BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa kali sampai akhirnya melembaga menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada

dokumen-dokumen yang mirip
Abstrak. Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Agresivitas, Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. angkatan bersenjata untuk menjaga keamanan dan kedaulatannya 1. Karena itu

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

I. PENDAHULUAN. mejalani kehidupan dengan baik tanpa adanya komunikasi. Menurut Carl I.Hovland,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

PEMECATAN PRAJURIT TNI

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perdamaian regional dan internasional (UU Nomor 34 Tahun 2004).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI STRES DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA TNI AD. Skripsi

BUPATI BURU. Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI PROVINSI BALI

PELAKSANAAN HUKUM DISIPLIN PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA PADA KOMANDO DISTRIK MILITER 0304/AGAM DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh : NOVIALDI ZED

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1991 TENTANG ASURANSI SOSIAL ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi keberlangsungan dan keutuhan Negara Kesatuan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial

I. PENDAHULUAN. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan salah satu satuan pertahanan yang

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENHAN. Kesehatan. Pelayanan. Tertentu. Operasional.

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

KEPANGKATAN MILITER/POLISI DALAM ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1973 Tanggal 21 Mei 1973

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Indonesia terbentuk pada tahun 1945, dan mengalami perubahan nama beberapa kali sampai akhirnya melembaga menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1947 (Kadi, 2000). TNI sendiri dibagi menjadi 3 bagian yaitu Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Setiap bagian memiliki tugas masing-masing yaitu: TNI AU bertugas menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia, TNI AL bertugas menjaga kedaulatan wilayah laut Indonesia, TNI AD bertugas menjaga kedaulatan wilayah darat Indonesia (tni.mil.id, 2014). TNI AD sebagai lembaga militer mempunyai fungsi yang sama dengan lembaga militer lainnya di dunia. Sebagai bagian dari TNI tugas pokok TNI AD yang diresmikan pada tanggal 15 Desember 1945 (Hari Juang Kartika) adalah, menegakkan kedaulatan negara mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan wilayah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Kadi, 2000). Anggota TNI AD adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam perundang-undangan yang kemudian dididik dan dilatih untuk menjadi seorang prajurit TNI AD, dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan serta bertugas untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada wilayah (matra) darat (UU TNI No.34 Tahun 2004). Menjadi anggota TNI AD merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi diri seseorang 1

2 yang telah memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada NKRI. Pemikiran di kalangan anggota TNI AD merasa bahwa hanya pandangan dan pendapatnya saja yang benar yang harus diikuti oleh orang lain, sehingga memunculkan kesan bahwa seolah-olah TNI AD adalah golongan tersendiri dengan hak-hak previlege (istimewa) melebihi hak-hak warga negara lainnya (Kadi, 2000). Menurut pandangan para anggota TNI AD menjadi seorang anggota TNI AD memiliki status yang berbeda dengan masyarakat sipil atau umum lainnya, hal ini dikenal dalam kalangan anggota TNI AD dirinya biasa disebut anggota, sedangkan masyarakat umum yang bukan seorang anggota TNI AD disebut sebagai orang sipil (Widihardjo, 2007). Institusi militer memiliki perbedaan dengan institusi lainnya karena militer memiliki ciri khusus dan keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya, termasuk masyarakat sipil (Widihardjo, 2007). Para anggota TNI AD umumnya merasa dirinya sebagai warga negara kelas satu, sejumlah norma hukum dan peraturan yang berlaku bagi masyarakat sipil tidak berlaku atau tidak dapat diperlakukan terhadap anggota TNI AD (Kadi, 2000). Pandangan tersebut menyebabkan anggota TNI AD cenderung merasa ingin lebih dihargai dan dihormati oleh orang-orang sipil lainnya yang ada disekitarnya dimanapun berada. Para anggota TNI AD sebelum menjadi seorang anggota TNI AD tentunya melalui beberapa tahapan-tahapan proses seleksi untuk dapat menjadi seorang anggota TNI AD, dan pasti melalui masa pendidikan awal sebagai calon prajurit yang seluruhnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 Tahun 2010, tentang administrasi prajurit TNI. Anggota TNI AD dalam masa pendidikannya selalu ditanamkan nilai-nilai yang wajib dimiliki oleh setiap anggota TNI AD, diantaranya: jiwa korsa, disiplin tinggi, semangat pantang menyerah, tegas, dan berwibawa. Anggota TNI AD juga diberikan latihan fisik yang sangat keras selama masa pendidikannya sehingga membentuk diri para anggota TNI AD untuk menjadi pribadi dengan fisik yang sehat, tangguh, dan kuat, agar dapat mendukung tugasnya

3 sebagai anggota TNI AD yang secara tertulis diatur dalam Doktrin TNI Tridarma Ekakarma (Perpang/45/VI/2010). Pola pendidikan militer yang selama ini diterapkan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya prajurit, agar setiap prajurit memiliki disiplin tinggi, jasmani yang kuat, serta tetap berjiwa Pancasila, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit (Kecik, 2009). Menurut Shandisy (Az-Zaghul, 2004) pendidikan kemiliteran merupakan program yang berkaitan dengan masalah penyadaran dan pengarahan mental, persiapan jiwa, kedisiplinan, dan korp militer. Anggota TNI AD juga dilengkapi dengan seragam, serta atribut yang anggota TNI AD miliki dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan kepadanya, yang dapat menunjukkan identitas diri para anggota TNI AD sebagai seorang anggota TNI AD (Kecik, 2009). Pakaian seragam dan tanda pangkat merupakan bagian dari simbol-simbol Angkatan Darat. Pakaian berperan besar dalam menentukan citra seseorang. Pakaian adalah cermin dari identitas, status, hirarki, dan gender yang memiliki nilai simbolik serta merupakan ekspresi cara hidup tertentu (Ahimsa, 2002). Pakaian juga mencerminkan sejarah, hubungan kekuasaan, serta perbedaan dalam pandangan sosial, politik, dan relegius. Pakaian adalah kulit sosial dan kebudayaan (Ahimsa, 2002). Hal ini menjadi pembeda antara anggota TNI AD dengan masyarakat sipil/umum lainnya. Para anggota TNI AD juga diberikan senjata, dan keahlian dalam menggunakan senjata, untuk dapat mendukung tugasnya sebagai seorang prajurit atau anggota TNI AD. Setelah menyelesaikan pendidikannya para anggota TNI AD akan menerima penempatan yang diterima dalam bentuk surat perintah, baik itu ditempatkan pada posisi staf maupun pasukan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Indonesia No. 39 Tahun 2010, tentang administrasi prajurit TNI. Anggota TNI AD harus selalu siap menerima apapun surat perintah yang diberikan kepada dirinya, terlepas dari perasaan puas maupun tidak puas, sesuai maupun tidak sesuai, kapanpun dan dimanapun ditugaskan maupun dipindahtugaskan (Kecik, 2000).

4 Seluruh anggota TNI AD tentunya akan kembali lagi ke lingkungan masyarakat, baik itu di lingkungan dinas TNI AD maupun dilingkungan masyarakat tempat dimana para anggota TNI AD tinggal dan berada (Octavian, 2012). Lingkungan dinas TNI AD yaitu, dimana setiap anggota TNI AD setelah masa pendidikan akan bergabung dengan kesatuan yang diterima dan didapatkan melalui surat perintah (Octavian, 2012). Selain itu, anggota TNI AD tentunya juga terlibat dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat secara umum, yaitu di masyarakat sekitar, dimana setiap anggota TNI AD akan berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum lainnya (Plattner & Diamond, 2000). Para anggota TNI AD, tentunya akan kembali ke lingkungannya masing-masing dengan masih memegang teguh nilai-nilai yang ditanamkan saat masa pendidikan (Stepan, 1996). Selesai masa pendidikan, anggota TNI AD dituntut harus mampu menyesuaikan diri, baik di dalam lingkungan dinas saat berinteraksi antara sesama anggota TNI AD, maupun dalam lingkungan sosial masyarakat saat berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum (Octavian, 2012). Anggota TNI AD akan banyak bertugas di darat dan berinteraksi dengan berbagai macam sifat dan kepribadian orang lain yang tentunya berbeda-beda, baik itu sesama anggota TNI AD maupun masyarakat sipil. Anggota TNI AD tentunya harus dapat menampilkan dan menunjukkan sikap yang tepat dan sesuai dengan situasi yang dihadapinya (Stepan, 1996). Jika anggota TNI AD tidak mampu berperilaku dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya, hal tersebut akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang akan terjadi, baik antara sesama anggota TNI AD maupun dengan masyarakat sipil atau umum (Stepan, 1996). Pergantian unsur pimpinan merupakan proses alamiah dalam konteks manajemen organisasi modern, karena itu mekanisme pergantian pejabat mengacu kepada prinsip yang saling berkait yaitu pengembangan personel dan organisasi (tni.mil.id, 2014). Intensitas

5 pemindahan tugas yang sering terjadi dalam institusi TNI AD menyebabkan seorang anggota TNI AD harus dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Komando Daerah Militer IX/UDAYANA (KODAM IX/UDAYANA), adalah suatu kesatuan daerah militer yang berada di wilayah teritorial yang cukup luas, yaitu mencakup wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Bali - Nusra), (kodamudayana.mil.id, 2014). Hal ini membuat KODAM IX/UDAYANA, memiliki jumlah anggota TNI AD yang cukup banyak, yang disesuaikan dengan wilayah teritorial yang dibawahi dan dijaga. Tentunya, dengan wilayah teritorial yang cukup luas tersebut, KODAM IX/UDAYANA, dituntut untuk mampu mengatur dan mengkoordinasikan para anggotanya untuk dapat bersikap sesuai dengan aturan dan kode etik yang berlaku yang tertuang dalam UU TNI No. 34 Tahun 2004. Termasuk dalam hal meminimalisir konflik yang dapat terjadi diantara para anggotanya tersebut, maupun antara anggota dengan masyarakat sipil atau umum lainnya. KODAM IX/UDAYANA, dituntut ekstra keras untuk dapat mengawasi serta memantau para anggotanya, yang berada di berbagai wilayah teritorial yang menjadi wilayah kekuasaanya (kodam-udayana.mil.id, 2014). Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia sendiri sering terjadi kekerasan yang melibatkan anggota TNI AD, diantaranya adalah kasus penganiayaan dan pembakaran seorang juru parkir di Taman Monumen Nasional (MONAS) yang bernama Yusri, yang dilakukan oleh seorang oknum anggota TNI AD yang bernama Prajurit Sartu (PRATU) Heri, anggota Tamtama Detasemen Markas Pusat Polisi Militer TNI AD (DENMAPUSPOM TNI AD), pada selasa, 24 Juni 2014, sekitar pukul 20.55 WIB (tempo.com, 2014). Selanjutnya adalah kasus penganiayaan seorang mahasiswi asal kota Lhokseumawe berinisial AS, yang mengalami luka tusukan di bagian leher, payudara, dan kepala yang dilakukan oleh pacarnya, seorang oknum anggota TNI AD berinisial Sersan Dua (SERDA) W, di Desa Alue Awe Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, minggu 18 Januari 2015, pada pukul 20.30 WIB (tempo.com, 2014).

6 Wilayah kesatuan KODAM IX/UDAYANA, di Bali tidak lepas dari berbagai konflik serta kasus kekerasan yang melibatkan para anggotanya. Berikut adalah berbagai peristiwa yang terjadi dalam wilayah KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Kasus yang pertama adalah, kasus penusukan warga disekitar Jalan Tukad Pancoran IV, Gg II Panjer, pada hari Sabtu, tanggal 23 Oktober tahun 2010 malam. Seorang mahasiswi Universitas Udayana (UNUD) yang bernama Nindi Yoristya Wanda, yang berusia 20 tahun ditikam oknum Intel dari KODAM IX/UDAYANA yang berinisial Serda FP, yang berusia 25 tahun, yang berasal dari asal Palembang (dnaberita.com, 2010). Kasus yang selanjutnya adalah, terkait dengan kasus penusukan yang dilakukan oleh seseorang di sebuah lokasi hiburan malam di kota Denpasar terhadap seorang anggota TNI AD, yang bernama Kapten Susanto. Hal ini terjadi pada hari Rabu, tanggal 1 Juli tahun 2012 (kompas.com, 2012). Berdasarkan beberapa kejadian diatas, tentunya hal ini bukan merupakan masalah yang biasa lagi, dan harus menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen masyarakat, terutama dari diri peneliti pribadi dahulu, kemudian instansi-instansi yang terkait, serta khususnya yaitu KODAM IX/UDAYANA, Bali. Sementara itu, dengan luasnya wilayah teritorial yang dibawahi oleh KODAM IX/UDAYANA, serta semakin banyaknya anggota TNI AD yang berada dalam kesatuan KODAM IX/UDAYANA, hal ini didukung oleh data statistik yang didapatkan oleh peneliti. Dilihat dari data statistik yang peneliti dapat dari Kepala Administrasi Personalia (KASIPES) KODAM IX/UDAYANA, yang menyebutkan bahwa jumlah anggota TNI AD yang masih aktif dan masih berdinas di KODAM XI/UDAYANA, Bali saat ini sebanyak 5747 personel. Dari data tersebut tentu tidak sedikit, dan perlu pengawasan yang cukup ketat agar para anggota TNI AD tersebut, tidak sampai melakukan perilaku yang mencerminkan tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan konflik atau permasalahan, serta melanggar kode etik sebagai seorang anggota TNI AD.

7 Dalam melaksanakan tugas dan perannya baik sebagai staf maupun pasukan, anggota TNI AD tidak pernah bisa lepas dari peran orang lain, baik itu antar sesama anggota, maupun dengan rakyat yaitu masyarakat sipil/umum. Anggota TNI AD akan kembali ke lingkungan dinas dan berinteraksi dengan sesama anggota TNI AD, serta lingkungan sosial masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum lainnya (Stepan, 1996). Anggota TNI AD harus dapat menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan baik, agar tidak menyebabkan konflik. Konflik-konflik yang muncul antar sesama anggota TNI AD, biasanya tidak lepas dari masalah sosial yang berkaitan dengan status dan kedudukan, baik itu pangkat maupun jabatan. Misalkan, konflik antara sesama anggota TNI AD yang memperebutkan jabatan di dalam kesatuan yang sama, saling menonjolkan pangkat yang dimiliki saat ini, siapa yang lebih tinggi, siapa yang lebih senior masuk di dalam kesatuan tersebut (Kecik, 2009). Jika kedua anggota TNI AD tersebut tidak mampu menyesuaikan diri sesuai dengan sikap yang harus dilakukan, di dalam lingkungan dinas tersebut, akan menimbulkan konflik antara sesama anggota TNI AD tersebut (Octavian, 2012). Konflik lainnya yang muncul adalah konflik-konflik yang muncul antara anggota TNI AD dengan masyarakat sipil atau umum, terkait dengan masalah pengakuan dirinya sebagai seorang anggota TNI AD, dan ketidaksesuaian antara ego seorang anggota TNI AD dengan kenyataan yang didapatkan ketika sedang berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum (Kecik, 2009). Misalkan, 2 orang anak yang berkelahi di sekolah, kedua orangtuanya dipanggil ke sekolah untuk saling bertemu, salah satu orangtua dari anak tersebut adalah anggota TNI AD, dan yang satu lagi orang tuanya adalah masyarakat sipil, ketika orangtua si anak yang merupakan seorang anggota TNI AD tersebut, tidak mampu menyesuaikan diri sesuai dengan sikap yang harus dilakukan, di dalam lingkungan sosial bermasyarakat tersebut, akan menimbulkan konflik antara kedua orangtua tersebut (Octavian, 2012).

8 Berdasarkan penjelasan diatas, tentunya anggota TNI AD, dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan baik setelah masa pendidikannya, serta mampu menempatkan diri dengan baik pada berbagai situasi yang dihadapinya (Stepan, 1996). Anggota TNI AD harus tepat dalam menentukan sikap yang harus dilakukan baik dalam lingkungan dinas, saat berinteraksi dengan sesama anggota TNI AD, maupun dalam lingkungan sosial atau masyarakat, saat berinteraksi dengan masyarakat sipil atau umum (Plattner, 2000). Hal ini dilakukan untuk dapat meminimalisir konflik yang dapat terjadi. Beberapa konflik yang telah dijelaskan sebelumnya tentunya berkaitan dengan agresivitas yang dimiliki oleh anggota TNI AD, yang telah ditanamkan dan dimiliki ketika masih dalam masa pendidikan, karena seorang anggota TNI AD memang dituntut untuk lebih berani untuk menunjang peran dan tugasnya sebagai prajurit penjaga kedaulatan NKRI (Kadi, 2000). Hal ini menyebabkan penulis berasumsi bahwa, agresivitas yang dimiliki oleh anggota TNI AD akan menimbulkan berbagai konflik baik di lingkungan dinas maupun di lingkungan sosial/masyarakat, tempat para anggota TNI AD tersebut berada setelah masa pendidikanya. Hal tersebut akan mudah terjadi apabila anggota TNI AD, tidak dapat melakukan penyesuaian diri, baik dalam lingkungan dinas maupun dalam lingkungan sosial bermasyarakatnya (Plattner, 2000). Berdasarkan hal tersebut kecenderungan akan terjadinya peningkatan konflik serta kasus tindakan kekerasan yang disebabkan oleh agresivitas dari anggota TNI AD, tentunya membutuhkan peran dari berbagai pihak, untuk dapat membantu dalam proses penyelesaian masalah ini, salah satunya dengan berbagai penelitian yang mengkaji terkait dengan masalah agresivitas pada anggota TNI AD. Hal inilah yang membuat ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA,di Bali. Hal ini tentunya menarik untuk dibahas karena belum banyak penelitian yang mengangkat terkait masalah ini. Selain itu, hal ini juga menjadi

9 tantangan tersendiri bagi peneliti untuk mendapatkan dan menggali informasi terkait dengan masalah tersebut. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang penelitian tersebut, agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA akan menyebabkan munculnya berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota TNI AD salah satunya disebabkan oleh kemampuan penyesuaian dirinya. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali. C. Keaslian Penelitian Hal-hal yang tertulis dalam penelitian ini baik dalam hal ide dan kerangka berpikir merupakan hasil pemikiran penulis atau peneliti sendiri, bukan merupakan sebuah peniruan terhadap penelitian-penelitian yang lain, ataupun penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini juga merupakan penelitian asli bukan penelitian peniruan (plagiat). Teori, pernyataan, pendapat dan hal-hal lain yang terdapat dalam penulisan penelitian ini telah ditulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah disebutkan di dalam daftar pustaka. Penelitian yang berjudul Hubungan Penyesuaian Diri Dengan Agresivitas Pada Anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, Di Bali merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Memang terdapat variabel yang sama atau serupa pada penelitian-penelitian sebelumnya, namun penelitian-penelitian tersebut bukan merupakan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Dalam studi literatur yang telah peneliti lakukan, ada beberapa penelitian yang membahas mengenai agresivitas dari angkatan bersenjata dan khususnya anggota TNI AD. Ada lima penelitian yang peneliti temukan, terdiri dari empat penelitian yang menggunakan metode

10 penelitian kuantitatif (studi hubungan) dan satu penelitian yang menggunakan metode kualitatif (deskriptif). Penelitian-penelitian tersebut yaitu, pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) dengan menggunakan studi hubungan (korelasi) product moment, kedua Ismaini (2013) dengan menggunakan studi hubungan (korelasi) product moment, ketiga Nurmalia (2010) dengan menggunakan studi hubungan multiple regression, keempat Mukarromah (2008) dengan menggunakan studi hubungan (korelasi) product moment, kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Andaru (2008) dengan menggunakan studi deskriptif. Perbedaan kelima penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel penelitiannya, yaitu ada satu penelitian yang menggunakan satu variabel penelitian, kemudian tiga penelitian yang menggunakan dua variabel, serta satu penelitian yang menggunakan satu variabel penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri memilih menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas penyesuaian diri dan variabel tergantung agresivitas. Dalam kelima penelitian tersebut tidak ada yang menggunakan variabel penyesuaian diri sebagai variabel bebasnya, ada penelitian yang menggunakan persepsi lingkungan kerja fisik, tipe kepribadian, kecerdasan emosional, frustasi dan solidaritas yang dihubungkan dengan agresivitas. Namun demikian, seluruh variabel tergantung dalam penelitian tersebut menggunakan variabel agresivitas, sama dengan peneliti. Dilihat dari subjek dan tempat penelitiannya, kelima penelitian tersebut selain menggunakan subjek anggota TNI yaitu tiga penelitian diantaranya Dewi (2013) Ismaini (2013), dan Andaru (2008), juga mengambil subjek angkatan bersenjata lainnya yaitu anggota POLISI yang dilakukan oleh Nurmalia (2010), dan Mukarromah (2008). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri berfokus pada subjek anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Tempat penelitian kelima penelitian yang didapatkan, seluruhnya dilaksanakan di Pulau Jawa tepatnya, sedangkan peneliti memilih subjek penelitian yaitu anggota TNI AD yang bertugas dan berdinas di KODAM IX/UDAYANA, di wilayah Bali.

11 Berdasarkan jumlah subjek dalam kelima penelitian tersebut, satu penelitian menggunakan dua orang subjek Andaru (2008), kemudian dua penelitian menggunakan 80 subjek Dewi (2013) dan Ismaini (2008), serta dua penelitian menggunakan 100 subjek Nurmalia (2010) dan Mukarromah (2008), sedangkan dari penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan minimal subjek sebanyak 400 subjek anggota TNI AD. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan juga berbeda, kelima penelitian tersebut menggunakan teknik purposive random sampling, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan teknik cluster random sampling. Hal ini dilakukan oleh peneliti terkait dengan jumlah wilayah kesatuan yang sangat luas dari KODAM IX/UDAYANA itu sendiri, sebagai salah satu pertimbangan yang dilakukan peneliti. Teknik analisis yang digunakan dalam lima penelitian tersebut, berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti. Berbagai teknik yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu, teknik analisis multiple regression Nurmalia (2010), teknik analisi descriptive analysis statistic Andaru (2008), dan teknik pearson product moment Dewi (2013), Ismaini (2013), dan Mukarromah (2008) hal ini disesuaikan juga dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh lima peneliti tersebut. Berbeda dengan kelima penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik spearman rank s correlation, hal ini dilakukan peneliti karena disesuaikan dengan tujuan penelitian dan kondisi yang ditemukan oleh peneliti di lapangan pada saat pelaksanaan penelitian ini. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan penyesuaian diri dengan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali, serta berapa besar variabel penyesuaian diri dapat menjelaskan variabel agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali.

12 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dan sumber informasi bagi ilmu pengetahuan bidang studi psikologi, khususnya psikologi kepribadian dan sosial mengenai hubungan antara penyesuaian diri dengan agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Selain itu, peneliti lain dapat menggunakan penelitian ini, untuk digunakan sebagai sumber referensi, bagi peneliti yang tertarik dengan judul penelitian yang mirip dengan topik penelitian ini, atau bagi peneliti yang ingin melakukan replikasi terhadap penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Peneliti berharap dari hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh instansi terkait, khususnya Kementerian Pertahanan dan Keamanan (MENHANKAM), untuk membuat rancangan teknik penanggulangan, untuk dapat mengendalikan agresivitas pada anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Berdasarkan data dari hasil temuan peneliti. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh Dinas Psikologi Angkatan Darat (DISPSIAD), untuk dapat digunakan sebagai data, yang menjadi acuan bagi DISPSIAD untuk membuat program-program tindak lanjut, untuk dapat mengurangi agresivitas pada anggota TNI AD di Indonesia, khususnya di KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh Detasemen Pembinaan Jasmani KODAM (DENBINJASDAM), khususnya KODAM IX/UDAYANA di Bali, sebagai pusat data untuk melakukan evaluasi guna untuk menanggulangi masalah-masalah terkait agresivitas TNI AD KODAM IX/UDAYANA, di Bali. Misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan, khususnya olahraga dan pembinaan jasmani, untuk para anggota TNI AD KODAM

13 IX/UDAYANA di Bali, agar dapat menyalurkan agresivitasnya melalui kegiatan olahraga tersebut. Harapan lainnya dari hasil dari penelitian ini, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan alat ukur (alat tes) psikologi terkait untuk mengukur hubungan antara penyesuaian diri dengan agresivitas anggota TNI AD KODAM IX/UDAYANA di Bali, bagi peneliti lainnya yang tertarik dengan topik-topik atau masalah-masalah seperti ini.