Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. menimbulkan kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance)

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. memenuhi kewajiban dalam bentuk fasilitas telah diberikan untuk mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pajak adalah iuran rakyat yang dikelola menjadi kas negara dan digunakan

1 BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual, maka perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BABl PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama yang menjadi andalan bagi. penerimaan kas Negara Indonesia, selain penerimaan negara dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

A.A Inten Yulitasari NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB5 PENUTUP. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tersebut. Untuk perubahan Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak yang diatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang awalnya official assessment system menjadi self assessment system. Self

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

Oleh Erika Ratih Windarti Dosen Pembimbing : Dwi Sulistiani, SE., MSA., Ak., CA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara (APBN berasal dari pajak dan, realisasi penerimaan perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, semuanya dapat terwujud jika adanya bantuan dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian nasional amat besar salah satunya adalah penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran. Adriani (dalam Kangtoshi, 2010), pajak adalah iuran masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada 2013 pemerintah mengeluarkan PP No 46 Tahun 2013 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha di Indonesia. Pajak merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara Indonesia diperoleh dari penerimaan dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

Judul : Mekanisme Penerapan PP Nomor 46 atas Omzet pada CV. X ABSTRAK

Abstrak. Kata kunci: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak kendaraan, daya beli

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri berupa utang luar negeri, namun semakin dikurangi. kas negara. Penerimaan pajak sangat besar peranannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pemerintah terus berusaha melakukan kegiatan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan menjadi suatu permasalahan yang pokok. Pembiayaan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

Transkripsi:

Judul : Analisis Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Pertumbuhan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) Sebelum dan Sesudah Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Nama : Ida Ayu Lidya Kusuma Dewi NIM : 1306305007 Abstrak Pemerintah dalam upaya meningkatkan penerimaan perpajakan dari sektor UMKM pada tanggal 1 Juli 2013 mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013. PP 46 ini mengatur tentang pengenaan pajak yang bersifat final dengan tarif 1% dari peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pertumbuhan Wajib Pajak serta pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Denpasar Timur. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Pada penelitian ini data dokumentasi meliputi data mengenai pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) selama 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah penerapan PP46 di KPP Pratama Denpasar Timur. Penelitian menggunakan teknik analisis data parametrik dengan teknik analisis menggunakan Paired Sample T-Test. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM menunjukkan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 sehingga dapat disumpulkan terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan sebelum dan sesudah penerapan PP 46, (2) Pertumbuhan PPh Pasal 4 ayat 2 menunjukkan nilai signifikansi 0.001 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan sebelum dan sesudah penerapan PP 46. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 9 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Kegunaan Penelitian... 10 1.5 Sistematika Penulisan... 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka... 13 2.1.1 Teori Keadilan... 13 2.1.2 Teori Daya Pikul... 14 2.1.3 Theory of Planned Behavior... 15 2.1.4 Pengertian Pajak... 17 2.1.5 Pajak Penghasilan Final... 19 2.1.6 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013... 20 2.1.7 Usaha Mikro Kecil dan Menengah... 24 2.1.8 Wajib Pajak... 26 2.1.9 Penerimaan Pajak... 27 2.2 Hipotesis Penelitian... 28 2.2.1 Pengaruh Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM... 28 2.2.2 Pengaruh Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Terhadap Pertumbuhan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2)... 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 30 3.2 Lokasi Penelitian... 32 3.3 Objek Penelitian... 34 3.4 Identifikasi Variabel... 35 3.5 Definisi Operasional Variabel... 35 vii

3.6 Jenis dan sumber data... 39 3.6.1 Jenis data... 39 3.6.2 Sumber data... 40 3.7 Metode Pengumpulan Data... 40 3.8 Teknik Analisis Data... 41 3.8.1 Uji Kualitas Data... 41 3.8.1.1 Uji Normalitas... 41 3.8.2 Pengujian Hipotesis... 42 3.8.2.1 Uji Paired Sample-T Test... 42 3.8.3 Statistik Deskriptif... 43 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian... 44 4.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Denpasar Timur... 44 4.1.2 Susunan Organisasi KPP Pratama Denpasar Timur... 46 4.1.3 Visi, Misi, Motto KPP Pratama Denpasar Timur... 50 4.2 Uji Normalitas... 51 4.2.1 Uji Normalitas Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh sebelum Penerapan PP 46... 52 4.2.2 Uji Normalitas Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh sebelum Penerapan PP 46... 53 4.3 Uji Statistik Deskriptif... 54 4.3.1 Uji Statistik Deskriptif Pertumbuhan Wajib Pajak... 54 4.3.2 Uji Statistik Deskriptif Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat 2.. 55 4.4 Uji Paired Sample-T Test... 57 4.4.1 Uji T-Test Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM... 57 4.4.2 Uji T- Test Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat 2... 58 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 59 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 61 5.2 Saran... 63 DAFTAR RUJUKAN... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 69 viii

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Angaran Pendapatan Negara 2011-2016... 2 3.1 Pertumbuhan UKM Kota Denpasar Tahun 2011-2015... 33 4.1 Uji Normalitas Data Sebelum PP 46... 52 4.2 Uji Normalitas Data Sesudah PP 46... 53 4.3 Uji T-Test Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM... 57 4.4 Uji T-Test Pertumbuhan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat 2... 58 ix

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 31 3.2 Grafik Perkembangan UKM di Kota Denpasar Tahun 2011-2015.. 33 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Denpasar Timur... 46 x

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Hal 1 Daftar Pertumbuhan Wajib Pajak Sebelum Penerapan PP 46... 69 2 Daftar Pertumbuhan Wajib Pajak Sesudah Penerapan PP 46... 70 3 Daftar Pertumbuhan Penerimaan PPh Sebelum Penerapan PP 46... 71 4 Daftar Pertumbuhan Penerimaan PPh Sesudah Penerapan PP 46... 72 5 Tabulasi data Penelitian... 73 6 Uji Normalitas Data Sebelum Penerapan PP 46... 75 7 Uji Normalitas Data Sesudah Penerapan PP 46... 76 8 Uji Hipotesis T-paired Test... 77 9 Uji Statistik Deskriptif Data Sebelum Penerapan PP 46... 78 10 Uji Statistik Deskriptif Data Sesudah Penerapan PP 46... 79 xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia seperti kita ketahui masih berstatus sebagai salah satu negara berkembang, untuk itu pemerintah terus menerus melakukan pembangunan di berbagai sektor agar dapat membangun Indonesia menjadi negara maju yang dapat mensejahterakan rakyatnya. Pembangunan ini sendiri bukanlah hal yang mudah bagi negara berkembang seperti Indonesia, kendala keuangan menjadi masalah yang kerap kali mengahambat proses ini. Pemerintah Indonesia sendiri telah melakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan negara, salah satu sumber penerimaan negara terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah pajak. Pajak menjadi penyumbang terbesar dalam penerimaan negara pada APBN, hal ini dapat dibuktikan dari APBN yang ditetapkan pemerintah tahun 2016 untuk penerimaan dari sektor pajak sebesar Rp1.355,2 triliyun jauh lebih besar dibanding penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 245,1 triliyun. Seperti yang disajikan dalam Tabel 1.1 yang menunjukkan anggaran pendapatan negara dari tahun 2011-2016 mengenai pendapatan negara terbesar bersumber dari penerimaan pajak dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. 1

Tabel 1.1Anggaran Pendapatan Negara 2011-2016 (dalam triliyun rupiah)tahun Pajak Kepabean dan Cukai Hibah PNBP Tahun Pajak Kepabean dan Cukai Hibah PNBP 2011 742,7 131,1 5,3 331,5 2012 835,8 144,7 5,8 351,8 2013 921,4 156 6,8 354,8 2014 985,1 161,7 5,1 398,7 2015 1060,8 179,6 12 255,6 2016 1355,2 184 2 245,1 Sumber: www.anggaran.depkeu.go.id, 2016. Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang dipergunakan untuk kepentingan bersama (Harmana,2013).Pengertian dari pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Mardiasmo,2011:1).Pajak juga memiliki beberapa manfaat selain digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, diantaranya mendorong atau mengekang jenis-jenis perilaku tertentu, memperbaiki ketidaksempurnaan pasar, atau melakukan redistribusi pendapatan/kekayaan.pajak memang memiliki kontribusi yang sangat besar dalam penerimaan negara namun dalam hal mengumpulkan dana pajak dari masyarakat ini sendiri juga bukan perkara yang mudah. Penerimaan pajak yang terbesar diperoleh dari pajak penghasilan (PPh) yang menyumbang sekitar 60,5% dari total penerimaan pajak negara menurut APBN tahun 2016. PPh mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah hal itu terbukti dalam bentuk reformasi mendasar atas jenis pajak tersebut.tahun 1983 pemerintah mengeluarkan UU Nomor 7 terkait pajak penghasilan yang mengubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment 2

system, dimana dalam aturan sistem ini memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk melakukan pendaftaran, perhitungan, penyetoran, pelaporan dan penetapan pajak mereka sendiri.self assessment system menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Dapat kita lihat disini dari sifat pajak yang memaksa namun sistem pemungutan yang diterapkan di Indonesia adalah self assessment system, maka kesulitan utama pemerintah dalam mendapatkan dana dari sektor ini yaitu kesadaran masyarakat untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Data tax ratio yang dirilis pemerintah melalui Kementrian Keuangan Republik Indonesia memperlihatkan angka yang relatif rendah terlihat dari laporan APBN tahun 2016 menampilkan data perkembangan tax ratio yaitu 10,5% tahun 2010, 11,2% tahun 2011, 11,4% tahun 2012, 11,3% tahun 2013, 10,9% tahun 2014, dan 10,8% tahun 2015. Reformasi pajak adalah salah satu upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah penyampaian pajak.reformasi sendiri berarti perubahan yang mendasar.suatu sistem perpajakan hendaknya memiliki sifat quasi constitutional yang berarti sistem tersebut berlaku dalam jangka panjang dan tidak dapat sering dilakukan reformasi. Reformasi pajak keempat dilakukan pemerintah dengan menerbitkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dan UU Pajak Penghasilan (PPh) No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang berlaku efektif per 1 Januari 2009. Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 pemerintah memberikan penurunan tarif bagi wajib pajak badan untuk menghitung jumlah PPh Badan terutangnya. Penurunan 3

tarif sudah dilakukan, namun cara perhitungannya tergolong sulit bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan kemampuan pencatatan/akuntansi yang minim (Butar-butar, 2013:2). Beberapa alasan yang menyebabkan tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya UMKM sangat rendah adalah kurangnya pemahaman pajak dari pelaku usaha UMKM yang sebagian besar merupakan pelaku usaha rumah tangga, yang pada umumnya merupakan orang pribadi cenderung tidak melaporkan penghasilannya dengan tidak benar karena KPP tidak memiliki data lain untuk menguji penghasilan yang sebenarnya(direktorat Jendral Pajak, 2015). Selain itu proses pencatatan transaksi yang tidak begitu tersusun rapi sehingga dalam KPP kesulitan dalam melakukan pengawasan kepatuhan (Direktorat Jendral Pajak, 2015). Untuk itu guna menarik minat masyarakat agar mau membayarkan pajaknya secara sukarela (voluntary tax compliance) serta mendorong kontribusi penerimaan negara dari UMKM, pemerintah pada tanggal 12 Juni 2013 mengeluarkan salah satu kebijakan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan final bagi wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu, dan mulai berlaku sejak 1 Juli 2013. Peratutan Pemerintah No. 46 ini sendiri termasuk kedalam golongan pajak bersifat final yang diatur pada PPh Pasal 4 ayat 2.Pajak penghasilan yang bersifat final adalah pajak atas penghasilan tertentu di mana mekanisme pemajakannya telah dianggap selesai pada saat dilakukan pemotongan, pemungutan atau penyetoran sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan. Objek pajak dari PP No. 46 adalah untuk Pajak Penghasilan yang penghasilan dari usaha yang diterima 4

atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omset) yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Ketentuan dalam peraturan pemerintah ini merupakan aplikasi dari model presumptive regime dalam perpajakan.presumptive regime sendiri merupakan suatu bentuk pendekatan pengenaan pajak yang diterapkan dalam ekonomi yang pelakunya masih memiliki keterbatasan kemampuan administrasi dan pembukuan.untuk itu perlu ada desain pemajakan khusus, dengan tujuan meminimalisir biaya kepatuhan (Compliance Cost). Prinsip Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 mengandung tiga tujuan utama yaitu untuk kemudahan tertib administrasi, transparansi dan peningkatan kontribusi masyarakat dalam pembangunan.jika dilihat Peraturan Pemerintah No. 46 dibuat untuk meraup penerimaan pajak dari sektor UMKM. Pemilihan sektor UMKM sendiri sebagai salah satu target pemerintah untuk dapat mengoptimalisasi pendapatan negara bukan tanpa alasan, melihat saat ini di Indonesia pertumbuhan dan perkembangan sektor UMKM sedang sangat pesatnya. Demikian besar potensi sektor ini, tetapi tidak diimbangi dengan kesadaran yang tinggi dari pemilik UMKM dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Banyak wajib pajak UMKM dengan sengaja tidak melaporkan dan membayar pajak disebabkan oleh beberapa hal, antara lain peraturan yang sulit untuk dimengerti (Anita, 2015). Peraturan Pemerintah No. 46 menetapkan tarif tunggal hanya 1% dikali omset (peredaran bruto) usaha dalam 1 tahun.dengan kemudahan perhitungan ini diharapkan bagi masyarakat yang bergerak pada usaha di sektor UMKM 5

terdorong untuk ikut serta berkontribusi dalam pembangunan negara melalui kepatuhan mereka membayar pajak.menurut Widodo (2010:189) perlu dilakukan penyederhanaan administrasi perpajakan sehingga memberikan kemudahan yang akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Priantara dan Supriyadi (2011) dan Saad (2012) meneliti bahwa prsepsi kemudahan perhitungan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.firdaus (2014) dan Bashori (2014) secara khusus menganalisis unsur-unsur dalam PP Nomor 46 Tahun 2013. Firdaus (2014) pengetahuan pajak dan kemudahan perhitungan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan keadilan pajak berpengaruh negatif pada wajib pajak orang pribadi/badan UMKM dan Bashori (2014) mengunakan unsur-unsur kesederhanaan, kemudahan, keadilan dan penghapusan sanksi administrasi dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 untuk menilai variabel persepsi atas PP Nomor 46 Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat berpengaruh positif antara persepsi atas PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan sukarela wajib pajak. Dari hasil penelitian terdahulu menunjukan dengan adanya presepsi wajib pajak terhadap kemudahan dari tata cara perhitungan dalam menentukan kewajiban perpajakannya akan mendorong kepatuhan wajib pajak yang pastinya akan berpengaruh terhadap jumlah pertumbuhan wajib pajak itu sendiri. Dampak positif penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 berupa mempermudah akses Wajib Pajak pelaku usaha dalam memperoleh modal pinjaman dari bank, dan adanya jaminan dari pemerintah terkait permodalan pelaku usaha dalam mengakses pinjaman ke bank maupun bantuan dari 6

pemerintah sendiri (Putrayasa, 2013). Di sisi lain adapun dampak negatif dari Peraturan Pemerintah No. 46 itu sendiri, pertama dianggap bersifat diskriminatif dikarenakan besarnya tarif pajak dihitung sebesar 1% (satu persen) dari omset perusahaan dimana hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha. Kedua pengenaan pajak tidak sesuai dengan asas keadilan karena perhitungan didasarkan pada omset perusahaan, padahal omset perusahaan tidak mecerminkan pendapatan riil dari sebuah perusahaan.ketiga, berpotensi terjadinya pengenaan pajak berulang.penerapan PP No. 46 Tahun 2013 dapat menimbulkan terjadinya pajak berulang bagi pelaku usaha selain telah dipungut PPn dan PPh (Peptasari, 2015). Bali merupakan salah satu provinsi yang perkembangan perekonomiannya cukup baik di wilayah Indonesia, terbukti selama semester I tahun 2016 ekonomi Bali mampu tumbuh 6,30%. Angka ini lebih baik jika dibandingkan semester I tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 5,95% (www.bali.bps.go.id, 2016). Namun apabila dilihat dari segi pertumbuhan UKM di Denpasar justru menunjukan hal yang sebaliknya, perkembangan UKM di kota Denpasar ini sendiri justru tidak terlalu signifikan setiap tahunnya. Bali khususnya kota Denpasar sebagai ibukota provinsi pastinya terkena dampak peraturan ini. Penerapan peraturan ini sendiri mungkin dapat meningkatkan kontribusi penerimaan pajak di wilayah Denpasar maupun sebaliknya karena jika dilihat dari segi pertumbuhan perekonomian seharusnya dapat sejalan dengan peningkatan penerimaan pajak itu sendiri. Penetapan Peraturan Pemerintah No. 46 ini sendiri tentunya akan memengaruhi tingkat pertumbuhan Wajib Pajak karena pengusaha yang merasa 7

dirugikan oleh peraturan ini bisa saja menghindar dari kewajiban perpajaknya, disisi lain pengusaha yang merasa diuntungkan oleh peraturan ini bisa lebih patuh dalam pembayaran pajaknya. Selain itu peraturan ini pastinya akan berimbas pula terhadap pertumbuhan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 karena Peraturan Pemerintah No. 46 merupakan bagian dari pajak penghasilan final serta akibat dari penerapan tarif baru 1% dari omset usaha. Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti merasa bahwa penelitan ini penting karena Peraturan Pemerintah No. 46 merupakan kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah guna menarik pajak dari sektor UMKM, yang dapat berimbas kepada pertumbuhan Wajib Pajak serta pertumbuhan penerimaan pajak negara nantinya. Penelitian ini merupakan pengembangan dari peneliti sebelumnya Amanda Natalia (2015) yang mengamati tentang Analisis Penerapan PPh Pasal 4 ayat 2 untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Bruto yang Mengacu Pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak. Peneliti menambah dengan 1 (satu) variabel yaitu Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak karena pertumbuhan Wajib Pajak itu sendiri merupakan salah satu tujuan pemerintah dalam mengeluarkan peraturan ini. Dan penelitian ini akan dilakukan di wilayah KPP Pratama Denpasar Timur. Dengan demikian judul dari penelitian ini adalah Analisis Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Pertumbuhan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat 2 Sebelum dan Sesudah Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 8

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Denpasar Timur sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu? 2) Apakah terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan penerimaan pajak PPh Pasal 4 ayat 2 (final) di KPP Pratama Denpasar Timur sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disajikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pertumbuhan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Denpasar Timur sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu. 2) Untuk mengetaui apakah ada perbedaan tingkat pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 (final) di KPP Pratama Denpasar Timur sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu. 9

1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan Wajib Pajak UMKM di KPP Pratama Denpasar Timur sebelum dan sesudah penerapan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu. Dan memberikan informasi mengenai perbedaan tingkat pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2)di KPP Pratama Denpasar Timur sebelum dan sesudah penerapan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu. 2. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini dapat menjadi refrensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti yang lain maupun civitas akademik yang lain dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk kemajuan dunia pendidikan, serta memberikan informasi kepada masyarakat yang bergerak disektor UMKM mengenai Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 yang baru diterapkan untuk lebih menyadari pentingnya kewajiban kita sebagai orang pribadi, badan usaha, masyarakat dan juga pemerintah untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya demi ikut serta membantu kemajuan pembangunan negara. 10

1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan pendahuluan yang mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta menguraikan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang terkait dengan pokok permasalahan yaitu Pajak Penghasilan Final, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, UMKM menurut UU di Indonesia, Penerimaan Pajak dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini disajikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan tentang gambaran umum daerah penelitian, deskripsi data hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. 11

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat simpulan yang diperoleh dari hasil penulisan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya serta saran-saran yang diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan. 12