REKONSTRUKSI KUJANG PAMOR: Upaya Mengangkat Citra dan Entitas Sunda Makalah pada pameran SawaRGI_Itenas

dokumen-dokumen yang mirip
KUJANG DAN POLA TIGA YANG MENGEMUKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang

KAJIAN ESTETIKA DAN PROSES PEMBUATAN KERIS KARYA SUTIKNO KANTHI PRASOJO KELURAHAN KLEDUNG KRADENAN KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PENGRAJIN LOGAM DESA CIBATU KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI

PERANCANGAN MOTION GRAPHIC PENGENALAN KUJANG BAGI REMAJA

ANALISIS KANDUNGAN UNSUR DAN TINGKAT KEKERASAN PADA SENJATA LOGAM KOLEKSI MUSEUM TOSAN AJI. R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa dan Agi Ginanjar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia ini penuh dengan adat istiadat yang sangat beraneka ragam, terutama di

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB III SRATEGI KONSEP DAN PERANCANGAN VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB V PEMBAHASAN. merupakan penggambaran yang berupa visual. Secara umum, penggunaan simbol. sebagai pemimpin yang didasarkan pada visual serta warna.

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

MUSEUM TOSAN AJI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)

Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas untuk Pande Besi. Laporan Teknis Pemasyarakatan Teknologi

BAB IV PROSES PEMBUATAN PEGAS

BAB IV MELIPAT KERTAS UNTUK ANAK USIA DINI. Kata origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

PELESTARIAN KERIS SEBAGAI SALAH SATU WARISAN BUDAYA JAWA DI KOTA KEDIRI TAHUN 2015 ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI. desainnya merupakan interpretasi berdasarkan karakter masing-masing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

LEMBAR OBSERVASI II. Nama Sanggar : Hari/Tanggal: 8 Maret 2014 No Leksikon Glos Klasifikasi Referensi Deskripsi Konsep Laki-laki.

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00

pelaku yang terlibat dalam suatu peristiwa.

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Sunda melengkapi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Kujang

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Kegiatan Keputrian di SMP Negeri Satu Atap. sengajaan, yaitu kecemburuannya siswa laki-laki SMP Negeri Satu Atap yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

MAKNA SIMBOLIS UKIRAN PADA MANDAU ( SENJATA TRADISIONAL ) KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

Packaging: I. PENDAHULUAN Latar Belakang Judul perancangan Penjelasan judul PACKAGING MULTIFUNGSI PERJALANAN CIUNG DAN KAWAN-KAWAN

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. sebagai kota pariwisata ini dilakukan di Jogja Gallery. Sebuah galeri seni yang

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

Kerajinan Fungsi Hias

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

Analisis Kandungan Unsur dan Tingkat Kekerasan Pada Senjata Logam Koleksi Museum Tosan Aji Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

SESELET BALI. Oleh: I Ketut Sida Arsa, S.Sn., M.Si

DICIPTAKAN OLEH: TJOKORDA UDIANA NINDHIA PEMAYUN

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HI-TECH

Makalah Mata Kuliah Perlakuan permukaan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja

BAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA

Transkripsi:

REKONSTRUKSI KUJANG PAMOR: Upaya Mengangkat Citra dan Entitas Sunda Makalah pada pameran SawaRGI_Itenas Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni - Universitas Pendidikan Indonesia Kujang adalah senjata tradisional masyarakat Sunda, dikatakan senjata karena secara umum masyarakat Sunda memahaminya sebagai sebuah pisau yang bentuknya menyerupai alat tikam. Namun, jika dilakukan penelusuran lebih lanjut, berdasarkan artefak-artefak yang sampai pada kita saat ini, kujang sebagai sebuah pisau tidak saja menyerupai alat tikam tetapi ada pula yang secara fungsional dapat dikenali sebagai sebuah perkakas, kelengkapan upacara, simbol, dsb. Kujang sebagai sebuah senjata andalan (gagaman) umumnya mempunyai ciriciri khusus sebagai kelebihannya, umumnya berbahan pamor. Pamor adalah motif, corak, atau kontur tertentu pada bilah sebuah senjata tajam yang dihasilkan dari penggunaan berbagai material, pembakaran, dan teknik penempaan logam. Kujang pamor sebagai sebuah gagaman atau pusaka, umumnya tidak digunakan secara langsung dalam sebuah perkelahian. Kujang biasanya dijadikan sebagai teman berperang (batur ludeung) atau senjata pamungkas di samping sebagai simbol dari si pemegangnya. Kujang sebagai sebuah perkakas di antaranya adalah sebagai pisau dapur, kujang bangkong yang penulis dapatkan dari Wanaraja Garut dan sekarang menjadi koleksi Museum Sri Baduga Jawa Barat; sebagai kelengkapan upacara di antaranya adalah kujang yang tersimpan di Kabuyutan Ciburuy di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut; dan sebagai sebuah simbol di antaranya adalah kujang jago (bentuknya mirip dengan figur ayam jago yang sedang berkokok), penulis dapatkan sebagai hadiah dari seorang kerabat. Kujang dengan berbagai bentuknya, baik itu sebagai benda yang dipergunakan dalam tataran fungsional ataupun simbolik, menarik untuk dikaji lebih lanjut. Salah 1

satu aspek di antaranya adalah bentuk kujang itu sendiri. Sebagai sebuah pisau, kujang tampil dengan estetis sehingga menarik untuk dilihat. Bentuk kujang tidak mengintimidasi mata dan perasaan penikmatnya, berbeda jika kita melihat bentuk pisau lainnya: mengerikan karena seolah bisa menyayat dan mengoyak tubuh kita. Lambang Kebanggaan Untuk mengangkat kembali citra kujang sebagai senjata tradisional masyarakat Sunda dalam tataran bentuk yang kongkrit diperlukan sebuah upaya untuk menghadirkan kembali produk kujang yang dapat memberikan kesan atau impresi mengagumkan. Jika kesan indah yang bersifat feminim yang hendak ditampilkan, maka ketika memperlihatkan sebuah kujang berikut dengan kelengkapan lainnya seperti pegangan, sarung, dan kotaknya, maka yang diperlihatkan itu adalah bilah kujang yang meliuk indah bak seorang putri sedang menari dengan kelenturan tubuhnya, pegangan (ganja atau landean) dan sarungnya (kopak atau kowak) yang menambah pantas bak pakaian yang dikenakan oleh putri yang sedang menari tadi, pun dengan kotaknya yang mengemas secara utuh dan menyeluruh berikut dengan menambah nilai kujang itu sendiri. Untuk menghadirkan sebuah kujang yang dapat dibanggakan tersebut, maka diperlukan sebuah penghayatan yang mendalam tentang hal-ihwal tentang kujang itu sendiri. Terlebih jika hendak menghadirkan kujang sebagaimana kujang yang dibuat oleh para empu terdahulu, kujang pamor tangguh Pajajaran misalnya. Berkaitan dengan kujang pamor tangguh Pajajaran, beberapa narasumber menyatakan bahwa ciri-cirinya dapat dikenali dari karakteristik bilah kujang yang cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori, dan banyak mengandung unsur logam alam. Ciri-ciri tersebut merupakan ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh senjata tradisional lainnya dari periode yang sama, terlebih dari periode yang lebih muda. Adalah satu tantangan tersendiri untuk menghadirkan kembali kujang pamor tangguh Pajajaran karena semua aspek yang melingkupi teknik pembuatannya belum dapat dilacak sepenuhnya, yang ada hanya berupa perkiraan berdasarkan pengamatan atas artefak-artefak yang sampat pada saat ini. Dilihat dari tampak bilah kujang pamor tangguh Pajajaran, bahan bakunya diperkirakan langsung mengambil dari alam yang lokasinya belum diketahui secara 2

pasti, bahan baku tersebut berupa pasir besi pilihan. Di samping bahan baku, berita atau sumber yang menyebutkan teknik pengerjaannya pun tidak ada. Walaupun sampai saat ini --dapat dikatakan-- belum ada yang berhasil menghadirkan kembali kujang pamor tangguh Pajajaran, telah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh beberapa pencinta senjata tradisional untuk mengenalkan kembali kujang pamor dengan bahan baku standar industri, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), Japan Industrial Standar (JIS), atau standar industri Jerman (Bohler). Penguatan Kapasitas Pengrajin Pengerjaan benda-benda logam secara tradisional dikerjakan oleh panday besi. Di Jawa Barat dan Banten, pengerjaan logam secara`tradisional tersebar di beberapa tempat, seperti Citaman-Ciomas, Cibatu-Cisaat, Pasirjambu-Ciwidey, Ciheulang- Majalaya, Barlen-Tanjungsiang, Galonggong-Manonjaya, dsb. yang saat ini umumnya hanya mengerjakan pembuatan alat-alat pertanian dengan tungku dan peralatan yang sederhana. Dalam mengerjakan pembuatan alat-alat pertanian, para panday besi di atas umumnya menggunakan bahan baku berupa besi, per mobil, rel kereta, selongsong bom, dan bahan bahan bekas pakai lainnya. Adapun dalam pengerjaannya, umumnya mengandalkan intuisi dan pengalaman yang diperoleh secara turun-temurun yang mengakibatkan pada keterbatasan dalam hal pengetahuan karakteristik bahan yang digunakan dan perlakuan sebagaimana mestinya. Di samping itu, dalam hal pengerjaannya pun seolah dikejar oleh banyaknya jumlah hasil pekerjaan karena umumnya para panday besi tersebut terikat atau diikat oleh bandar yang kuat modalnya. Rekonstruksi Kujang Pamor Keahlian para panday besi yang masih setia menggeluti pekerjaan menempa berbagai bahan logam dan peralatan tempa yang dimilikinya saat ini pada dasarnya berupa modal dasar yang telah tersedia. Modal dasar yang bisa diajak bekerjasama untuk melakukan serangkaian percobaan dalam hal pengerjaan kujang pamor. Adalah Teddy Kardin di Hegarmanah Bandung, Dadang Caribou di Majalaya, dan Bayu S. Hidayat (Gosali Pamor Siliwangi) di Pasirjambu Ciwidey yang telah 3

melakukan inisisasi untuk menghadirkan kembali keberadaan kujang pamor yang layak dari segi bahan baku, pengerjaan, dan pengemasannya. Pamor adalah semacam tekstur pada bilah senjata tradisional berupa pisau yang terbentuk dari dua unsur logam atau lebih yang dihasilkan dari proses pelipatan dengan teknik tempa tinggi. Berdasarkan katalog yang ada, bahan baku pembuatan kujang pamor tersebut adalah bahan baku standar industri yang memiliki karakteristik dan standar perlakuan tertentu berdasarkan standar industri logam penghasilnya. Jenis logam yang digunakan terdiri baja carbon tinggi, medium, dan nikel. Keberhasilan Teddy Kardin, Dadang Caribou, dan Bayu S. Hidayat dalam menghadirkan kujang pamor, pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan tentang bahan baku, perlakuan bahan, dan pelibatan para panday besi dalam pengerjaannya. Dalam hal ini, kujang pamor yang dihasilkannya merupakan hasil dari pekerjaan tangan (handmade knife). Berdasarkan pengamatan atas produk kujang pamor hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh Kardin, Dadang Caribou, dan Bayu S. Hidayat selama ini, walaupun belum sampai pada kujang pamor tangguh Pajajaran seutuhnya, kiranya kujang pamor tersebut sudah layak dijadikan sebagai kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Adapun jika terdapat sebuah keinginan untuk menghadirkan kembali kujang tangguh Pajajaran, kiranya diperlukan sebuah kerjasama yang lebih intensif dari berbagai kalangan pemerhati dan pencinta kujang. Hal tersebut didasarkan pada satu kenyataan bahwa walaupun artefak kujang dari tinggalan jaman kerajaan Pajajaran banyak dikoleksi oleh beberapa kolektor, namun sampai ini belum diketahui secara pasti bahan baku dan teknik pembuatannya. Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya sumber lisan atau tulisan mengenai kujang pamor tangguh Pajajaran sudah waktunya untuk dimunculkan kembali ke permukaan. 4

Kujang Ciung Bogor, Tangguh Pajajaran Koleksi Tedi Permadi 5

Kujang Jago, Tangguh Pajajaran Koleksi Tedi Permadi 6

Kujang Ciung Bogor, Pamor Nikel Rekonstruksi Jajang sudrajat Tedi Permadi 7

Kujang Ciung Priangan Rekonstruksi Jajang Sudrajat Tedi Permadi 8