. Growth and Production Responses of Rice (Oryza sativa L.) to High Temperature Stress. Supervised by AHMAD JUNAEDI and ISKANDAR LUBIS. Global climate change will imply to increase of atmosphere temperature which can affect the sensitive stadia of growth and reduce rice yield. The objective of this research was to study the response of growth and production of rice varieties to high temperature stress. This research was conducted on January to May 2013 used randomized completely block design (RCBD) arranged by split plots design. The research was conducted under polyethylene house to create temperature differences increase in average 1.7 C between main-plot, with maximum temperature 35.0 C (T1) and 37.6 C (T2). Rice varieties, namely IR64, Ciherang, IPB-3S, Way Apo Buru, Jatiluhur, Menthik Wangi and Silugonggo were randomised as sub-plot. Result showed that increasing of 1.7 C temperature have no signifficant effect on plant height, tiller number, leaf number, leaf area, leaf area index, SPAD-value, biomass weight and crop growth rate (CGR), net assimilation rate (NAR), panicle number per hill, panicle and stem length, number and percentage of unfilled, partially filled, filled and total spikelets, weight and percentage of unfilled, partially filled, filled and total spikelets. However, weight of 1000 grains, number of partially filled spikelets and harvest index were signifficantly reduced by increasing of temperature. Interaction of temperature and varieties signifficantly affected the percentage of productive tiller and partially filled spikelets. Ciherang, IPB-3S, Jatiluhur and Menthik Wangi are considered as sensitive varieties to high temperature as indicated by reduction on percentage of productive tiller number, spikelet number per hill, weight of filled spikelets and total spikelet per hill that causing decrease in rice yield up to 39.5%. Keywords: global warming, lowland rice, varieties, yield

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI MIFTAKHUL BAKHRIR ROZAQ KHAMID Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi dan Hortikultura SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Supijatno, MSi

Judul Tesis : Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi Nama : Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid NIM : A252120161 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Ketua Dr Ir Iskandar Lubis, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Maya Melati, MS, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 21 Juli 2014 Tanggal Lulus:

PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Mei 2013 dengan tema cekaman suhu tinggi dan berjudul Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) terhadap Cekaman Suhu Tinggi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Dr Ir Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh teknisi dan tenaga kerja di Laboratorium Riset Padi Kebun Percobaan Babakan, University Farm IPB yang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan yang baik. Bogor, Juli 2014 Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 3 BAHAN DAN METODE 5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 5 Bahan dan Alat 5 Metode 5 Pelaksanaan Penelitian 6 Pengamatan dan Analisis Data 6 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 5 SIMPULAN 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 25 vii vii vii

DAFTAR TABEL 1 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman pada 8 MST 9 2 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada 6 MST 10 3 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada saat berbunga 11 4 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap nilai SPAD daun 11 5 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot tajuk pada saat 6 MST, berbunga dan panen 12 6 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) dan Net Assimilation Rate (NAR) 13 7 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase anakan produktif 13 8 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah malai per rumpun, panjang batang dan panjang malai 14 9 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah gabah hampa, jumlah gabah isi tidak penuh, jumlah gabah isi dan jumlah gabah total per rumpun 15 10 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah hampa dan jumlah gabah isi per rumpun 16 11 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun 16 12 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot gabah hampa, bobot gabah isi tidak penuh, bobot gabah isi dan total bobot gabah per rumpun 17 13 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase bobot gabah hampa, bobot gabah isi tidak penuh dan bobot gabah isi per rumpun 18 14 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot seribu butir dan indeks panen 19 DAFTAR GAMBAR 1 Rata-rata suhu udara di dalam rumah plastik selama masa penelitian 8 2 Rata-rata suhu tanah petakan di dalam rumah plastik selama masa penelitian 8 DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi varietas IR 64 26 2 Deskripsi varietas Ciherang 27 3 Deskripsi varietas IPB 3S 28 4 Deskripsi varietas Way Apo Buru 29 5 Deskripsi varietas Jatiluhur 30

6 Deskripsi varietas Menthik Wangi 31 7 Deskripsi varietas Silugonggo 32 8 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan vegetatif 33 9 Rekapitulasi sidik ragam komponen hasil 33 10 Pengaruh perlakuan suhu dan varietas terhadap total jumlah gabah, bobot gabah isi dan total bobot gabah per rumpun 35 11 Korelasi antar parameter 35

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk rata-rata Indonesia adalah 1.49% pada tahun 2011. Diperkirakan pada tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 252 034 317 jiwa. Apabila konsumsi beras per kapita per tahun 139.15 kg dan laju penurunan konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1.5%, maka kebutuhan beras pada tahun 2014 sebesar 33 013 214 ton. Perubahan iklim merupakan salah satu permasalahan dalam peningkatan produksi padi. Perubahan iklim akan berdampak terhadap perubahan musim dan curah hujan yang selanjutnya juga berpengaruh pada pola tanam dan serangan organisme pengganggu tanaman, sehingga dapat menyebabkan penurunan produksi (Deptan 2010). Isu perubahan iklim global sangat berpengaruh terhadap produksi padi. Perubahan iklim di beberapa daerah menyebabkan berubahnya pola musim, meningkatnya suhu udara dan terbatasnya sumber air sebagai akibat dari kekeringan lahan (Kang et al. 2009). Perubahan pada musim dan iklim merupakan salah satu faktor yang dapat mengancam keamanan pangan pada suatu negara (Beath dan Beath 2010). Perubahan suhu juga menjadi salah satu hal yang harus diantisipasi dampak negatifnya terhadap tanaman. Suhu tinggi yang disebabkan tingginya suhu udara dapat mengakibatkan cekaman pada tanaman yang merupakan masalah bagi pertanian di beberapa Negara di dunia (Wahid et al. 2007). Peningkatan suhu akan memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada akhir abad 21, akan terjadi peningkatan suhu antara 2-4 o C yang akan mempengaruhi dan mengancam produksi padi. Paparan suhu tinggi tersebut pada stadia sensitif padi akan menurunkan produksi gabah secara drastis, yakni sebesar 41% (Ceccarelli et al. 2010; Krishnan et al. 2011). Paparan suhu tinggi sangat mempengaruhi proses pembungaan dan pengisian gabah pada padi, dimana stadia tersebut sangat sensitif terhadap peningkatan suhu (Tao et al. 2008; Xiao et al. 2011; Julia dan Dingkuhn 2013). Penurunan hasil produksi karena terjadinya peningkatan jumlah gabah hampa dapat disebabkan oleh suhu dingin saat stadia mikrospora, pembentukan dan pengisian malai yang tidak sempurna saat antesis dan suhu malai yang tinggi saat antesis (Julia dan Dingkuhn 2013). Variasi waktu antesis pada genotipe yang berbeda pada padi dapat menjadi pertimbangan sebagai mekanisme penghindaran terhadap pengaruh buruk suhu tinggi (Julia dan Dingkuhn 2012). Waktu antesis yang lebih awal pada tanaman padi bukan merupakan satu-satunya langkah adaptasi terhadap suhu tinggi yang ditemukan. Beberapa kultivar padi telah menunjukkan toleransi fisiologi pada proses reproduksinya, seperti jumlah polen yang lebih banyak, morfologi organ reproduktif yang lebih terlindung, dan regulasi heat shock proteins (Jagadish et al. 2010; Xue et al. 2012). Malai padi juga dapat menghindari pengaruh buruk suhu tinggi dengan melakukan transpirasi untuk mendinginkan suhu organ sensitif dan malainya melalui pori epidermal yang selalu terbuka (Takahashi et al. 2008). Matsui et al. (2007) melaporkan bahwa dengan melakukan pendinginan evaporasi ini, malai padi dapat mencapai suhu yang lebih rendah hingga 6 o C dibandingkan dengan suhu udara yang tinggi.

2 Respon pertumbuhan padi yang toleran terhadap suhu tinggi masih sangat sedikit dipahami. Umumnya varietas padi hanya dapat tumbuh pada daerah yang optimum bagi pertumbuhannya, namun saat ini banyak diantaranya yang dibudidayakan pada wilayah yang kurang optimum (Lu et al. 2013). Untuk tujuan tersebut, pemahaman yang mendalam tentang respon fisiologis tanaman pada suhu tinggi, mekanisme toleransi suhu tinggi dan kemungkinan strategi untuk meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman suhu sangat penting untuk diketahui. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan dan produksi varietas padi yang ditanam pada sistem sawah terhadap cekaman suhu tinggi. Hipotesis 1. Terdapat pengaruh cekaman suhu tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi padi 2. Terdapat keragaman respon varietas padi terhadap cekaman suhu tinggi. 2 TINJAUAN PUSTAKA Cekaman abiotik, seperti kekeringan, salinitas, suhu ekstrim, racun kimia dan stres oksidatif adalah ancaman serius bagi pertanian dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kekeringan, salinitas, suhu ekstrim dan stres oksidatif sering saling berhubungan, dan dapat menyebabkan kerusakan sel yang sama. Untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas, tanaman harus beradaptasi dengan kondisi stres dan memiliki mekanisme toleransi yang spesifik terhadap kondisi ini (Wang et al. 2003). Karakterisasi fisiologis tanaman yang mengalami kekeringan, cekaman suhu tinggi atau kombinasi dari kekeringan dan suhu tinggi mengungkapkan bahwa kombinasi cekaman memiliki beberapa aspek unik, menggabungkan respirasi tinggi dengan fotosintesis rendah, menutupnya stomata dan suhu daun yang tinggi (Rizhsky et al. 2002; Mittler 2006). Penguraian pati yang dilakukan bersama dengan produksi energi dalam mitokondria menjadi peran kunci bagi tanaman dalam metabolisme tanaman untuk mengatasi cekaman selama kombinasi kekeringan dan suhuh tinggi. Pengaruh suhu tinggi pada karakter fisiologi gandum dapat dilihat pada menurunnya berat kering daun per tanaman secara signifikan yang disebabkan oleh tingginya suhu tajuk atau akar tanaman (38 ºC). Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan kandungan klorofil, dan mengurangi luas daun per tanaman (Tahir et al. 2009). Perubahan iklim global akan menimbulkan tantangan serius bagi produksi tanaman di seluruh dunia. Suhu di atas 34 ºC pada saat tanaman padi berbunga

dapat menyebabkan sterilitas bunga dan menurunkan hasil, bahkan pada daerah beriklim sedang seperti Jepang selatan. Pemanasan global diproyeksikan dapat meningkatkan terjadinya sterilitas bunga pada padi. Terdapat beberapa studi skala lapang yang bisa membantu dalam memprediksi potensi resiko terhadap hasil padi dan pengembangan penanggulangan terhadap kehilangan hasil (Tian et al. 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu rata-rata malai adalah setara dengan suhu udara atau lebih tinggi. Cao et al. (2009) melaporkan bahwa suhu yang tinggi dapat meningkatkan suhu daun, berkurangnya aktivitas akar dan laju fotosintesis daun bendera pada seluruh genotipe padi, sedangkan hasil produksi yang relatif tinggi pada genotipe padi yang toleran cekaman suhu tinggi dikaitkan dengan suhu daun yang rendah, aktivitas akar tinggi, dan tingginya tingkat aktivitas ATPase dalam bulir, laju fotosintesis, dan aktivitas enzim antioksidan dalam daun. Pembungaan dan karakteristik pengisisan bulir pada padi merupakan stadia yang sangat sensitif terhadap suhu tinggi (Farrell et al. 2006; Roy et al. 2012; Shah et al. 2014). Perlakuan suhu tinggi dapat menurunkan laju pengisian bulir padi dan meningkatkan bulir yang hampa, namun suhu tinggi tidak berpengaruh pada jumlah bulir per malai dan berat 1000 butir padi (Tao et al. 2008). Padi dapat tumbuh optimum pada suhu yang berkisar antara 27 sampai 31 o C (Yin et al. 1996). Oleh karena itu, peningkatan suhu rata-rata atau peningkatan suhu saat stadia yang sensitif pada padi diprediksi dapat menurunkan hasil panen hingga 41% pada akhir abad 21 (Nagai dan Makino 2009). Selain itu, peningkatan suhu sebesar 1 o C akan memperlambat pengisian bulir selama 4 sampai 5 hari pada beberapa genotipe padi (Nakagawa et al. 2001). Fertilitas bulir merupakan komponen penting dari hasil produksi padi yang sensitif terhadap suhu tinggi (Prasad et al. 2006; Oh-e et al. 2007). Fertilitas bulir akan sangat menurun pada suhu diatas 35 o C (Matsui et al. 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu sebesar 5 o C di atas suhu udara rata-rata di Gainesville, Florida menurunkan fertilitas bulir dari 74% menjadi 38% selama tahun 2001 dan dari 76% menjadi 37% selama tahun 2002, memperlambat munculnya daun bendera sekitar 2 hingga 3 hari, dan memperlambat waktu untuk masak fisiologis sekitar 6 hingga 8 hari dari rata-rata semua kultivar padi, dan hasil gabah dari kultivar padi yang bervariasi. Efek negatif suhu tinggi pada hasil gabah jauh lebih besar dari pada biomassa, hal ini menyebabkan indeks panen secara signifikan lebih rendah pada suhu tinggi. Dalam studi fisiologi selama tahap pembungaan, pengaruh utama dari suhu tinggi adalah menurunkan produksi serbuk sari karena tidak pecahnya antera dan hanya menghasilkan sedikit serbuk sari, penurunan jumlah serbuk sari yang ditangkap oleh stigma (Prasad et al. 2006) dan juga meningkatnya bulir mengapur (Tsukaguchi dan Iida 2008). Meningkatnya temperatur tanah dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Arai-Sanoh et al. (2010) melaporkan bahwa suhu tanah pada 36.5 o C menghasilkan peningkatan jumlah malai per rumpun, tetapi menurunkan bobot bulir, jumlah bulir per malai, bobot 1000 butir dan tingkat pematangan, sehingga menghasilkan produksi panen yang lebih rendah daripada tanaman yang ditanam pada suhu tanah yang lebih rendah. Penurunan laju fotosintesis dikaitkan dengan konduktansi difusi yang lebih rendah dan nilai- SPAD. Suhu tanah yang tinggi pada saat akhir pembentukan anakan sampai pembentukan malai akan mempengaruhi proses pengisian bulir. 3

4 Suhu tanah yang optimum bagi tanaman akan meningkatkan pertumbuhan dan berat kering akar. Mekanisme potensial yang dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan akar pada tanah yang memiliki suhu lebih tinggi adalah hubungan source dan sink antara bagian pucuk dan bagian tanaman yang berada di dalam tanah. Peningkatan suhu sampai tingkat optimum akan meningkatkan laju fotosintesis, hal ini akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk memfiksasi karbon yang sebagian akan ditranslokasi ke bagian bawah tanah tanaman untuk mempertahankan pertumbuhan akar baru. Selain itu, laju reaksi enzimatik, pembelahan dan perkembangan sel dipengaruhi langsung oleh suhu, sehingga kapasitas tanaman untuk membentuk jaringan akar yang baru akan meningkat pula seiring dengan peningkatan suhu sampai tingkat optimum (Pregitzer dan King 2005). Sebaliknya, suhu diatas batas optimum akan secara langsung menurunkan pertumbuhan akar dan fiksasi nitrogen yang akan menyebabkan hasil panen yang rendah (Prasad et al. 2000). Selain merusak tanaman, peningkatan suhu ternyata juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan epidemi hama dan penyakit. Hasil perubahan suhu yang dianalisis selama 30 tahun terakhir pada banyak lokasi di Jepang dan Cina menunjukkan bahwa peningkatan suhu di atas suhu normal mengakibatkan ledakan epidemi yang lebih parah. Peningkatan suhu menyebabkan ledakan epidemi yang lebih rendah pada daerah subtropis lembab (Luo et al. 1998). Tanaka et al. (2009) menyatakan bahwa produktivitas padi berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap cekaman suhu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar yang toleran suhu tinggi adalah Nikomaru dan Chikushi64, sedangkan kultivar yang sensitif pada suhu tinggi adalah Hinohikari yang ditumbuhkan pada suhu 30 ºC dan 25 ºC selama 49 hari setelah pembungaan. Pada perlakuan suhu 30 ºC, kultivar Nikomaru dan Chikushi64 menghasilkan hanya beberapa bulir yang belum matang susu, tetapi sekitar 22% dari bulir kultivar Hinohikari belum mengalami pematangan. Suhu tinggi (30 ºC) tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering biji, perkembangan biji, kadar air selama tahap pematangan awal pada kultivar Nikomaru dan Chikushi64, namun menyebabkan pengahambatan yang jelas terhadap pengembangan kultivar Hinohikari. Selain itu, suhu tinggi menurunkan kadar amilosa dan meningkatkan rasio ikatan adhesi pada saat pemasakan beras sehingga menghasilkan nasi yang bertekstur lebih lembut dan kurang lengket pada kedua kultivar Nikomaru dan Chikushi64, namun tidak pada Hinohikari. Viskositas maksimum dan nilai penguraian pati meningkat, tetapi viskositas akhir menurun pada suhu 30 ºC pada ketiga kultivar. Hasil ini menunjukkan bahwa pati dalam endosperma biji berubah dari keadaan cair menjadi pati lebih lambat pada Nikomaru dan Chikushi64 daripada Hinohikari, di mana kadar air menurun, dan asimilat yang diangkut diakumulasi perlahan selama perkembangan bulir. Beberapa genotipe tanaman padi yang toleran terhadap suhu tinggi memiliki beberapa karakter tersendiri. Tanaman yang toleran suhu tinggi memiliki struktur putik yang dikelilingi atau dinaungi oleh beberapa daun, hal ini mencegah evaporasi dari kepala putik yang pada akhirnya akan meningkatkan ukuran dari butiran serbuk sari (Wassmann et al. 2009). Tanaman ini juga memiliki waktu pembentukan bunga dan antesis yang tidak bertepatan dengan puncak tingginya suhu atmosfer (Jagadish et al. 2007). Selain itu, tanaman juga memiliki benang sari yang panjang dan pori stigma yang lebar. Panjangnya benang sari akan

meningkatkan jumlah serbuk sari yang terbentuk (Matsui dan Omasa 2002), sehingga dapat meningkatkan peluang jatuhnya serbuk sari serta pembuahan oleh stigma yang memiliki pori yang lebar (Matsui dan Kagata 2003). 5 3 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Laboratoratorium Riset Padi Kebun Percobaan Babakan, University Farm IPB, Sawah Baru, Dramaga, Bogor dan Laboratorium Analisis Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilakukan pada lahan di bawah konstruksi rumah plastik dengan atap polyethylene pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Ciherang, Menthik Wangi, Way Apo Buru, Jatiluhur, Silugonggo, IR-64 dan IPB-3S. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP36 dan KCl. Pestisida digunakan pada saat dibutuhkan. Alat yang digunakan yaitu alat-alat pertanian, alat analisis kimia, meteran, timbangan analitik, oven, lux meter, Licor 3000, thermo recorder (TR-71U, TandD, Japan), klorofil meter (SPAD) dan mikroskop. Metode Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor perlakuan yaitu perbedaan suhu dan varietas padi. Tanaman padi ditanam di bawah rumah plastik yang memiliki peningkatan suhu rata-rata maksimum sebesar 1.7 C diantara kedua petak utama. Perbedaan suhu sebagai petak utama terdiri atas 2 taraf perlakuan suhu, yaitu : 1) suhu udara di dalam rumah plastik plot-1 (T1); 2) suhu udara di dalam rumah plastik dengan peningkatan (T1 + (1.7 C)) (T2); sedangkan 7 varietas merupakan anak petak. Kombinasi 2 faktor perlakuan menghasilkan 14 kombinasi perlakuan yang diulang 4 kali sehingga terdapat 56 unit percobaan. Model linier Rancangan Petak terbagi: Y ijk = µ + K k + α i + δ ik + β j +(αβ) ij + ε ijk Y ijk : Nilai pengamatan perlakuan perbedaan suhu ke-i, dan varietas ke-j dan blok ke-k µ : Rataan umum K k : Pengaruh pengelompokan α i : Pengaruh petak utama (perbedaan suhu) : Pengaruh anak petak (varietas) β j

6 δ ik : Komponen galat dari petak utama (perbedaan suhu) (αβ) ij : Pengaruh interaksi antara petak utama (perbedaan suhu) dan anak petak (varietas) ε ijk : Pengaruh galat dari interkasi antara petak utama (perbedaan suhu) dan anak petak (varietas) Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di dalam rumah plastik yang memiliki 8 petak (bak) yang berukuran 3 x 4 m. Petak dalam rumah plastik diberikan plastik penyekat untuk masing-masing perlakuan suhu untuk menciptakan perbedaan suhu. Jarak petak antar perlakuan petak utama 50 cm dan jarak petak antar ulangan 50 cm. Petak percobaan masing-masing ditanami 7 varietas, tiap varietas terdiri dari 30 tanaman dalam 2 barisan dengan jarak tanam antar varietas 25 cm dan jarak tanam dalam baris 20 cm. Varietas Ciherang ditanam sebagai tanaman pinggir pada kedua sisi petak. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukkan dalam 3 tahap menggunakan pupuk dasar 37.5 kg N/ha, 36 kg P 2 O 5 /ha, dan 60 kg K 2 O/ha yang diberikan pada 1 minggu setelah tanam (MST) dan untuk pemupukan kedua dan ketiga diberikan 37.5 kg N/ha pada 5 MST dan 9 MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan. Pemberian air dilakukan hingga panen. Pengairan dan penggenangan awal dilakukan dengan menjaga tinggi muka air yang dipertahankan 2.5 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dan Analisis Data Pengamatan non destruktif dilakukan pada 5 tanaman contoh dalam satu unit percobaan, sedangkan pengamatan destruktif dilakukan pada 1 tanaman contoh. Peubah pengamatan penelitian ini antara lain: a. Karakter morfologi yang terdiri dari: tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang, jumlah anakan, setiap minggu sejak 3 MST sampai 8 MST, dan persentase anakan produktif saat panen. b. Luas daun dan jumlah daun yang diukur dengan alat Licor 3000, indeks luas daun dan nilai SPAD pada saat 6 MST dan berbunga. c. Bobot kering tajuk (g) pada saat 6 MST, berbunga dan panen yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60 o C selama 72 jam. d. Komponen hasil dan hasil (panen pada kondisi 85% gabah pada malai masak kuning, waktu panen tergantung varietas): jumlah malai, panjang malai dan batang; jumlah dan presentase gabah isi, isi tidak penuh dan hampa per rumpun; bobot dan persentase gabah isi, isi tidak penuh dan hampa per rumpun (g); bobot per 1000 butir (g) dilakukan dengan menimbang butiran gabah yang telah dijemur sampai kadar air mencapai 13%. Indeks panen ditentukan berdasarkan persamaan: indeks panen = bobot kering gabah/bobot kering tajuk.

e. Peubah destruktif yang dilakukan saat tanaman berumur 6 MST, berbunga dan saat panen, terdiri dari: laju pertumbuh tanaman (LPT) yang ditentukan dengan menimbang berat kering tanaman dengan rumus (1) (Fitter dan Hay 1998); laju asimilasi bersih (Net Assimilation Rate) yang ditentukan dengan menimbang berat kering tanaman dengan rumus (2) (Vernon dan Allison 1963)....(1) 7 Keterangan:...(2) W 1 = Total berat kering tanaman pada pengamatan T 1 W 2 = Total berat kering tanaman pada pengamatan T 2 T 1 = Waktu pengamatan pertama (HST) T 2 = Waktu pengamatan kedua (HST) A 1 = Luas daun pada pengamatan T 1 A 2 = Luas daun pada pengamatan T 2 Hasil pengamatan tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan sidik ragam taraf kesalahan 5% dan apabila pengaruh perlakuan nyata, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SAS. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem penyekatan yang diterapkan pada rumah plastik berhasil meningkatkan suhu maksimum pada plot T2 dengan peningkatan suhu harian ratarata hingga mencapai 1.7 o C dibandingkan dengan suhu dalam rumah plastik plot T1. Rata-rata suhu maksimum yang dapat dihasilkan pada siang hari selama masa penelitian mencapai 37.6 o C pada perlakuan plot T2, sedangkan rata-rata suhu maksimum pada T1 adalah 35.0 o C (Gambar 1). Pencatatan suhu dimulai sejak awal tanam hingga panen seluruh tanaman selesai dilakukan. Ambang batas suhu udara yang dapat menyebabkan pengaruh buruk suhu tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi padi adalah di atas 35 o C. Suhu di atas 35 o C ini merupakan suhu kritis bagi stadia keluarnya bunga (antesis), yang pada akhirnya akan menyebabkan persentase sterilitas menjadi tinggi. Pada stadia reproduktif dan pemasakan gabah, suhu tinggi ini akan menyebabkab gabah menjadi mengapur, jumlah gabah berkurang dan bobot gabah isi menurun (Yoshida 1981; Sun dan Huang 2011). Suhu di dalam rumah plastik pada penelitian ini dapat mencapai lebih dari 35 o C. Plot T1 memiliki suhu rata-rata di atas 35 o C pada pukul 11.30 sampai 12.30, sedangkan pada plot T2 batas suhu ini sudah dimulai pada pukul 09.30 sampai 13.30.

00.30 01.30 02.30 03.30 04.30 05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30 19.30 20.30 21.30 22.30 23.30 Suhu ( o C) 00.30 01.30 02.30 03.30 04.30 05.30 06.30 07.30 08.30 09.30 10.30 11.30 12.30 13.30 14.30 15.30 16.30 17.30 18.30 19.30 20.30 21.30 22.30 23.30 Suhu ( C) 8 40 38 36 T1 34 T2 32 30 28 26 24 22 Waktu Gambar 1 Rata-rata suhu udara di dalam rumah plastik selama masa penelitian Selain itu, juga dilakukan pengamatan pada suhu tanah pada penelitian ini. Suhu tanah tertinggi tercatat pada pukul 17.30 untuk kedua perlakuan. Suhu pada perlakuan T2 dapat mencapai suhu maksimum 28.18 o C, sedangkan pada T1 mencapai 27.98 o C (Gambar 2). Suhu tanah yang optimum bagi tanaman akan meningkatkan pertumbuhan dan berat kering akar dengan meningkatkan laju fotosintesis, hal ini akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk memfiksasi karbon yang sebagian akan ditranslokasi ke bagian bawah tanah tanaman untuk mempertahankan pertumbuhan akar baru. Selain itu, laju reaksi enzimatik, pembelahan dan perkembangan sel dipengaruhi langsung oleh suhu (Pregitzer dan King 2005). Suhu tanah di atas 36.5 o C terutama pada saat stadia pembungaan akan mempengaruhi produksi, kualitas gabah dan pertumbuhan tanaman (Arai- Sanoh et al. 2010). 29 28 27 T1 T2 26 Waktu Gambar 2 Rata-rata suhu tanah petakan di dalam rumah plastik selama masa penelitian

Pengamatan jumlah anakan dan tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali yang dimulai dari usia 3 MST dan dihentikan pada 8 MST karena sudah terdapat varietas padi yang telah mencapai fase generatif. Fase vegetatif tanaman padi mencapai maksimum saat terjadinya inisiasi bunga (Shrivastava 2012), untuk selanjutnya memasuki fase generatif. Faktor tunggal perlakuan suhu dan interaksi suhu dengan varietas tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman pada 8 MST, sedangkan varietas mempunyai perbedaan sangat nyata pada peubah tersebut (Tabel 1). Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan suhu tidak memberikan tekanan terhadap pertumbuhan vegetaif tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Julia dan Dingkuhn (2013) yang menyatakan bahwa perlakuan suhu tinggi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman. Tabel 1 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah anakan dan tinggi tanaman pada 8 MST Perlakuan Jumlah anakan Tinggi tanaman (cm) Suhu T1 6.5 90.8 T2 6.9 89.5 Varietas IR64 8.6 a 86.3 b Ciherang 6.5 cd 84.5 b IPB-3S 3.7 e 107.5 a Way Apo Buru 7.2 bc 85.4 b Jatiluhur 5.2 d 107.3 a Menthik Wangi 7.5 abc 74.9 c Silugonggo 8.2 ab 84.9 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Penggunaan 7 varietas yang berbeda menghasilkan pertambahan jumlah anakan dan tinggi tanaman yang berbeda sangat nyata antar varietas. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik masing-masing varietas. Varietas IR64 memiliki jumlah anakan yang berbeda sangat nyata lebih tinggi dari seluruh varietas lain, sedangkan Varietas IPB-3S memiliki jumlah anakan yang berbeda sangat nyata lebih rendah dibandingkan varietas lain. Varietas IPB-3S hanya memiliki jumlah anakan sebanyak 3.7, sedangkan varietas IR64 dapat memiliki jumlah anakan yang nyata lebih tinggi mecapai 8.6 anakan. Varietas IPB-3S merupakan varietas tertinggi yang dapat mencapai 107.5 cm, sedangkan Menthik Wangi merupakan varietas dengan ketinggian terendah yang hanya mencapai 74.9 cm (Tabel 1). Berdasarkan nilai sidik ragam peubah jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada 6 MST dan pada saat berbunga menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan peningkatan suhu dan interaksinya dengan varietas (Lampiran 9). Perbedaan varietas memiliki perbedaan yang nyata hanya pada peubah jumlah daun per rumpun pada saat 6 9

10 MST (Tabel 2). Jumlah daun pada usia 6 MST berkisar 20.1 hingga 36.6 helai, dengan varietas silugonggo yang memiliki jumlah daun terbanyak. Luas daun secara linear akan berhubungan dengan suhu meristem daun, dan hubungan yang linear juga akan terjadi antara luas daun per anakan dengan jumlah bulir per malai pada anakan tersebut. Pada umumnya, lebih tinggi suhu meristem daun akan menghasilkan luas daun yang lebih lebar dan jumlah bulir per malai yang lebih banyak (Stuerz et al. 2014). Meskipun terjadi peningkatan jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada penelitian ini, namun nilainya tidak berpengaruh nyata menurut analisis statistik. Tabel 2 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada 6 MST Perlakuan Jumlah daun per rumpun Luas daun per rumpun (cm 2 ) Indeks luas daun Suhu T1 30.3 801.3 1.78 T2 31.4 805.7 1.79 Varietas IR64 36.2 a 865.4 1.92 Ciherang 33.4 ab 703.4 1.56 IPB-3S 20.1 c 736.8 1.64 Way Apo Buru 31.5 ab 739.9 1.64 Jatiluhur 25.1 bc 892.3 1.98 Menthik Wangi 33.1 ab 851.9 1.89 Silugonggo 36.6 a 834.8 1.85 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Varietas memiliki perbedaan yang nyata pada peubah jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luan daun pada saat tanaman berbunga (Tabel 3). Hal ini dimungkinkan oleh perbedaan karakteristik daun yang berbeda antar varietas (Lampiran 1-7). Varietas IR64 memiliki jumlah daun terbanyak, yakni 45.7 helai. Varietas Menthik Wangi merupakan varietas yang memiliki nilai tertinggi untuk peubah luas daun per rumpun, yakni 1351.4 cm 2. Nilai yang tinggi pada peubah jumlah daun per rumpun dan luas daun pada saat berbunga varietas Menthik Wangi akan sangat berpengaruh terhadap semakin meningkatnya nilai indeks luas daun pada varietas tersebut yang dapat mencapai 3.00. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa indeks luas daun secara nyata berkorelasi positif dengan jumlah dan bobot gabah total per rumpun (Lampiran 11). Hal tersebut akan meningkatkan luasan kanopi untuk fotosintesis yang memfasilitasi peningkatan pengisian bulir pada padi. Hasil bulir saat panen akan meningkat dengan peningkatan indeks luas daun hingga nilai optimum (Jing et al. 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Shiratsuchi et al. (2007) yang menyatakan bahwa nilai indeks luas daun memiliki korelasi positif dan sangat nyata mempengaruhi jumlah bulir dalam satu anakan.

Tabel 3 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah daun per rumpun, luas daun per rumpun dan indeks luas daun pada saat berbunga Perlakuan Jumlah daun per rumpun Luas daun per rumpun (cm 2 ) Suhu T1 39.2 1201.8 2.67 T2 36.9 1063.7 2.36 11 Indeks luas daun Varietas IR64 45.7 a 1290.6 a 2.87 a Ciherang 39.9 ab 955.9 c 2.12 c IPB-3S 22.4 c 1007.1 bc 2.24 bc Way Apo Buru 40.4 ab 936.5 c 2.08 c Jatiluhur 35.5 b 1248.7 ab 2.78 ab Menthik Wangi 42.6 ab 1351.4 a 3.00 a Silugonggo 40.0 ab 1138.6 abc 2.53 abc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu dan interaksinya dengan varietas tidak memberikan pengaruh terhadap peubah nilai SPAD pada saat 6 MST dan berbunga, namun varietas mempunyai perbedaan yang sangat nyata pada peubah SPAD saat berbunga (Tabel 4). Hal ini dimungkinkan oleh perbedaan karakteristik daun yang berbeda antar varietas. Varietas IR-64 memiliki nilai SPAD yang tertinggi dibandingkan varietas lain pada saat fase berbunga. Nilai SPAD dan kandungan klorofil sangat dipengaruhi oleh umur tanaman, genotipe (varietas) dan ketebalan daun (Jinwen et al. 2011). Tabel 4 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap nilai SPAD daun Perlakuan SPAD 6 MST SPAD berbunga Suhu T1 38.62 40.33 T2 39.57 39.70 Varietas IR64 40.31 43.69 a Ciherang 38.67 38.08 bc IPB-3S 38.43 39.49 bc Way Apo Buru 39.54 40.19 b Jatiluhur 38.59 38.09 bc Menthik Wangi 37.39 37.62 c Silugonggo 40.72 42.94 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C.

12 Peningkatan suhu yang diberikan secara tunggal tidak mempengaruhi berat kering tajuk pada saat 6 MST, berbunga dan panen (Tabel 5). Berat kering mencapai maksimum pada saat stadia panen. Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada peubah berat kering tajuk pada stadia berbunga dan panen (Lampiran 9). Varietas Menthik Wangi memiliki berat kering tajuk tertinggi pada kedua stadia tersebut. Hal ini dapat diakibatkan karena karakter tanaman yang memiliki luas daun tertinggi dibandingkan varietas lain. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa indeks luas daun berkorelasi positif dengan bobot tajuk saat panen (Lampiran 11). Peningkatan berat kering terjadi secara signifikan pada varietas ini dari 6 MST menuju stadia berbunga hingga mencapai lebih dari tiga kali lipat. Hal ini sesuai dengan penelitian Prasad et al. (2006) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata dari suhu tinggi terhadap bobot tajuk tanaman. Dong et al. (2014) juga menyatakan bahwa penurunan secara nyata pada bobot tajuk hingga mencapai 24.9% akan terjadi apabila dilakukan peningkatan suhu sebesar 3 C karena hal tersebut akan memicu penurunan laju fotosintesis dan meningkatkan respirasi tanaman. Turunnya laju fotosintesis ini terjadi karena adanya penurunan kandungan klorofil a dan b, yang akan secara nyata menghasilkan penurunan akumulasi berat kering pada tajuk, terutama pada saat setelah stadia pembungaan. Tabel 5 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot tajuk pada saat 6 MST, berbunga dan panen Perlakuan Bobot tajuk 6 MST (g) Bobot tajuk berbunga (g) Suhu T1 4.58 12.83 15.94 T2 4.57 11.68 14.89 Bobot tajuk panen (g) Varietas IR64 4.64 9.88 d 12.68 c Ciherang 4.03 12.08 bcd 16.85 ab IPB-3S 4.71 13.43 abc 15.54 abc Way Apo Buru 4.13 10.80 cd 12.25 c Jatiluhur 4.81 14.65 ab 18.36 a Menthik Wangi 5.10 15.71 a 18.84 a Silugonggo 4.60 9.23 d 13.38 bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu dan varietas secara tunggal serta interaksinya tidak mempengaruhi nilai peubah LPT pada saat 6 MST sampai berbunga dan pada stadia berbunga hingga panen (Tabel 6). Hal ini dapat dimungkinkan karena nilai berat kering tajuk pada stadia tersebut juga tidak terpengaruh oleh perlakuan suhu. Roy et al. (2012) menyatakan bahwa peningkatan biomass diperoleh dari peningkatan laju fotosintesis dan asimilasi bersih tanaman, sedangkan Lu et al.

(2013) menyatakan bahwa laju fotosintesis tanaman padi tidak dipengaruhi oleh perlakuan peningkatan suhu dari 32 C hingga 41 C. Tabel 6 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT) dan Net Assimilation Rate (NAR) Perlakuan LPT 6 MST-berbunga (g hari -1 ) LPT berbunga-panen (g hari -1 ) NAR 6 MSTberbunga (g m -2 hari -1 ) Suhu T1 0.38 0.44 0.18 T2 0.32 0.30 0.15 Varietas IR64 0.33 0.19 0.14 Ciherang 0.32 0.48 0.18 IPB-3S 0.38 0.40 0.21 Way Apo Buru 0.31 0.21 0.16 Jatiluhur 0.40 0.52 0.17 Menthik Wangi 0.38 0.41 0.16 Silugonggo 0.31 0.39 0.14 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Interaksi perlakuan suhu dan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase anakan produktif. Varietas Ciherang dan Menthik Wangi merupakan varietas yang mengalami penurunan persentase anakan produktif secara nyata akibat peningkatan suhu, yaitu sebesar 34.8% pada varietas Ciherang, dan 21.6% pada varietas Menthik Wangi (Tabel 7). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa persentase anakan produktif akan berkorelasi positif dengan jumlah dan bobot gabah total per rumpun serta indeks panen padi (Lampiran 11). Hasil ini memberikan informasi yang sangat penting terhadap penanaman padi di Indonesia, karena varietas Ciherang merupakan varietas dengan areal pertanaman terluas yang banyak ditanam oleh petani. Tabel 7 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase anakan produktif Varietas Suhu T1 T2 IR64 73.5 abc 73.4 abc Ciherang 92.4 a 57.6 c IPB-3S 91.5 a 85.0 ab Way Apo Buru 77.2 abc 69.7 bc Jatiluhur 86.2 ab 69.5 bc Menthik Wangi 86.0 ab 64.4 c Silugonggo 69.1 bc 74.6 abc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. 13

14 Perlakuan suhu secara tunggal dan interaksinya dengan varietas tidak berpengaruh terhadap peubah jumlah malai per rumpun, panjang batang dan panjang malai tanaman padi (Tabel 8). Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada ketiga peubah tersebut. Varietas Silugonggo menghasilkan jumlah terbanyak untuk peubah jumlah malai per rumpun, yakni 7.7 malai. Panjang batang tertinggi dihasilkan oleh varietas Jatiluhur dengan panjang 90.16 cm dan panjang malai terpanjang dihasilkan oleh varietas IPB-3S dengan panjang 28.47 cm. Tabel 8 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah malai per rumpun, panjang batang dan panjang malai Perlakuan Jumlah malai per rumpun Panjang batang (cm) Panjang malai (cm) Suhu T1 5.9 68.25 23.68 T2 5.7 66.69 22.66 Varietas IR64 7.0 ab 56.65 ed 21.03 c Ciherang 4.9 cd 62.05 d 21.80 c IPB-3S 3.5 d 77.78 b 28.47 a Way Apo Buru 7.1 ab 57.98 de 21.92 c Jatiluhur 4.9 cd 90.16 a 23.31 bc Menthik Wangi 6.0 bc 72.02 c 24.35 b Silugonggo 7.7 a 55.67 e 21.30 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah hampa per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun dan total gabah per rumpun, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun dan interaksinya dengan perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata (Tabel 9). Berdasarkan hasil penelitian Mohammed dan Tarpley (2010), diperlukan peningkatan suhu sebesar 5 o C agar dapat meningkatkan jumlah gabah hampa, sedangkan dalam penelitian ini peningkatan suhu yang terjadi tidak mencapai angka tersebut. Supijatno et al. (2012) menyatakan bahwa suhu yang tinggi dalam rumah plastik dapat menyebabkan tingginya tingkat kehampaan. Cekaman suhu tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan laju respirasi dan penurunan transfer fotosintat menuju gabah sebagai akibat kerusakan membran. Fu et al. (2008) menyatakan bahwa proses diferensiasi pembentukan biji akan sempurna pada saat stadia pembungaan dan penurunan jumlah total biji gabah yang dihasilkan dari tanaman yang mengalami cekaman suhu tinggi selama periode ini dapat disebabkan oleh kerusakan gabah tersebut. Perlakuan peningkatan suhu dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa kerusakan gabah tersebut bukan terjadi karena pengaruh suhu tinggi selama stadia pembungaan.

Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa jumlah gabah total per rumpun berkorelasi positif dengan bobot tajuk saat panen, indeks luas daun dan LPT saat tanaman berbunga (Lampiran 11). Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya jumlah gabah total per rumpun akan secara nyata dipengaruhi oleh tingginya bobot tajuk tanaman, indeks luas daun dan LPT tanaman. Sedangkan dalam penelitian ini, perlakuan peningkatan suhu tidak berpengaruh terhadap ketiga peubah yang berkorelasi positif terhadap jumlah gabah total per rumpun tersebut. Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada peubah jumlah gabah isi tidak penuh, jumlah gabah isi dan jumlah total gabah per rumpun, namun tidak berbeda pada peubah jumlah gabah hampa per rumpun (Tabel 9). Varietas IPB-3S menghasilkan jumlah terbanyak untuk peubah jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun, yakni 58.4 butir. Jumlah gabah isi dan total gabah per rumpun terbanyak dihasilkan oleh varietas Jatiluhur, yakni 509.0 dan 766.7 butir. Jumlah gabah total per rumpun yang tinggi pada varietas Jatiluhur sangat dipengaruhi oleh karakteristik varietas ini yang memiliki indeks luas daun dan laju pertumbuhan tanaman yang tinggi dibandingkan varietas lain. Tabel 9 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap jumlah gabah hampa, jumlah gabah isi tidak penuh, jumlah gabah isi dan jumlah gabah total per rumpun Perlakuan Jumlah gabah hampa per rumpun Jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun Jumlah gabah isi per rumpun 15 Jumlah gabah total per rumpun Suhu T1 194.5 49.8 A 351.5 594.0 T2 182.3 34.2 B 307.0 522.7 Varietas IR64 160.7 28.4 b 277.5 b 466.0 bc Ciherang 143.2 53.1 ab 237.4 b 433.2 c IPB-3S 222.4 58.4 a 348.9 b 629.8 ab Way Apo Buru 214.6 27.4 b 305.4 b 546.1 bc Jatiluhur 211.0 46.7 ab 509.0 a 766.7 a Menthik Wangi 179.1 51.3 ab 319.5 b 544.4 bc Silugonggo 187.9 28.4 b 306.8 b 522.1 bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Perlakuan suhu, varietas dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh terhadap persentase jumlah gabah hampa dan persentase jumlah gabah isi per rumpun (Tabel 10). Hal ini dimungkinkan karena tidak terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan suhu dan varietas terhadap jumlah gabah hampa dan isi per rumpun pada Tabel 9. Persentase jumlah gabah hampa, isi tidak penuh dan isi diperoleh dengan membaginya dengan jumlah gabah total per rumpun.

16 Tabel 10 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah hampa dan jumlah gabah isi per rumpun Perlakuan Persentase jumlah gabah hampa per rumpun Persentase jumlah gabah isi per rumpun Suhu T1 32.84 58.77 T2 34.62 58.96 Varietas IR64 34.23 59.99 Ciherang 32.73 56.49 IPB-3S 35.41 54.99 Way Apo Buru 37.52 57.49 Jatiluhur 27.36 66.47 Menthik Wangi 31.25 59.59 Silugonggo 37.63 57.00 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Interaksi perlakuan suhu dan varietas berpengaruh terhadap persentase jumlah gabah isi tidak penuh, walaupun hanya varietas Ciherang yang menunjukkan penurunan nyata secara statistik (Tabel 11). Varietas Ciherang mengalami penurunan persentase jumlah gabah isi tidak penuh secara nyata sebanyak 9.7%. Respon tanaman terhadap cekaman suhu tinggi dapat berupa percepatan laju pertumbuhan gabah, hal ini dapat memacu pemendekan waktu akumulasi bahan kering dan menyebabkan hasil gabah yang diproduksi akan berukuran lebih kecil dan berisi tidak penuh atau sempurna (Zakaria et al. 2002). Tabel 11 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap persentase jumlah gabah isi tidak penuh per rumpun Varietas Suhu T1 T2 IR64 5.36 bc 6.19 bc Ciherang 15.64 a 5.90 bc IPB-3S 9.74 b 9.46 b Way Apo Buru 6.95 bc 3.01 c Jatiluhur 6.90 bc 5.44 bc Menthik Wangi 9.09 b 9.23 b Silugonggo 5.04 bc 5.70 bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Bobot gabah hampa, gabah isi tidak penuh, gabah isi dan total bobot gabah per rumpun pada saat panen tidak dipengaruhi oleh perlakuan suhu dan interaksinya dengan varietas. Varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada

peubah bobot gabah isi dan bobot gabah total per rumpun (Tabel 12). Hasil ini megindikasikan bahwa peningkatan suhu dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap penurunan hasil gabah saat panen. Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, terdapat korelasi positif antara total bobot gabah per rumpun dengan indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, jumlah gabah total dan bobot gabah isi per rumpun (Lampiran 11). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan atau peningkatan total bobot gabah per rumpun akan secara nyata dipengaruhi oleh penurunan atau peningkatan indeks luas daun, laju pertumbuhan tanaman, jumlah gabah total dan bobot gabah isi per rumpun. Sedangkan dalam penelitian ini, keempat peubah yang berkorelasi tersebut tidak dipengaruhi oleh adanya perlakuan peningkatan suhu. Tabel 12 Pengaruh suhu dan varietas padi terhadap bobot gabah hampa, bobot gabah isi tidak penuh, bobot gabah isi dan total bobot gabah per rumpun Perlakuan Bobot gabah hampa per rumpun Bobot gabah isi tidak penuh per rumpun Bobot gabah isi per rumpun 17 Total bobot gabah per rumpun Suhu T1 0.82 0.60 8.13 9.54 T2 0.69 0.39 6.65 7.72 Varietas IR64 0.58 0.28 5.89 b 6.75 c Ciherang 0.56 0.57 5.48 b 6.60 c IPB-3S 1.00 0.73 8.70 ab 10.43 ab Way Apo Buru 0.78 0.33 6.38 b 7.48 bc Jatiluhur 0.81 0.54 11.74 a 13.09 a Menthik Wangi 0.78 0.56 7.77 b 9.10 bc Silugonggo 0.79 0.45 5.75 b 6.98 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing-masing perlakuan suhu dan varietas tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α 5%. T2= T1+1.7 C. Hal ini juga dimungkinkan karena sistem rancangan peningkatan suhu yang dibuat dalam penelitian ini tidak berjalan secara stabil selama 24 jam. Keberhasilan penelitian Shah et al. (2014) dalam mengamati pengaruh peningkatan suhu terhadap penurunan hasil produksi padi yang sangat signifikan dihasilkan dengan menerapkan peningkatan suhu secara buatan selama 24 jam. Perlakuan ini dapat menghasilkan peningkatan suhu yang lebih terakumulasi selama 1 hari dan dapat menghasilkan suhu malam yang tinggi yang juga memegang peranan penting dalam menurunkan hasil tanaman padi. Perlakuan perbedaan suhu secara tunggal dan interaksinya dengan varietas tidak mempengaruhi persentase bobot gabah hampa, persentase bobot gabah isi tidak penuh dan persentase bobot gabah isi per rumpun, namun varietas memiliki perbedaan yang sangat nyata pada peubah persentase bobot gabah isi tidak penuh dan bobot gabah isi per rumpun (Tabel 13). Hal ini dapat terjadi karena perlakuan