BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan sejumlah uang yang dihabiskan dalam periode tertentu

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

Nama : Ni Ketut Ayu Mike Ratnasari NIM : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, perusahaan profit oriented maupun non-profit

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah, menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja telah menjadi kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. anggaran merupakan komponen utama dalam perencanaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

FARIDA NUR HIDAYATI B

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu perusahaan harus memanfaatkan sumber daya yang

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penelitian ini mengangkat isu mengenai hubungan penganggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. fleksibel dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Adanya partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. (2004), Setiap entitas pencari laba ataupun nirlaba bisa mendapatkan manfaat dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

Pratama Ilham Safitrie B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur penilaian kinerja manajemen. penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan cara top down (imposed budget),

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian dunia sudah menunjukkan kecenderungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun Piaget

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi pada sektor publik menuju ke arah yang lebih fleksibel

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik pada dasarnya membutuhkan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang menggunakan dana milik rakyat. Hal inilah yang menjadi

(Survei Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten)

BABI PENDAHULUAN. Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sehor

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang

BAB I PENDAHULUAN. penugasan pemerintah dibidang ketenaga listrikan dalam rangka menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu. terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah. Adanya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Agar dapat bersaing, koperasi harus melaksanakan fungsi-fungsi dalam manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran adalah laporan-laporan formal sumber daya-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu

Materi kuliah ASP dapat di unduh (download) di : Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Anggaran merupakan sejumlah uang yang dihabiskan dalam periode tertentu untuk melaksanakan suatu program. Anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang menvakup jangka waktu satu tahun (Mulyadi, 2001, dalam wikipedia). Menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA), saat ini Governmental Accounting Standarts Board (GASB), definisi anggaran sektor publik (budget) sebagai berikut :...Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. (http: //www.wikipedia.com). Tidak ada satupun organisasi yang memiliki anggaran yang tidak terbatas, termasuk organisasi sektor publik. Sehingga proses penyusunan anggaran menjadi hal penting dalam sebuah proses perencanan. Secara garis besar, proses penyusunan anggaran terbagi menjadi dua pendekatan, yakni dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up). Dalam pendekatan top-down atau juga disebut pendekatan imposed budget, anggaran disusun oleh manajemen puncak tanpa melibatkan manajemen tingkat menengah ke bawah. Kelebihan pendekatan top-down adalah biaya yang kecil dan waktu yang relatif singkat dalam proses penyusunan anggaran. Kelemahan pendekatan ini adalah manajemen menengah kebawah kurang 1

merasa terikat dengan tujuan/sasaran anggaran karena tidak dilibatkan dalam proses penyusunannya. Sementara pendekatan bottom-up atau juga disebut pendekatan participative budget merupakan proses penyusunan anggaran dengan melibatkan seluruh lapisan manajemen dalam suatu organisasi. Kelemahan pendekatan bottom-up adalah waktu yang cukup lama dan biaya yang relatif besar dalam proses penyusunan anggaran. Kelebihan pendekatan ini adalah seluruh manajemen merasa bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran karena terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Organisasi sektor publik (pemerintah daerah) dalam proses penyusunan anggaran menggunakan pendekatan participative budget atau disebut juga partisipasi anggaran. Proses penyusunan anggaran dimulai dengan pihak eksekutif yaitu yang terdiri dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun rencana anggaran untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik pada masing-masing unit kerja dimana rencana anggaran tersebut disesuaikan terlebih dahulu dengan visi dan misi organisasi. Rencana anggaran yang telah disusun eksekutif ini kemudian diajukan ke legislatif untuk dibahas lebih lanjut dan disahkan. Partisipasi anggaran (participative budget) merupakan proses dimana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982, dalam Tintri, 2002). Partisipasi dalam penyusunan anggaran yang melibatkan setiap lapisan manajemen diyakini mampu meningkatkan baik kinerja individual maupun kinerja organisasi dikarenakan partisipasi anggaran

meningkatkan semangat dan tanggung jawab moral seluruh komponen dalam organisasi yang terlibat guna pencapaian tujuan organisasi (Maisyarah, 2008). Partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan juga dapat meningkatkan kinerja manajer yaitu ketika suatu tujuan dirancang secara partisipasi dan disetujui maka anggota organisasi akan menginternalisasikan tujuan yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran (Milani, 1975 dalam Listiawati, 2009). Sejumlah penelitian menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Sembiring (2008) menemukan pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Demikian pula Maisyarah (2008) menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Namun Nursidin (2008) menemukan hubungan negatif dan signifikan antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Sementara Tjandra (2008) menemukan tidak terdapat pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Ketidakkonsistenan hasil penelitian antara satu dengan yang lain mungkin disebabkan adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Disebutkan bahwa perlu upaya untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional atau variabel-variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial melalui pendekatan kontijensi (Givondarajan, 1986 dalam Sembiring, 2008). Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya

variabel-variabel lain yang bertindak sebagai variabel moderating atau intervening. Variabel moderating adalah variabel yang mempunyai dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independen dan variabel dependen. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen seringkali dipengaruhi oleh variabel moderator. Oleh sebab itu variabel moderator sering juga disebut variabel independen kedua. Variabel intervening sering juga disebut variabel mediating yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sehingga menjadi hubungan tidak langsung (Erlina & Mulyani, 2007). Maisyarah (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada PDAM Provinsi Sumatera Utara memasukkan variabel komunikasi dan variabel komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Hasil penelitian Maisyarah (2008) menunjukkan komunikasi dan komitmen organisasi bukan variabel moderating dan tidak mempengaruhi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Ritonga (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada PDAM Provinsi Sumatera Utara memasukkan variabel komitmen organisasi dan budaya paternalistik sebagai variabel moderating. Hasil penelitian Ritonga (2008) menunjukkan budaya paternalistik dan komitmen organisasi adalah variabel moderating yang signifikan mempengaruhi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Sementara Tintri (2002) dalam penelitiannya mengenai efektifitas anggaran partisipatif terhadap kinerja manajerial menggunakan variabel struktur organisasi dan variabel budaya organisasi sebagai variabel moderating. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi

yang tinggi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif pada kultur organisasi yang berorientasi pada orang dan berpengaruh negatif pada kultur organisasi yang berorientasi pada pekerjaan. Hasil penelitian yang tidak konsisten dari peneliti-peneliti tersebut diatas merupakan ide yang mendasari untuk dilakukannya penelitian ulang mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah (kinerja manajerial publik) dengan memasukkan unsur budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating dan yang menjadi objek penelitian adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Maisyarah (2008). 1.2. Rumusan Masalah Penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah? 2. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan budaya organisasi sebagai variabel moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai? 3. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. 2. Untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan budaya organisasi sebagai variabel moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat : 1. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pemahaman intelektual tentang pengaruh partisipasi anggaranan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating. Dengan adanya peneletian ini diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dapat melakukan perbaikan dan pembenahan guna meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah Serdang Bedagai.

3. Bagi penelitian sejenis diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam mengembangkan dan memperluas penelitian. 1.5 Originalitas Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial merupakan penelitian yang kerap dilakukan namun hasilnya tidak konsisten. Hasil penelitian masih cenderung berkontradiksi antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Hal ini dikarenakan begitu banyaknya komponen/variabel baik itu variabel moderating atau variabel intervening yang mempengaruhi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini merupakan replikasi terhadap penelitian Maisyarah (2008). Perbedaan penelitian Maisyarah (2008) dengan replikasi penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Objek Penelitian Maisyarah (2008) meneliti kinerja manajerial tahun 2008 pada PDAM Provinsi Sumatera Utara yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sementara replikasi ini meneliti kinerja aparat pemerintah daerah (kinerja manajerial publik) tahun 2011 pada Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Variabel Penelitian Maisyarah (2008) menggunakan variabel moderating komitmen organisasi dan komunikasi sementara replikasi penelitian ini menggunakan variabel moderating budaya organisasi dan komitmen organisasi. Sekalipun ada

kesamaan variabel namun keberadaan variabel tersebut masih dalam perdebatan karena ketidak-konsistenan hasil penelitian. 3. Orientasi/Tujuan Organisasi Maisyarah (2008) meneliti BUMD yang berorientasi menghasilkan laba (profit motive), sementara replikasi ini meneliti organisasi sektor publik yaitu Pemerintah Daerah yang berorientasi pada pelayanan publik (non profit).