PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP DAGING DADA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

dokumen-dokumen yang mirip
UJI ORGANOLEPTIK TERHADAP DAGING PAHA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG BERBAGAI TARAF CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

BOBOT POTONGAN KARKAS DAN LEMAK ABDOMEN AYAM RAS PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

Pengaruh Beberapa Level Daging Itik Manila dan Tepung Sagu terhadap Komposisi Kimia dan Sifat Organoleptik Bakso

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

RETENSI NITROGEN DAN ENERGI METABOLIS RANSUM YANG MENGANDUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA AYAM PEDAGING

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

ENERGI METABOLIS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI RANSUM AYAM BROILER YANG MENGANDUNG LIMBAH RESTORAN SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI

PRODUKTIVITAS KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI SUMBA ONGOLE DENGAN PAKAN YANG MENGANDUNG PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Ade Trisna*), Nuraini**)

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSlSl KlMlA DAN UJI ORGANOLEPTIK TELUR AYAM MERAWANG DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERSUPLEMEN OMEGAS

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

PERFORMA DAN NILAI EKONOMIS AYAM BROILER YANG DIBERI FEED ADDITIVE "SIGI LNDAH" DALAM AIR MINUM SKRIPSI TITISARI

BAB III METODE PENELITIAN

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

Transkripsi:

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP DAGING DADA AYAM PEDAGING YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) (Consumer preferency on Broiler Breast Meat Fed Ration Utilizing Lumbricus rubellus Earthworms Meal) HETI RESNAWATI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT A study was conducted to investigate the effect of earthworm meal levels in the ration on organoleptic test of broiler breast meat. Eighty broilers were assigned into 20 cages with 4 chicks per cage as an experiment unit. This experiment used a completely randomized design with four treatments (control versus 5, 10 and 15% earthworm meal) and five replications. The chickens were reared for a 5 weeks period, and then 10 chickens from each treatment were slaughtered to obtain data on consumer preferency of breast meat. Parameters observed were color, texture, taste, tenderness and flavor of broilers breath meat. It was found that earthworm meal levels in the ration were not significantly (P>0.05) affected on the consumers preferency of all breast meat parameters compared with the control. This condition indicated that earthworm meal could be used as alternative feed ingredient in the broiler ration according to high consumers preferency on breast meat. Key Words: Consumer, Preferency, Breast Meat, Broiler, Earthworm Meal ABSTRAK Suatu penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh kadar tepung cacing tanah dalam ransum terhadap uji organoleptik pada daging dada ayam pedaging. Delapan puluh ekor ayam dibagi ke dalam 20 kandang dengan 4 ekor ayam per kandang sebagai satuan percobaan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan (kontrol terhadap 5, 10 dan 15% tepung cacing tanah) dan 5 ulangan. Ayam dipelihara selama 5 minggu, kemudian 10 ekor ayam dari masing-masing perlakuan dipotong untuk memperoleh data preferensi konsumen terhadap daging dada. Parameter yang diamati adalah warna, tekstur, rasa, keempukan dan aroma daging dada ayam pedaging. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar tepung cacing tanah dalam ransum tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi preferensi konsumen terhadap daging dada dari semua perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Keadaan ini memperlihatkan bahwa tepung cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan alternatif dalam ransum ayam pedaging berdasarkan tingginya preferensi konsumen terhadap daging dada. Kata Kunci: Konsumen, Preferensi, Daging Dada, Ayam Pedaging, Tepung Cacing PENDAHULUAN Ada kecenderungan peningkatan populasi dan pendapatan masyarakat Indonesia menyebabkan meningkatnya kuantitas bahan pangan yang dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dicari penganekaragaman sumber protein hewani yang berkualitas baik. Produk peternakan khususnya ayam pedaging merupakan jenis bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan berperanan penting dalam memperbaiki kualitas sumberdaya manusia. Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas ayam pedaging, sumber-sumber bahan pakan dan kandungan zat-zat nutrisi merupakan bahan pertimbangan dalam memformulasikan ransum. Kualitas pakan 744

yang diberikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas daging ayam pedaging. Salah satu bahan pakan inkonvensional yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber protein hewani adalah cacing tanah Lumbricus rubellus. Menurut PALUNGKUN (1999), cacing tanah mengandung zat-zat nutrisi yang tinggi, yaitu 64 76% protein, 7 10% lemak, 0,55% kalsium, 1,0% pospor dan 1,08% serat kasar. Selain itu cacing tanah mengandung asam lemak esensial yaitu linoleat, linolenat, EPA dan DHA (ASTUTI, 2001). Selanjutnya RESNAWATI (2003) melaporkan bahwa kandungan omega-6 dari cacing tanah berkisar 1,64 2,47% dan omega-3 antara 2,34 2,88%. Sebagai bahan pakan ayam pedaging, ransum yang mengandung 15% tepung cacing tanah memiliki daya cerna mencapai 66,07% dan kandungan energi metabolis sebesar 2962 kkal/kg ransum (RESNAWATI et al., 2001). Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, suatu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh taraf pemberian tepung cacing tanah dalam ransum terhadap tingkat kesukaan konsumen pada daging dada ayam pedaging. MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilaporkan oleh RESNAWATI (2004). Sebanyak 80 ekor anak ayam pedaging umur sehari yang terdiri dari 40 ekor jantan dan 40 ekor betina ditempatkan dalam 20 unit kandang kawat yang berukuran 60 x 35 x 35cm dengan masing-masing diisi 4 ekor anak ayam. Komposisi zat-zat nutrisi ransum penelitian dicantumkan pada Tabel 1. Perlakuan terdiri dari 4, yaitu T0 ransum tanpa tepung cacing tanah, T5 ransum dengan 5% tepung cacing tanah, T10 ransum dengan 10% tepung cacing tanah dan T15 ransum dengan 15% tepung cacing tanah. Masing-masing ransum mengandung 22% protein kasar dan 2800 kkal/kg energi metabolis (EM). Bahan pakan dianalisis di laboratorium kimia Balai Penelitian Ternak sebelum dipergunakan untuk formulasi ransum. Proses pengeringan cacing tanah dilakukan secara sederhana dengan menebarkannya diatas lempengan seng dan dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 14%, kemudian pembuatan tepung cacing tanah dilakukan dengan alat penumbuk batu..perlakuan terhadap ransum dan sistem pemeliharaan ayam selama penelitian diuraikan dalam laporan RESNAWATI et al. (2001). Pengambilan sampel untuk uji organoleptik dilakukan setelah ayam berumur 5 minggu. Sebanyak 2 ekor ayam diambil secara acak dari masing-masing unit percobaan. Bagian tubuh yang diambil adalah daging dada yang dipotong-potong dengan ukuran 4 x 5 cm yang kemudian dimasak dengan air mendidih (suhu sekitar 98 C) selama 5 menit dan selanjutnya ditiriskan selama 5 menit. Jumlah panelis uji organoleptik sebanyak 20 orang dan tiap panelis mendapat sampel daging dari semua perlakuan ransum. Peubah yang diamati terdiri dari warna, tekstur, rasa, keempukan dan aroma daging dada. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data dianalisis dengan Uji Kruskal Wallis (GASPERSZ, 1989). Tabel 1. Komposisi zat-zat nutrisi ransum selama penelitian*) Zat-zat nutrisi Energi metabolis (kkal/kg) Protein kasar (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Ca (%) P (%) Perlakuan T-0 T-5 T-10 T-15 2821 2832 2841 2862 22,82 22,76 22,36 22,08 5,05 4,89 4,72 4,82 3,82 3,57 3,23 3,38 1,28 1,53 1,03 0,86 0,52 0,55 0,44 0,36 *) Kandungan zat-zat nutrisi ransum dihitung berdasarkan hasil analisis bahan baku pakan 745

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji organoleptik terhadap daging dada dengan menggunakan panelis dicantumkan pada Tabel 2. Warna Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas makanan dilihat secara visual adalah warna dari produk karena keadaan ini akan berpengaruh terhadap selera konsumen. Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata penilaian panelis terhadap warna daging dada dari masing-masing perlakuan berturut-turut sebesar 3,60 (T0), 3,35 (T5), 3,70 (T10) dan 4,20 (T15). Makin tinggi penambahan taraf tepung cacing tanah dalam ransum, skor warna daging dada cenderung meningkat. Nilai rata-rata warna daging paling rendah yaitu pada pemberian tepung cacing tanah 5% dengan warna agak kekuningan mendekati pucat. Sementara ratarata nilai warna paling tinggi yaitu pada ransum dengan kandungan tepung cacing tanah 15% dengan warna kuning. Uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan taraf tepung nyata terhadap warna daging dada (P>0,05). Berdasarkan uji organoleptik, warna daging yang lebih banyak menarik panelis adalah pada penggunaan cacing tanah 5 dan 10% dalam ransum dengan warna yang kekuningan. Perbedaan warna daging disebabkan oleh kadar kandungan mioglobin dan hemoglobin dalam daging (SUNARYO, 1985). Warna yang cerah (tidak gelap) pada bagian permukaan maupun bagian dalam lebih disukai konsumen (VAN ARSDEL et al., 1969). Tekstur Rata-rata nilai tekstur daging pada kontrol dan penambahan tepung cacing tanah dalam ransum berturut-turut adalah 3,55 (T0), 4,05 (T5), 3,30 (T10), dan 3,15 (T15). Nilai rataan skor tekstur daging paling rendah adalah pada penambahan tepung cacing tanah 15% dalam ransum dengan tekstur sedikit menarik dan rata-rata skor tekstur paling tinggi yaitu pada penambahan tepung cacing tanah 5% dengan tekstur menarik. Walaupun demikian, dengan uji Kruskal Wallis tekstur daging dada tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan. Rataan nilai skor tekstur daging dada tidak jauh berbeda yang berarti bahwa penampakan serat daging hampir sama. Perbedaan tekstur daging disebabkan oleh umur, aktivitas, jenis kelamin dan makanan (SUSANTI, 1991). Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur daging tersebut tidak berbeda. Rasa Berbagai daging mempunyai sifat yang khas dalam rasa. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih daging. Penilaian terhadap rasa daging ayam yang diberi ransum dengan penambahan taraf tepung cacing tanah berturut-turut 3,40 (T0), 3,50 (T5), 2,95 (T10) dan 2,55 (T15). Nilai rataan paling rendah yaitu pada taraf pemberian tepung cacing tanah 15% yang dinilai panelis kurang gurih. Nilai rataan sedang, yaitu antara gurih dan tidak gurih diperoleh pada perlakuan tepung cacing tanah 5%. Sementara hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan tepung Tabel 2. Nilai rata-rata uji organoleptik daging dada ayam pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah Perlakuan (kadar tepung cacing tanah dalam ransum) T0 (Kontrol + ransum) T5 (Ransum + tepung cacing tanah 5%) T10 (Ransum + tepung cacing tanah 10%) T15 (Ransum + cacing tanah 15%) Nalai rata-rata Warna Tekstur Rasa Keempukan Aroma 3,60 3,55 3,40 2,65 3,55 3,35 4,05 3,50 3,10 2,60 3,70 3,30 2,95 3,50 3,05 4,20 3,15 2,55 3,45 3,25 746

nyata (P>0.05) terhadap rasa daging ayam pedaging. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya keseragaman dalam perlakuan awal pemotongan sampai proses pemasakan. SUHERMAN (1988) melaporkan bahwa salah satu faktor mempengaruhi rasa daging adalah cara pemasakan yang dilaksanakan sebelum daging disajikan. Keempukan Penilaian terhadap keempukan daging ayam oleh panelis dari masing-masing perlakuan rata-rata 2,65 (T0), 3,10 (T5), 3,50 (T10) dan 3,45 (T15). Makin tinggi kadar tepung cacing tanah dalam ransum ada indikasi bahwa keempukan daging semakin meningkat. Akan tetapi hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan tepung nyata (P>0,05) terhadap keempukan daging ayam. Diduga hal ini erat kaitannya dengan keseragaman dalam cara pemeliharaan ayam dan pemasakan maupun proses pengolahan dagingnya. KRAMER dan TWIGG (1993) melaporkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keempukan daging ayam adalah strain, umur, jenis kelamin dan laju pertumbuhan. Aroma Nila rataan aroma daging ayam berdasarkan panelis masing-masing sebesar 3,55 (T0), 2,60 (T5), 3,05 (T10) dan 3,25 (T15). Peningkatan kadar tepung cacing tanah dalam ransum sejalan dengan peningkatan aroma daging ayam. Pada perlakuan yang menggunakan 5% tepung cacing tanah dinilai kurang amis. Sementara itu, pada kadar 15% tepung cacing tanah, aroma daging dengan amis yang sedang (tidak amis dan tidak kurang amis), walaupun secara uji Kruskal Wallis aroma daging tidak nyata (P>0,05) dipengruhi penambahan tepung cacing tanah dalam ransum. Keadaan ini, didukung oleh pernyataan SNYDER dan ORR (1964) bahwa sulit membedakan aroma dari berbagai jenis daging ayam karena perbedaan aroma daging sudah merupakan hal yang biasa dan kurang mendapat perhatian. KESIMPULAN Berdasarkan preferensi konsumen terhadap daging dada ayam pedaging yang mendapat ransum mengandung tepung cacing tanah, menunjukkan bahwa daging dada ayam mempunyai warna kuning, tekstur menarik, rasa gurih, keempukan sedang dan aroma tidak amis. Kualitas daging dada tidak berbeda dibandingkan dengan ayam pedaging yang diberikan ransum tanpa tepung cacing tanah. Namun demikian tepung cacing tanah sebagai bahan pakan alternatif sumber protein dalam formulasi ransum dapat memperbaiki penampilan ayam pedaging. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada bapak Haryono dan Endang Sumantri, teknisi Program Unggas Balai Penelitian Ternak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Kepada Indry Irawati mahasiswi Universitas Djuanda, penulis juga mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA ASTUTI, A.A. 2001. Kandungan Lemak Kasar Cacing Tanah Lumbricus rubellus dengan Menggunakan Pelarut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanain Bogor. GASPERSZ. 1989. Statistika. Armico, Bandung. GILLESPIE, E.L. 1960. The Science of Meat and Meat Product. Second Ed. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. London. KRAMER, A. and B.A. TWIGG. 1973. Quality Control for the Food Industry. Third Ed. The AVI Publishing Company Inc. Westport. Connecticut. PALUNGKUN, R. 1999. Sukses Beternak Cacing Tanah. P.T. Penebar Swadaya. Jakarta. RESNAWATI, H., I.A.K. BINTANG dan HARYONO. 2001. Energi metabolis dan daya cerna bahan kering ransum yang mengandung berbagai pengolahan dan level cacing tanah (Lumbricus rubellus). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. 747

RESNAWATI, H. 2003. Pertumbuhan dan komposisi asam lemak cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang diberi pakan ampas tahu pada media serbuk sabut kelapa. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 30 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 387 390. RESNAWATI, H. 2004. Bobot potongan karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku 2. Bogor, 4 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 473 478. SNYDER, E.S. and H.L. ORR. 1964. Poultry Meat. Ontario Department of Agriculture. Parliament Buildings, Toronto. SUHERMAN, D. 1988. Cara pemasakan terhadap rasa daging ayam broiler. Majalah Poultry Indonesia. 104: 26 27. SUNARYO, E.S. 1985. Cara produksi yang baik untuk makanan berasal dari daging. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta Institut Pertanian Bogor. SUSANTI, S. 1991. Perbedaan Karakteristik Fisiko- Kimiawi dan Histologi Daging Sapi dan Daging Ayam. Institut Pertanian Bogor. VAN ARSDEL, W., M.J. COPLEY B. and R.L. OLSON. Quality and Stabilizing of Frozen Food. A Division of John Wiley and Sons. New York. 748