BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN

Prosiding 4th Seminar Nasional dan Call for Papers Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember Hal 47-58

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. daya saing yang tinggi untuk dapat bersaing dalam pasar global. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC),

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan. Total Factor Productivity (TFP) Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Memasuki industri pasar global menjadikan peluang pasar selalu

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pabrik-pabrik garmen sampai dengan tingkat UKM garmen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

TPT Bangkit. Kawi Boedisetio. Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil. Kawi Boedisetio.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang tentunya tidak akan dan tidak dapat mengasingkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

BAB I PENDAHULUAN. lebih bebas. Oleh karena itu, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan bersaing. negara ASEAN (Purwaningsih dan Kusuma, 2015).

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan UMKM di Jawa Timur Priode Uraian

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. implementasi perjanjian perdagangan bebas multilateral ASEAN-China Free

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Gelar Sepatu, Kulit dan Fesyen Merek Indonesia Mendunia Hadirin sekalian yang saya hormati,

PENGARUH BIAYA TRANSPORTASI DAN BIAYA PROMOSI TERHADAP HASIL PENJUALAN PADA PT. BATIK KERIS SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PENUTUPAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asean Economic Community (AEC) diberlakukan akhir 2015, Asean akan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PABRIK PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS, DEPOK, JAWA BARAT RABU, 27 MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

% BEA MASUK ACFTA / % ACFTA IMPORT DUTY % BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DARI CINA / % IMPORT DUTY ON GOODS IMPORTED FROM CHINA NO.

BAB I PENDAHULUAN. hutang. Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang semakin terbuka memaksa perusahaanperusahaan Indonesia untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis yang berasal dari negara lain. Oleh karena itu hanya perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan barang dan jasa dengan kualitas produk terbaik dan mampu menentukan strategi terbaik yang akan memenangkan persaingan secara global. Ini berarti perusahaan-perusahaan maupun UKM di Indonesia harus siap dengan segala tantangan maupun resiko yang akan ditemui akibat dari semakin mengglobalnya dunia dalam aspek bisnis. Globalisasi menunjukkan semakin meluasnya keterkaitan pelaku-pelaku ekonomi nasional, termasuk konsumen, produsen, pemasok dan pemerintah dari berbagai negara. Batasan-batasan pasar domestik dan internasional menjadi tidak relevan dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengembangkan profil usahanya ke luar negeri (Dunning, dalam Andriyani, 2005:2). Globalisasi dan bermunculannya usaha kecil dan menengah yang aktif secara internasional menjadi trend dunia saat ini (Knight, dalam Andriyani, 2005:2). Bangkitnya usaha kecil dan menengah ke dunia internasional menjadi trend yang penting karena UKM dapat menjadi pendorong pertumbuhan inovasi-inovasi produk pasar. Akan tetapi karena usahanya termasuk usaha kecil, maka banyak UKM yang tidak memiliki kapabilitas, kekuatan pasar, dan sumber daya seperti yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Faktor-faktor inilah yang menyulitkan mereka untuk bersaing secara global (Andriyani, 2005:2). 1

2 Perdagangan global menuntut para pelaku usaha termasuk UKM terlibat dalam kegiatan ekspor maupun impor untuk kepentingan memasok bahan baku maupun ekspansi pasar keluar negeri. Berikut data ekspor-impor Indonesia lima tahun terakhir. Tabel 1.1 Nilai Ekspor dan Impor Indonesia Lima Tahun Terakhir (2010-2014) TAHUN NILAI EKSPOR NILAI IMPOR (US $) (US $) 2010 157.779.103.470 135.663.284.048 2011 203.496.620.060 177.435.555.736 2012 190.031.845.244 191.691.001.109 2013 182.551.794.701 186.628.669.880 2014 161.671.358.423 163.744.310.592 Sumber : Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id/all_newtemplate.php) Dari data di atas menjelaskan nilai ekspor-impor pelaku usaha di Indonesia lima tahun terakhir. Data nilai ekspor menunjukkan kenaikan pada tahun 2011 sebesar 45.717.516.590 US$, namun di tahun selanjutnya terus menurun hingga tahun 2014 menjadi 161.671.358.423 US$. Data nilai impor menunjukkan kenaikan dari tahun 2010 hingga 2012, namun terus mengalami penurunan pada tahun 2012 hingga 2014. Nilai ekspor dari data di atas bila dibandingkan dengan nilai impor pada tahun 2012 hingga 2014 menunjukkan bahwa nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor. Hal ini menggambarkan kurang produktifnya pelaku usaha di Indonesia dalam melakukan kegiatan ekspor barang. Bila merujuk pada persaingan global, maka hal ini tentu saja menjadi tantangan dalam berbisnis dan tidak baik bagi atmosfer persaingan para pelaku usaha di Indonesia khususnya para pelaku UKM. Selain itu tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UKM di Indonesia adalah dengan disetujuinya ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diselenggarakan pada akhir tahun 2015, hal ini memaksa seluruh pelaku ekonomi lebih agresif dalam menjalankan bisnis yang

3 mereka kelola agar dapat memenangkan persaingan bebas. MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015. Dengan pencapaian tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Adanya aliran komoditi dan faktor produksi tersebut diharapkan membawa ASEAN menjadi kawasan yang makmur dan kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang merata, serta menurunnya tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial-ekonomi di kawasan ASEAN (Bustami, 2013:85). Dalam lingkup nasional, banyaknya UKM di Indonesia yang terus tumbuh setiap tahunnya akan menambah pula daya saing para pelaku UKM di Indonesia semakin ketat. Berikut data perkembangan UKM di Indonesia. Tabel 1.2 Perkembangan UKM Tahun 2010-2013 TAHUN JUMLAH UKM (UNIT) 2010 53.823.732 2011 55.206.444 2012 56.534.592 2013 57.895.721 Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM (www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=section &id=17:data-umkm&itemid=93) dan Harian Ekonomi Neraca (www.neraca.co.id/article/39432/koperasi-dan-umkm-dalam-angka) Menurut data tersebut menggambarkan perkembangan yang luar biasa dalam pertumbuhan bisnis UKM di Indonesia yang terus tumbuh setiap tahunnya. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian utama para pelaku UKM karena akan munculnya pesaing baru yang dapat berpengaruh kuat pada kegiatan dan perkembangan bisnis mereka.

4 UKM produk tekstil di Kota Bandung pun merasakan imbas dari pertumbuhan UKM yang signifikan di Indonesia dan terutama perdagangan global saat ini. UKM produk tekstil merupakan salah satu komoditi ekspor di Indonesia yang berada dibeberapa daerah termasuk Kota Bandung. UKM produk tekstil yang dimaksud di sini adalah UKM yang melakukan kegiatan mengolah bahan kain hingga menjadi pakaian jadi siap pakai. Karakteristik tersebut sangat cocok sekali dengan karakteristik yang dimiliki oleh bisnis Distribution Outlet (Distro), dimana hampir setiap distro di Kota Bandung mengolah bahan baku kain hingga menjadi pakaian jadi seperti kaos oblong, kemeja, kaos kerah, dll. Jalan Dalem Kaum No. 54 atau yang biasa dikenal sebagai Plaza Parahyangan dimana terdapat 450 pedagang yang berada dalam satu gedung tersebut merupakan pusat distro di Kota Bandung (www.plazaparahyangan.com/profile.htm). Plaza Parahyangan sangat cocok disebut sebagai pusat distro di Kota Bandung dan sebagai ikon distro Kota Bandung karena mampu menampung sebanyak 450 distro dan berada pada letak strategis yaitu berada tepat pada alun-alun Kota Bandung. Masyarakat Kota Bandung dikenal sebagai masyarakat yang kreatif, oleh karena itu produk tekstil pakaian jadi hasil produksi UKM produk tekstil atau distro di Kota Bandung sangat diminati oleh konsumen lokal, domestik, dan mancanegara. Setiap UKM produk tekstil berusaha untuk memperluas pasar mereka hingga luar negeri, ini berarti produk tekstil sebagai komoditi ekspor dapat berpeluang bersaing di pasaran luar. Komoditi tekstil dan produk tekstil Indonesia berdasarkan ekspor dengan Harmonize System (HS) 6 digit adalah sebagai berikut: Sumber : (www.beacukai.go.id/?page=apps/browse-tarif-dan-lartas.html dan www.egismy.wordpress.com/2008/04/18/bagian- ii- industri-tekstil-danproduk-tekstil-tpt-indonesia/) a. Serat (fibres), yaitu serat alami (silk, wool, cotton) dan serat buatan (man-made fiber). b. Benang (yarn), yaitu silk, wool, cotton, filament, dan staple fiber.

5 c. Kain (fabric), yaitu woven (silk, wool, cotton, filament, staple), felt, non-woven, woven file fabric, terry towelling fabric, gauze, tulle and others net fabric, lace, narrow woven fabric, woven badges and similar, braids in the piece, woven fabric of metal thread, embroidery, quilted textile product, impregnated, coated covered or laminated textile fabric, knitted fabric. d. Pakaian jadi (garment) dari knitted and non-knitted. e. Lainnya (others), yaitu carpet (floor covering, tapestry), wedding, thread cord, label, badges, braid & similar, house/tube textile, conveyor belt, textile product of technical uses, others made up textile articles. Komoditi di atas merupakan produk tekstil yang diekspor sebagai produk yang bersaing di luar negeri. Faktor terpenting yang menentukan ekspor adalah kemampuan dari suatu negara untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri (Sukirno, 2008). Pada tabel 1.3 akan digambarkan bagaimana kurangnya keunggulan bersaing yang dimiliki UKM produk tekstil Kota Bandung untuk menguasai pasar. Berikut data ekspor produk tekstil di Bandung. Tabel 1.3 Jumlah Ekspor Produk Tekstil di Bandung Tahun 2010-2013 TAHUN VOLUME NILAI (Kg) (US $) 2010 70.345.059,32 500.658.810,39 2011 89.552.999,86 468.557.483,44 2012 32.194.350,18 282.915.845,07 2013 25.477.324,20 164.524.236,01 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jabar dan BPS (www.bandungkota.bps.go.id) Data di atas menunjukkan ekspor produk tekstil yang terus menurun secara drastis dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Berdasarkan informasi yang sudah penulis simpulkan melalui wawancara kepada beberapa pelaku usaha, penurunan tersebut

6 terjadi karena para pelaku UKM produk tekstil di Kota Bandung kurang memperhatikan pasar sasaran mereka atau kurang aktif dalam menganalisis pasar sasaran mereka baik dalam hal keinginan pasar maupun pergerakan pesaing. Permasalahan tersebut ditambah lagi dengan teknologi mesin yang tidak secanggih teknologi mesin pesaing di luar negeri sehingga berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi, hal tersebut dikarenakan usaha yang dijalankan termasuk usaha dalam skala kecil sampai dengan menengah. Kurangnya perhatian dari pemerintah pun turut mempersulit para UKM produk tekstil di Kota Bandung untuk berspekulasi ke luar negeri karena kurangnya kebijakan yang mendukung usaha mereka dan kurang aktifnya pemerintah dalam memberikan informasi kepada pelaku usaha. Para pelaku UKM, khususnya UKM produk tekstil di Kota Bandung harus menentukan strategi terbaik yang harus digunakan oleh perusahaan mereka agar memiliki keunggulan bersaing. Menurut penelitian sebelumnya, terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi secara siginifikan keunggulan bersaing yaitu orientasi pasar dan inovasi produk (Dewi, 2006:68). Supranoto (2009:8) mengemukakan hal yang sama dalam penelitiannya bahwa orientasi pasar, inovasi produk, dan orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing. Berdasarkan pemaparan teori dan data yang ada maka penelitian ini mengkaji mengenai orientasi pasar dan inovasi produk terhadap keunggulan bersaing. Penelitian ini akan penulis beri judul Pengaruh Orientasi Pasar dan Inovasi Produk terhadap Keunggulan Bersaing UKM Produk Tekstil di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pelaku UKM produk tekstil di Bandung mengalami penurunan volume ekspor secara drastis setiap tahunnya dan mengalami kesulitan dalam mengembangkan bisnisnya baik pasar domestik maupun pasar mancanegara yang selanjutnya permasalahan tersebut

7 berdampak pada produksi dan nilai ekspor para pelaku UKM produk tekstil di Bandung. Melalui beberapa variabel yang diteliti yang mempengaruhi keunggulan bersaing, maka dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut : 1. Bagaimana orientasi pasar UKM produk tekstil di Bandung. 2. Bagaimana Inovasi Produk UKM produk tekstil di Bandung. 3. Bagaimana Keunggulan Bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 4. Berapa besar orientasi pasar berpengaruh terhadap keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 5. Berapa besar inovasi produk berpengaruh terhadap keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 6. Berapa besar orientasi pasar dan inovasi produk berpengaruh terhadap keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah teridentifikasi diatas, yaitu : 1. Untuk Mengetahui bagaimana orientasi pasar UKM produk tekstil di Bandung. 2. Untuk Mengetahui bagaimana Inovasi Produk UKM produk tekstil di Bandung. 3. Untuk Mengetahui bagaimana Keunggulan Bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 4. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 5. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh inovasi produk terhadap keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung. 6. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh inovasi produk dan orientasi pasar terhadap keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung.

8 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini menjelaskan tentang orientasi pasar dan inovasi produk apakah dapat mempengaruhi keunggulan bersaing UKM produk tekstil di Bandung, hasil penelitian ini diharapkan untuk : 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dalam kejelasan penerapan ilmu, khususnya mengenai orientasi pasar, inovasi produk, dan keunggulan bersaing. 2. Bagi UKM Sebagai gambaran bagi UKM untuk menyusun strategi bersaing, terutama orientasi pasar dan inovasi produk. 3. Sekiranya dapat menjadi pengetahuan dan informasi tambahan yang mungkin berguna juga sebagai referensi penelitian lebih lanjut.