BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center di

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB I PENDAHULUAN. materialime yang menjurus pada pola hidup konsumtif. Perilaku konsumtif erat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONSUMTIF DENGAN KONFORMITAS PADA REMAJA

BAB I. oleh hampir semua orang. Menjamurnya bisnis seperti waralaba (franchise), pusat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hal. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

2016 PENGARUH KONFORMITAS DAN TIPE GAYA HIDUP TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN STARBUCKS COFFEE DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

PERILAKU KONSUMTIF PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABBERS SEMARANG. ANGGI MEILA SARI Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Psikologi Kelas E 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak


BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan membeli merupakan aktifitas sehari-hari yang lazim dilakukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Industri Kreatif Indonesia pada Tahun Seni Pertunjukan. 2 Seni Rupa. 3 Televisi dan Radio.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan, serta modal awal usaha. Pasar yang sangat besar ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

Pertama-tama izinkanlah, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda untuk membaca buku ini. Mudah-mudahan ucapan ini bukan sekadar basa-basi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan Negara Muslim terbesar didunia, dengan jumlah penduduk Muslim mencapai 88% atau ± 205 juta jiwa (Indonesia halal food expo, 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi trend dikalangan wanita muslim Indonesia adalah jilbab. Beragam faktor yang membuat fashion muslim terus berkembang, dari munculnya banyak komunitas seperti Hijabers Community, Hijabers Mom, sampai diselenggarakannya beragam bazar, dan peragaan busana muslim. Dampaknya kian terlihat, jika dulu wanita berjilbab lebih banyak wanita dewasa, saat ini jilbab semakin dikenal dan digemari oleh wanita-wanita muda, bahkan remaja-remaja putri (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2014). Salah satu bukti pesatnya perkembangan jilbab di Indonesia adalah munculnya brand-brand seperti Dian Pelangi, Rabbani, Aliya, Zoya, El Nifa, El Zeta, Dauky, Pasmina dan masih banyak lagi brand-brand jilbab lainnya, sehingga masyarakat disuguhkan berbagai macam model dan varian harga terkait dengan model jilbab yang ditawarkan. Trend jilbab juga membuat para produsen jilbab semakin bertambah, sehingga menciptakan persaingan yang kompetitif antar perusahaan jilbab di Indonesia, dan banyak menghasilkan berbagai model dan motif jilbab, sehingga jilbab saat ini modelnya tidak dianggap kuno lagi bagi masyarakat. 1

2 Beberapa model jilbab yang berada diindonesia seperti pasmina (satin, kaftan, sifon), hijab instan hanna, hijab instan kalung putri, hijab segi empat rawis polos, hijab kaftan motif bunga, Syria, segi empat satin, instan syar i dravia, kerudung rawis segi empat, dan masih banyak lagi model jilbab lainnya. Berbagai model jilbab ini dipakai oleh remaja sampai lansia. Tidak ada model khusus untuk usia tertentu, siapa saja bisa menggunakan berbagai macam model tergantung kebutuhan dan kesukaannya. Target produsen jilbab salah satunya adalah mahasiswi, dimana mahasiswi sekarang terlihat banyak yang memakai jilbab keluaran terbaru. Jilbab saat ini tidak lagi dianggap kuno bagi mereka, bahkan sekarang jilbab dianggap suatu hal yang dapat menunjang penampilannya. Esensi awal jilbab yaitu sebagai simbol keagamaan yang menunjukkan identitas dan religiusitas kelompok muslim, namun pada kenyataannya kini menurut Releigh (dalam Nursyahbani, 2012) bahwa jilbab telah menjadi suatu kebudayaan populer dan mendorong kecenderungan jilbab tidak hanya sebagai simbol yang mencerminkan identitas agama namun jilbab juga dapat menjadi identitas kolektif bagi kelompok. Jilbab telah menjadi suatu kebudayaan populer, dalam arti jilbab sebagai komoditas dan pengalaman yang diterima dan dinikmati perempuan Indonesia dan pemakainya memperoleh kesenangan dari tindakan berjilbab, (Releigh, dalam Nursyahbani 2012). Kemudian Hela, dkk (2013) mengatakan bahwa sebagian mahasiswi memakai jilbab yang ia pakai selain mengikuti aturan berbusana dalam Islam, juga karena terpengaruh mengikuti fashion jilbab yang sedang trend. Jilbab yang mereka pakaipun merambah pada suatu gaya hidup berjilbab modern dan mengikuti trend yang sedang populer dimasyarakat, sehingga jilbab menjadi suatu

3 koleksi dan mengakibatkan perburuan belanja perilaku konsumtif (Hela dkk, 2013). Berikut penuturan dari salah satu mahasiswi E Saya udah lama pakai jilbab tapi sekarang lebih menetap pakai jilbabnya, rasanya pakai jilbab itu lebih cantik dan nyaman, jilbab sekarangkan banyak modelnya ya dan bisa dikreasikan sesuka kita jadi bisa modis, apalagi motifnya cantik-cantik jadi suka beli jilbab, padahal jilbab dirumah udah banyak, karena jilbabnya cantik-cantik jadi pingin beli lagi. Wawancara personal, 18 Januari 2016 Mahasiswi tampaknya berbelanja jilbab bukan karena kebutuhan namun karena terpengaruh mengikuti fashion jilbab yang sedang trend. Menurut Moningka (2006) dahulu orang belanja karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi, saat ini orang berbelanja karena bermacam sebab, untuk memanjakan diri sendiri, menyenangkan orang lain, membeli sesuatu dengan alasan hari raya, atau karena potongan harga. Sebuah tindakan manusia sebagai konsumen dalam membeli barang-barang yang bukan lagi didasarkan oleh kebutuhan dan pertimbangan yang rasional, tetapi hanya berdasarkan hasrat keinginan yang didominasi oleh faktor emosi dan sifatnya berlebihan, disebut dengan perilaku konsumtif (Hasibuan, 2010). Pusat perbelanjaan juga dapat menggerakan mahasiswi untuk berperilaku konsumtif. Seperti yang dikemukakan oleh Celia (1998) munculnya beragam pusat perbelanjaan merupakan wujud terjalinnya hubungan antara produsen dengan konsumen yang bertujuan untuk menggerakan kesadaran individu yang cenderung konsumtif. Seperti banyaknya produsen jilbab di Indonesia memudahkan mahasiswi untuk berbelanja jilbab, dimana produsen terlihat memasuki berbagai pusat perbelanjaan, mulai dari mall sampai penjual kaki lima

4 banyak yang menjual jilbab. Sumartono (2002) juga menyatakan bahwa menjamurnya bisnis oleh para pengusaha seperti waralaba (Franchise), pusat perbelanjaan (Shopping center), supermarket, toserba (toko serba ada) yang ada pada saat ini menjadi komoditas masyarakat terutama bagi remaja. Kehadirannya yang dianggap eksklusif seakan menjadi simbol peradaban manusia dan mampu menyulap wajah dunia menuju suatu kondisi yang konsumeristik dan sekaligus melahirkan trend atau gaya hidup baru. Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan apa yang disebut dengan budaya yang konsumer ataupun yang lebih dikenal sebagai konsumtif (Sumartono, 2002). Budaya konsumtif ini merubah seseorang untuk melakukan perilaku konsumtif. Kemudian Budiati (2011) mengatakan bahwa terjadinya transformasi dalam penggunaan fashion jilbab didalam masyarakat muslimah di Indonesia merupakan perubahan sosial paling mendasar diabad globalisasi yang menciptakan budaya konsumer dan gaya hidup konsumtif. Pengaruh konsumtivisme yang sangat dominan terjadi pada remaja, sehingga remaja menjadi sasaran berbagai produk perusahaan, (Jatman, dalam Sitorus 2013). Kemudian Segut (2008) juga mengatakan bahwa kelompok usia yang sangat konsumtif adalah kelompok remaja. menurut Monk, dkk (2001) bahwa fase remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun. Dimana pada usia 18-21 tahun individu telah memasuki perkuliahan, menjadi mahasiswi. Perilaku konsumtif pada remaja, juga didorong adanya perubahan trend ataupun mode yang secara cepat diikuti remaja. Reynold (dalam Hotpascaman, 2010) menyatakan bahwa remaja putri lebih banyak membelanjakan uangnya daripada remaja putra untuk keperluan penampilan seperti pakaian, kosmetik, asesoris, dan sepatu.

5 Konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan (Albarry, 1994). Kemudian Sumartono (1998) juga mengemukakan bahwa membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan disebut dengan perilaku konsumtif. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku konsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan gaya hidup yang bermewah-mewah. Faktor yang mempengaruhi individu dalam prilaku konsumtif adalah faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi serta keluarga (Sumartono, 2002). Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kelompok sosial. Dimana dalam hal ini adalah kelompok referensi. Schiffman & Kanuk (2004) memperjelas bahwa kelompok referensi memiliki pengaruh kuat, dikarenakan kelompok referensi ini merupakan tempat bagi individu untuk melakukan perbandingan, memberikan nilai, informasi dan menyediakan suatu bimbingan ataupun petunjuk untuk melakukan konsumsi. Dacey & Kenny (1997) mengatakan bahwa kelompok referensi sangat erat kaitannya dengan kelompok sosial, dalam hal ini yang termasuk kedalam kelompok referensi adalah kelompok pertemanan sebaya oleh mahasiswi atau peergroup. Keinginan untuk diterima dan diakui oleh kelompok teman sebaya

6 membuat sebagian remaja merasa tidak berdaya untuk menghadapi tekanan yang datang dari teman-temannya, yang ternyata cukup kuat untuk mendorong mahasiswi melakukan hal yang negatif. Tekanan dari kelompok sebaya disebut peer pressure. Mahasiswi yang berada dibawah peer pressure cenderung untuk conform, untuk menilai, meyakini atau bertindak sesuai dengan penilaian, keyakinan atau tindakan kelompok teman sebayanya (Santrock, 1998). Adanya tekanan dari teman sebaya atau yang biasa disebut dengan peer pressure secara sadar ataupun tidak dapat mempengaruhi perilaku mahasiswi, misalnya saja dalam hal penampilan dan berperilaku, yang sama seperti teman-temannya agar ia dapat diterima dan tidak disisihkan dari pergaulan, Utamadi (2002) (dalam Meliala, 2009 ). Adanya sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah ini biasanya dikenal dengan istilah konformitas, yaitu perubahan perilaku seseorang dengan mengikuti tekanan-tekanan dari kelompok (Sarlito, 1993). Mahasiswi dalam membeli jilbab juga dipengaruhi oleh faktor sosialnya. Dimana Susiana (2005) menyatakan bahwa ajaran agama ternyata bukan merupakan faktor yang dominan mendorong seorang individu untuk mengenakan jilbab, melainkan lebih dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orang yang paling dekat dan berpengaruh (significant other) seperti pacar dan teman. kebutuhan untuk melakukan konformitas dan berafiliasi dengan kelompoknya serta lingkungan sosial yang mayoritas menggunakan jilbab juga mendorong individu untuk mengenakan jilbab. Kemudian Hidayati (2015) juga mengatakan bahwa remaja atau mahasiswi melakukan konformitas, terutama dalam hal pakaian dan penampilan dalam kelompok, sehingga remaja cenderung untuk berprilaku konsumtif agar dapat berpenampilan seperti kelompoknya. Santrock

7 (2003) juga mengatakan bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan. Menurut Baron & Byrne (2005) konformitas adalah penyesuaian terhadap kelompok sosial, karena adanya tuntutan dari kelompok tersebut untuk menyesuaikan diri, meskipun tuntutan tersebut tidak secara terbuka. Kemudian Saluz (2007) mengatakan bahwa fenomena jilbab ini harus dilihat dari perspektif berbeda yang saling berhubungan dimana dimensi religius harus dikaitkan dengan dimensi sosial dan cultural. Dimana dimensi sosial dalam hal ini adalah konformitas. Ada dua faktor konformitas yaitu pengaruh normatif dan pengaruh informasional. Menurut Myers (2005) Pengaruh normative memiliki arti penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan dari anggota kelompoknya. Kemudian Laura (2010) juga mengatakan bahwa pengaruh normatif adalah pengaruh orang lain pada individu karena ingin disukai dan diterima kelompok. Dengan demikian jika kelompok tertentu penting bagi individu, maka individu akan mengadopsi gaya berpakaian mereka yang ada didalam kelompok dan individu mungkin mengasumsikan sekumpulan sikap tertentu yang menjadi ciri anggota kelompok. Sedangkan pengaruh informasional menurut Myers (2005) adalah tekanan yang terbentuk oleh adanya keinginan dari individu untuk memiliki pemikiran yang sama dan beranggapan bahwa informasi dari kelompok lebih kaya dari pada informasi milik pribadi, sehingga individu cenderung untuk konformitas dalam menyamakan pendapat atau sugesti. Sedangkan menurut Laura (2010) pengaruh informasional merujuk pada pengaruh orang lain pada individu karena ingin menjadi benar. Kelompok sosial dapat

8 memberikan informasi apa yang tidak individu ketahui, atau hal-hal yang tidak individu lihat. Akibatnya individu menyelaraskan karena sepakat dengan kelompok. Menurut Carmen (2008) pengaruh normatif dan pengaruh informasional memiliki peranan dalam proses konsumsi. Carmen (2008) melanjutkan bahwa pengaruh normatif memiliki peranan pada proses konsumsi, terjadi disaat individu mengikuti peraturan kelompok. Sedangkan pengaruh informasional memiliki peranan pada proses konsumsi terjadi, apabila individu mendengarkan pendapat dari kelompok dalam hal mengkonsumsi suatu produk, individu menjadikan kelompok sebagai acuan dalam merekomendasikan produk yang akan dikonsumsi. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hotpascaman (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada subjek remaja. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Wardhani (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. Dan hasil penelitian Fitriyani, dkk (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Budiati (2011) mengungkapkan bahwa jilbab sebagai praktik konsumtif, dimana beragam model jilbab ditawarkan dari mulai peragaan busana muslim sampai butik khusus jilbab dijual di Mall, dan jilbab dapat menunjukan kelas sosial tertentu. Penelitian sari (2012) pada hijaber juga menunjukkan adanya perilaku konsumtif terhadap jilbab, dimana hijabers

9 Semarang pada dasarnya memiliki berbagai aspek pembelian secara berlebihan dan pembelian secara tiba-tiba. Berdasarkan teori dan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk melihat lebih dalam hubungan antara konformitas dan perilaku konsumtif terhadap pembelian jilbab pada mahasiswi. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif terhadap pembelian jilbab pada mahasiswi.? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif terhadap pembelian jilbab pada mahasiswi. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dalam pengetahuan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, mengenai hubungan antara konformitas dan perilaku konsumtif dengan memberikan bukti empiris mengenai hubungan tersebut.

10 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswi mengenai konformitas yang berhubungan dengan perilaku konsumtif, sehingga mahasiswi dapat mengontrol diri dalam berbelanja, dan lebih mengutamakan kebutuhan daripada berbelanja karena terpengaruh oleh teman. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitianpenelitian lain yang ingin meneliti mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai hubungan konformitas dengan perilaku komsumtif terhadap jilbab pada mahasiswi. dan penelitian ini diharapkan berguna bagi para pembaca sebagai refensi untuk penelitian selanjutnya. E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sitematika penulisan penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, permasalahn penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan landasan teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang diuraikan adalah teori mengenai perilaku konsumtif, konformitas dan jilbab. Bab ini juga mengemukakan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

11 BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur, prosedur penelitian dan metode analisa data, serta hasil uji coba alat ukur. BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan gambaran subjek penelitian dilihat dari usia. Pada bab ini juga akan diuraikan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisikan hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan kesimpulan berupa rangkuman hasil penelitian, serta saran yang berupa saran praktis dan metodologis untuk penelitian berikutnya.