BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. pangan dalam kehidupannya, yaitu dengan mengolah dan mengusahakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TANAH ULAYAT DAN PEMANFAATANNYA

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Masalah pertanahan mendapat perhatian yang serius dari para pendiri negara. Perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia terkenal dengan sebutan Archipelago yang hilang

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan tanah memiliki ikatan yang erat dimana tanah

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

PERATURAN NAGARI SUNGAI KAMUYANG NOMOR : 01 TAHUN 2003 TENTANG PEMANFAATAN TANAH ULAYAT NAGARI

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2008

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan

DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN TANAH DI SUMATERA BARAT *

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tanah dapat menimbulkan persengketaan yang dahsyat karena manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

KONFLIK PERTANAHAN (AGRARIA) alam memiliki nilai sosial

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dan jalan-jalan. Penggunaan tanah yang luas adalah untuk sektor pertanian yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi yang sangat vital sekali. Peran utama yang diberikan kepada pertanian yaitu pertanian harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dapat menyokong usaha-usaha disektor lainnya (Mardikanto, 2007). Salah satu yang menjadi faktor penting dalam pertanian adalah tanah. Tanah merupakan sumberdaya penting dan strategis karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Keberadaan faktor produksi tanah sebagai salah satu faktor usaha tani, tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya saja, tetapi juga dari segi lain seperti jenis tanah, macam-macam penggunaan lahan, topografi, kepemilikkan lahan, dan konsolidasi tanah (Daniel, 2004 : 56). Indonesia merupakan negara agraris, oleh karena itu tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kesejahteraan hidup masyarakatnya. Meskipun tanah di negara agraris merupakan kebutuhan yang mendasar, namun masih banyak ketimpangan mengenai kepemilikan tanah. Disatu pihak, ada individu atau kelompok manusia yang memiliki dan menguasai tanah yang berlebih dan di pihak lain ada individu dan kelompok yang tidak memiliki tanah. Ketimpangan akan kepemilikan tanah inilah yang sering menyebabkan berbagai masalah di negara agraris (Rosalina,2010 : 44). Kegiatan agribisnis sebagai kegiatan yang dominan dalam memicu lajunya pembangunan pertanian menjadi amat penting agar sumber daya alam yang ada sekarang dapat dimanfaatkan dalam kurun waktu yang relatif lama. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi masyarakat tersebut dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya karena dalam pemanfaatan sumber daya tentunya akan dipengaruhi oleh faktor ekonomi dimana sumber daya yang ada digunakan seoptimal mungkin untuk mencukupi kebutuhannya,

2 disamping itu faktor sosial mempengaruhi produktivitas dalam pemanfaatan sumberdaya (Soekartawi, 1999 : 183). Masyarakat Indonesia dikenal dengan berbagai adat istiadatnya. Hukum adat tersebut beragam antara yang satu dan yang lain. Pemberlakuan hukum adat juga berlaku dalam pengelolaan tanah. Sejarah hukum pertanahan di Indonesia tidak terlepas dari hak ulayat. Jauh sebelum terciptanya undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria (UUPA). Sebelum berlakunya Undang-undang pokok agraria (UUPA) pada umumnya tanah-tanah yang ada dikuasai oleh masyarakat hukum dengan nama tanah ulayat (Sjahmunir, 2006 : 97). Hak ulayat adalah kewenangan masyarakat hukum adat untuk mengatur secara bersama-sama pemanfaatan tanah, perairan, tanaman serta binatangbinatang yang ada di wilayah masyarakat hukum yang bersangkutan, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Hak ulayat berlaku keluar dan kedalam. Berlaku keluar artinya masyarakat yang bukan merupakan masyarakat adat tidak dapat ikut menggarap tanah ulayat yang merupakan tanah milik persekutuan, kecuali hanya seizin persekutuan serta membayar ganti rugi orang luar dapat memperoleh kesempatan untuk ikut serta menggunakan hak ulayat. Berlaku kedalam, karena hanya persekutuan dalam arti seluruh warganya yang dapat memetik hasil dari tanah serta segala tumbuhan dan binatang yang hidup dalam wilayah persekutuan. Hak persekutuan itu pada hakikatnya membatasi kebebasan usaha para warga sebagai perorangan, demi kepentingan persekutuan (Rosalina, 2010:46). Pengelolaan tanah ulayat yang dimanfaatkan masyarakat untuk memperoleh hasil pertanian yang dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu keberadaan tanah ulayat tidak dapat terlepas dari masyarakat dan memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonominya. Ditengah banyaknya masalah-masalah mengenai penguasaan tanah, keberadaan tanah ulayat merupakan tanah yang dapat dikelola masyarakat adat secara sukarela dan bersifat sosial dengan tujuan agar keberadaan tanah dapat menjadi sumber ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Rosalina,2010 :44).

3 Seiring perkembangan zaman, pergerakkan pola hidup dan corak produksi masyarakat Indonesia dari pola-pola atau corak-corak tradisional menuju ke pola atau corak yang modern mengakibatkan tergerusnya secara perlahan nilai-nilai yang terkandung dalam hak ulayat. Masyarakat tidak lagi mengedepankan kebersamaan tetapi cenderung untuk berfikir individual. Maka penggunaan tanah ulayat tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Proses penguasaan individu terus berlangsung secara turun temurun dan diakui oleh masyarakat hukum adat. Selain itu, tanah ulayat bukan hanya untuk kepentingan satu generasi melainkan untuk generasi berikutnya dari kelompok hukum adat tersebut. Lingkungan yang merupakan faktor pendukung kehidupan kelompok dan para anggotanya adalah kepunyaan bersama masyarakat hukum adat. Kelompok masyarakat adat ini merupakan kesatuan yang mempunyai wilayah tertentu, mempunyai kesatuan hukum, mempunyai penguasa dan mempunyai kekayaan tersendiri (Rosalina, 2010 :46). Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat nomor 6 tahun 2008 tentang tanah ulayat dan pemanfaatannya. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat nomor 6 tahun 2008 menyatakan bahwa tujuan pengaturan tanah ulayat adalah untuk tetap melindungi keberadaan tanah ulayat menurut hukum adat serta mengambil manfaat dari tanah termasuk ssumber daya alam, untuk keberlangsungan hidup dan kehidupannya secara turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat dengan daerah yang bersangkutan. Sasaran utama pemanfaatan tanah ulayat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat adat (Andora,2010 :1). Tanah dalam ilmu ekonomi adalah sumber daya atau faktor produksi yang terbatas luasnya. Alokasi dan pola pemanfaatan tanah akan sangat menentukan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan lahan yang produktif akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan pada gilirannya diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat. Di Sumatera Barat tanah ulayat sesungguhnya telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai tujuan sosial dan ekonomi, antara lain untuk perumahan, fasilitas umum dan sosial, persawahan dan perkebunan, sedangkan sisanya adalah dalam bentuk hutan belantara. Namun, pemanfaatan tanah ulayat saat ini belum optimal, meskipun sebagian besar pemanfaatannya

4 sudah sesuai dengan keinginan masyarakat. Artinya secara ekonomi, masih terdapat potensi peningkatan produktivitas pemanfaatan tanah ulayat yang terbatas tersebut. Persoalannya sekarang adalah mencari upaya untuk meningkatkan produktivitas pemanfaatan tanah ulayat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (Erwin,2011 : 6-7). B.Rumusan Masalah Sumatera Barat merupakan daerah dengan keberadaan tanah ulayat yang mendominasi disetiap daerahnya. Aturan pemanfaatan tanah ulayat diatur sebaikbaiknya sesuai hukum adat yang berlaku di masyarakat. Keberadaan tanah ulayat di Sumatera Barat memiliki hubungan yang erat dengan sosial ekonomi masyarakat setempat. Sekitar 80 persen tanah dipedesaan Sumatera Barat termasuk tanah ulayat, baik yang dimiliki oleh kaum, suku atau nagari. Sampai tahun 1991, masyarakat telah menyerahkan tanah ulayat kepada pemerintah untuk keperluan pembangunan sekitar 437.659 hektar. Data dari Dinas Kehutanan menunjukkan, lebih dari 60 persen lahan Sumatera Barat adalah kawasan hutan lindung (Erwin,2011 : 2). Kota Padang memiliki luas wilayah 694,96 Km 2, hingga tahun 2008 pemanfaatan lahan di Kota Padang didominasi oleh hutan lindung, bangunan, pekarangan, dan sawah (Lampiran 1). Dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi tentunya akan berdampak pada aspek kehidupan yang luas dan pembangunan. Tuntutan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, papan dan lahan akan semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi saaat ini adalah luas lahan cenderung tetap, sementara itu pertumbuhan penduduk terus meningkat sehingga rasio manusia dibandingkan luas lahan nilainya lebih besar. Memanfaatkan tanah ulayat menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat pada kondisi kurangnya ketersediaan lahan untuk melaksanakan kegiatan bertani.tanah ulayat sesungguhnya telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai tujuan sosial dan ekonomi, antara lain untuk perumahan, fasilitas umum dan sosial, persawahan dan perkebunan, sedangkan sisanya adalah dalam bentuk hutan belantara.(erwin,2011 : 3).

5 Koto Tangah memiliki area tanah ulayat yang sangat luas berupa hutan yang sudah digarap menjadi lahan perkebunan.sesuai dengan surat keputusan kerapatan adat nagari Koto Tangah nomor 06 tahun 1994 (lampiran 2) yaitu pemanfaatan tanah ulayat bersifat sosial yang berarti dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin mengolah tanah dan membutuhkan tanah. Tanah ulayat milik masyarakat adat Koto Tangah merupakan tanah ulayat milik nagari dimana nagari Koto Tangah yang terdiri dari 10 suku. Kerapatan adat nagari merupakan lembaga adat yang bertugas mengelola pemanfaatan tanah ulayat sesuai dengan ketentuan-ketentuan adat yang berlaku. Dalam proses pengelolaan tanah ulayat warga yang ingin menggarapnya harus melaksanakan kewajiban-kewajiban diantaranya yaitu menyatakan keinginan secara tertulis, menyatakan harus menjaga keutuhan tanah ulayat, dan membayar siliah jariah. Siliah jariah merupakan peralihan hak untuk menggarap tanah ulayat dari orang yang menggarap sebelumnya dimana untuk peralihan hak tersebut harus diketahui oleh kerapatan adat nagari berupa pernyataan (lampiran3). Setelah mengajukan beberapa persyaratan di kerapatan adat dan dikeluarkannya surat keputusan maka tanah ulayat boleh digarap terus menerus sampai pada waris apabila tidak terputus proses penggarapannya, sistem ini dibuat untuk menghindari konflik dan perebutan pemakaian tanah ulayat dimasyarakat. Berdasarkan dengan peraturan adat nagari Koto Tangah mengenai pemanfaatan tanah ulayat yang bersifat sosial dan dapat digarap oleh siapa saja yang membutuhkan tanah, tentunya menimbulkan pertanyaan siapa saja yang memanfaatkan tanah ulayat dan bagaimana akses kontrol dari lembaga adat terhadap tanah ulayat, sebab dalam hukum adat Minangkabau semua tanah adalah dibawah penguasaan masyarakat hukum adat. Menurut Sjahmunir (2006 : 202), tanah ulayat merupakan harta pusaka tinggi berada dibawah kekuasaan wanita berdasarkan garis keturunan matrilineal, dalam hukum adat adalah badan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban,baik kedalam maupun keluar dan pengambilan keputusan terhadap harta pusaka dan dimusyawarahkan dengan seluruh anggota kaum. Tanah ulayat yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tanah ulayat nagari yang berupa hutan adat nagari dan terletak di kelurahan Balai Gadang, oleh karena itu peneliti merasa perlu

6 untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan tanah ulayat dan karakteristik sosial ekonomi pemanfaat tanah ulayat ditengah banyaknya masalah-masalah terkait pemanfaatan lahan saat ini dan kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian yang semakin meningkat. Untuk itu rumusan masalah yang dapat diangkat adalah : 1. Bagaimana tata cara dan pelaksanaan pemanfaatan tanah ulayat di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang? 2. Apa manfaat yang diperoleh masyarakat dari menggarap tanah ulayat di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang? Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul PEMANFAATAN TANAH ULAYAT DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PEMANFAAT TANAH ULAYAT DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG. C. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan tata cara dan pelaksanaan pemanfaatan tanah ulayat di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 2. Mengidentifikasi manfaat yang diperoleh masyarakat dari menggarap tanah ulayat di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. D. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukan penelitian Pemanfaatan Tanah Ulayat dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pemanfaat Tanah Ulayat di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang adalah : 1. Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan bagi masyarakat dan lembaga adat untuk mengelola dan memanfaatkan tanah ulayat sebagai sumber daya alam yang dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat banyak serta dapat memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat dan bersifat sosial sehingga nilai-nilai hukum adat pada pemanfaatan tanah ulayat

7 yang bersifat komunal dapat terus dikelola ditengah banyaknya konflik agraria dan tingginya kebutuhan akan tanah. 2. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan membantu pemerintah terhadap pemberian kebijakkan-kebijakkan yang tepat sasaran didalam masyarakat sehingga tujuan dari pembangunan pertanian dapat terwujudkan. 3. Bagi Penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dibangku kuliah sekaligus dapat menjadi media belajar langsung di masyarakat dan mengenal kearifan lokal yang ada.